"Islamic Quotes"

Minggu, Oktober 17, 2010

Don’t Judge A book by its cover yach…



Buku-buku harakah merupakan buku yang sering kubaca semenjak aku hijrah. Konsumsi buku hijrahkoe memang agak berbeda dengan  yang lain… jika teman-temankoe yang seangkatan suka membaca Anida, Tarbawi, maka aku suka sekali membaca majalah Al-Izzah, sabili dan saksi. Tahu sendirikan isinya Al-Izzah itu hampir rata tentang pergerakan. Ya, jadilah daku dijuluki sama teman-teman hijrahkoe yang lain sebagai akhwat haraki...  (Tapi  bukan sebuah kebanggaan, insya Allah).


Dan, buku bacaan yang selalu bersamakoe dalam tas ransel yang jarang sekali lepas dari bahuku adalah “buku-buku berat” (itu kata teman-temankoe), walaupun menurutkoe enggak juga. Namun, mungkin karena aku dalam masa pencarian, sehingga haus akan ilmu yang dapat menambah pemahamankoe… karena aku termasuk orang yang nggak suka ikut-ikutan tanpa ku tahu alasan untuk melakukan sesuatu.

Ya, jadilah buku-buku yang agak tebal-tebal, yang berisikan: siroh, manhaj dakwah, siyasi, politik umum, harakah, tarbiyah, dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhankoe dan kebutuhan amanahkoe di kastrat (KP) menjadi teman  yang setia yang menambah pemahamankoe dalam memahami dien ini, harakah ini dan cara mencapai kemenangan dien ini lagi.

Buku, yang ada judul “CINTA” or “Merah Jambu”, or  “pernikahan” or yang menjurus ke situ hampir-hampir tidak pernah tersentuh oleh matakoe. Buku-buku tersebut selalu tergeser dan yang kuambil adalah buku yang menurutkoe menarik dan menambah wawasan pergerakankoe.

Hingga suatu hari, saat temankoe akan walihaman dan aku “terpaksa” mencarikan hadiah. Nah, karena  aku suka sekali sama buku.( Hingga, terkadang ketika ke toko buku aku nggak sadar bahwa uangkoe sudah habis di kantong. Syukurlah aku tahu sifat jelekku, sehingga sebelum ke toko buku, aku selalu menyisikan uang dirumah … kalau nggak, uang jatah sebulan pasti habis ke buku deh… dan itu artinya..???) maka sebagai hadiah pernikahan untuk temankoe  aku menghadiahinya sebuah buku.

Kan nggak lucu ya, temankoe nikah dan aku memberikannya hadiah buku pergerakan…. So, “terpaksa” deh aku mencari buku yang ada titelnya, “merah jambu, Cinta, Pernikahan, keluarga dan sejenis. Dan akhirnya sibuklah aku mencari buku yang sesuai sama selera temankoe itu , dan mataku mencari…hingga terbaca sebuah judul buku: DIARY PENGANTIN, karyanya: mbak Izzatul Jannah ama Robi’ah Al- Adawiyah. Kubaca sebentar riwayat pengarang, daftar isi dan kuintip juga beberapa bab dalam buku tersebut dan akhirnya kuputuskan untuk membeli buku tersebut.

Sampai dirumah karena benar-benar capek setelah seharian berpetualang aku tertidur sebentar. Dan karena kebiasaankoe yang suka membaca, akhirnya buku yang akan kuhadiahkan untuk temankoe itu aku resmikan duluan untuk membacanya (he..he..he.. J ).

Terkesan…itu yang kurasakan ketika membacanya, walaupun hanya dengan menggunakan bahasa yang santai, yang kupikir keluar secara spontanitas namun dapat membuat aku berfikir panjang tentang makna kehidupan, pernikahan, hubungan dengan orang yang berbeda karakter or jenis kelamin. Dan tentang sebuah cita serta idealisme.

Tertampar..!, itu perasaan keduaku disaat aku mulai asyik membacanya, ternyata buku yang hampir jarang kusentuh itu, mampu menampar sisi “kesombongankoe”… tertegun karena buku tersebut kaya makna. Buku itu mengajarkanku banyak hal: tentang kekuatan sebuah visi, bahwa ketika kita menikah harus ada sebuah visi tak hanya sekedar ingin dan siap, tapi tahu mau dibawa kemana kapal yang bernama pernihakan tersebut. Tentang kebersihan proses pernikahan dakwah yang selalu melibatkan Allah dalam proses pengambilan keputusan (bukan ammah lho yang asal nyeruduk aja tanpa melihat jalur-jalur  tersedia). Dan juga Mengajarkan tentang sisi psikologis yang berbeda antara pria dan wanita (karena  aku pada saat itu lagi punya masalah sama salah satu mas’ulku saat itu, jadilah aku memahami kenapa “kami” jarang sekali bisa cocok). Buku itu mengajarkan untuk lebih mampu membaca sesuatu yang tersirat dan mencari maknanya dan juga memaknainya dalam kehidupankoe. Juga tentang makna sebuah idealisme…tantangannya… dan syukurnya bukunya romantis, puitis tapi nggak norak…  

Buku itu yang akhirnya mampu merubah paradigma berfikirkoe dan mulai mencoba untuk menjadi pembelajar sejarah yang tak segan untuk belajar apa saja…

Setelah membaca buku itu, akhirnya aku sekarang mulai hunting mencari buku-buku  sejenis yang sarat makna… dan ternyata buku tersebut mampu membangkitkan semangat setelah lelah berfikir di dalam rapat kastrat/ KP ( dunia amanahkoe pasti pada wilayah penganalisaan). Buku-buku berat yang biasa kubaca terkadang membuatkoe bosan dan semenjak aku berkenalan dengan buku “merah jambu” tersebut, aku mulai mampu menstabilkan otakkoe ( maksudnya menggunakan otak kiri dan kanan secara seimbang gituJ).

Pernah suatu hari ketika aku sedang membaca  buku jenis tersebut, seorang juniorkoe datang dan melihat judul buku yang kubaca, dan langsung nyeletuk, “ kakak lagi proses ya?”.  Aku yang ditanya kontan langsung bingung… . Dan karena melihat kebingungankoe, dia melanjutkan, “tumben baca buku yang ginian, biasanya kan buku-buku lain”. “Oh…” jawabkoe, langsung aku membalik buku dan membaca judulnya: “Beri Aku Satu Bidadari”, karangan M. Muttaqwiati.

Beri Aku Satu Bidadari adalah buku kedua yang mampu “menamparkoe” lagi. Subhanallah banyak ibroh yang kudapat dari buku tersebut. Dan Subhanallahnya lagi ternyata sang penulis mampu menuliskannya dalam alur cerita yang sangat bagus, namun banyak makna yang dapat dipetik. Yang kusuka dari buku ini adalah kekuatan aqidahnya, sangat  mengideologis sekali. Tentang makna kekuatan Ba’iah kepada Allah, Jodoh, kesombongan, strateginya misionaris, dan juga kebersihan proses menuju pernikahan.

Dari buku-buku tersebutlah aku sekarang belajar bahwa tak baik menilai buku dari judulnya saja. Buku-buku itu yang mengajarkan koe untuk melihat substansi buku/ sesuatu bukannya terjebak pada tampakan semu atau simbol-simbol yang ada  dicover depan buku…

Dan ternyata itu juga kuterapkan dalam perjalanan kehidupankoe, berusaha tidak terjebak pada simbol-simbol semu, tapi substansi…dan dalam berhubungan dengan manusia itu juga kuterapkan, kumulai mencoba memahami keunikan manusia, terkadang sebuah kebenaran yang disampaikan dengan cara yang salah bisa dimaknai salah juga. Dan terkadang sebuah kesalahan yang disampaikan dengan cara yang memukau mampu membuat itu menjadi sesuatu yang benar.

So, mulainya belajar melihat “apa yang disampaikan” bukan “apa dan bagaimana menyampaikannya” agar kita tidak salah menilai…gunakan kacamata objektif kita bukan kacamata subjektif kita…dan juga jangan gunakan kacamata emosi kita….karena kita tidak akan mampu mengambil hikmah dari sesuatu itu…jika menggunakan kacamata tersebut.

So, don’t judge a book by its cover yach….
Monday, November 13th, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar