"Islamic Quotes"

Sabtu, Oktober 23, 2010

Umi Hanik



Umi Hanik adalah Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul-Muthalib.  Bila engkau menanyakan siapa ia, maka ia adalah anak paman (sepupu) Rasulullah. Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim, seorang wanita cerdas lagi berakhlak mulia dari kalangan suku Quraisy.

Pada zaman jahiliyah Umi Hanik pernah dipinang Rasulullah. Sayang, ayahnya telan mengikat perjanjian dengan seorang pria bernama HUbairah bin Abi Wahab, yang kemudian menikahinya.


Ketika Islam telah berkembang, Umi Hanik kemudian memeluk Islam, sementara suaminya masih tetap bertahan dalam kekafiran. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan hukum islam, mereka harus dipisahkan. Maka sejak saat itu Umi Hanik hidup menjanda sambil membesarkan serta memelihara anak-anaknya yang masih kecil.

Ketika Umi Hanik hidup menjanda, Rasulullah mencoba melamar untuk kedua kalinya. Namun ia memberi jawaban, “ Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada pendengaran dan penglihatanku sendiri. Tetapi hak suami sangatlah besar, hingga aku merasa takut apabila melayani suamiku kemudian anak-anaku terlantar. Dan apabila aku mengurusi anak-anakku, aku khawatir hak-hak suamiku tidak bisa aku penuhi.” Maka kemudia Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik wanita yang menunggang unta adalah wanita Quraisy, yang sangat penyayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan sangat hati-hati dalam menjaga hak-hak suami ketika ia menjadi istri.” (HR. Ibnul Atsir dalam An-Nihayah, mengutip dari Al-Harawi).

Wanita-wanita Arab pada zaman kejayaan Islam maupun pada zaman Jahiliyah, mempunyai ciri khas kepribadia yang tinggi dan mulia. Suka melindungi dan memberi jaminan keamanan kepada orang yang sedang berada dalam ketakutan. Tak ketinggalan Umi Hanik binti Abi Thalib pun pernah memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kepada doa orang iparnya yang akan dibunuh dalam suatu peristiwa. Umi Hanik yang memiliki kepribadian sangat kuat itu menuturkan,
“ketika Rasulullah telah menduduki kota Makkah bagian pegunungan , datanglah dua orang lelaki kepadaku. Mereka adalah iparku, dari Bani Makhzum. Tiba-tiba saudara kandungku Ali bin Abi Thalib datang, seraya berkata, “Demi Allah aku akan membunuh mereka!” Lalu aku segera menutup pintu rumah, untuk memberikan perlindungan kepada mereka. Dan aku langsung menemui Rasulullah, hingga kemudian beliau menyambut kedatanganku, seraya bersabda, “Selamat datang, Ya Uma Hanik. Apa yang bisa aku bantu?” Maka segera aku ceritakan perihal dua orang lelaki yang datang ke rumah untuk meminta perlindungan. Rasulullah kemudian bersabda, “Ya Uma Hanik, sungguh aku telah memberi perlindungan kepada orang yang engkau lindungi. Dan aku memberikan pula jaminan keamanan kepada orang yang engkau jamin keamanannya. Karena itu, Ali bin Abi Thalib tidak berhak untuk membunuh mereka.” (Sirah Ibnu Hisyam 2:820, dan Al-Bukhari 8:37).

Umi Hanik adalah seorang sahabat wanita yang ikut serta meriwayatkan hadis-hadis Nabi. Imam Bukhari, Muslim Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah tidak ketinggalan pula meriwayatkan beberapa hadist yang bersumber dari Umi Hanik. Perlu dicatat, bahwa Umi Hanik termasuk sahabat yang dikaruniai usia panjang, hingga melampaui zaman pemerintahan Ali Bin Abi Thalib.
Ukhti muslimah, tahukah anda bagaimana Islam telah mengangkat kedudukan kaum wanita, serta melepaskan mereka dari belenggu budaya jahiliyah, dan menjunjung tinggi hak-haknya yang sebelumnya belum pernah anda kenal? Diantara jawabannya, adalah hal yang menunjukkan bahwa islam memuliakan dan memelihara perasaan kaum wanita, sebagaimana perbuatan Rasulullah ketika berjanji untuk memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kepada orang yang dilindungi oleh Umi Hanik. Yakni yang terungkap dalam sabda beliau, “Ya Uma Hanik, sungguh aku telah memberi perlindungan kepada orang yang engkau lindungi.

Ukhti muslimah, bisakah anda mengemukakan sesuatu yang menunjukkan tentang dihormatinya pendapa kaum wanita melebihi hadis Umi Hanik binti Abi Thalib ketika dipinang Rasulullah, kemudian menjawab, “Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada pendengaran dan penglihatanku sendiri. Tetapi hak suami sangatlah besar, hingga aku merasa takut apabila melayani suamiku kemudian anak-anaku terlantar. Dan apabila aku mengurusi anak-anakku, aku khawatir hak-hak suamiku tidak bisa aku penuhi. Maka kemudian Rasulullah menjawab, “Sebaik-baik wanita yang menunggang unta adalah wanita Quraisy, yang sangat penyayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan sangat hati-hati dalam menjaga hak-hak suami ketika ia menjadi istri.” (HR. Ibnul Atsir dalam An-Nihayah, mengutip dari Al-Harawi).

Umi Hanik adalah wanita yang berani mengajukan alasan dan argumentasi untuk menolak lamaran Rasulullah. Ia telah meraih kedudukan yang tinggi, berpredikat wanita muslimah yang suci, sekalipun tidak berhak mendapatkan julukan Umil Mukminin lantaran merasa keberatan untuk menjadi istri Rasulullah. Namun demikian, beliau tetap menghormati pendapat Umi Hanik, dan menjunjung tinggi hak-haknya. Bahkan beliau telah pula menyampaikan kesaksian yang luhur kepada kaum Quraisyi terhadap keluarga Umi Hanik.
Ukhti Muslimah, adalah anda mendapatkan seorang wanita yang lebih menyayangi anak daripada wanita yang terlah mencurahkan pengorbanan untuk rela tidak mendapatkan julukan Umil-Mukminin (lantaran menolak lamaran Rasulullah) hanya karena menyayangi anak-anaknya yang masih kecil? Dengan kata lain, adakah anda menemukan wanita yang kasih sayangnya terhadap anak melebihi Umi Hanik? Tentunya, tidak. Nah, maka kisah ini dihadirkan sebagai hadiah buat ibu-ibu yang berani mengorbankan diri demi masa depan anak-anaknya!


*di ambil dari Buku: “Wanita-wanita Pendamping Rasulullah..
Penulis : Aba Firdaus al-Halwani



Tidak ada komentar:

Posting Komentar