@Gedung DPRD KALBAR |
Jujur, heran juga kok ditempatkan di
bidang ini, bayangin aja di kepengurusan bidang tersebut hanya ada dua orang
akhwat. Satunya ketua bidangkoe sendiri dan satunya lagi adalah diriku si-kader
baru, dan akhwat lagi… dan 4 orang lainnya adalah ikhwan. Jadilah rapat kami
merupakan ajang diskusi dan memutuskan sebuah kebijakan untuk gerak komsat
kedepannya. Tahu sendiri kan, jika ikhwan diskusi pasti rame banget, apalagi
diskusi tetang kebijakan pemerintah…. jadilah adu konsep, adu strategi dan
solusi berjalan di diskusi tersebut. Kadang panas, kadang hangat dan jarang
sekali ademnya.
Dan aku bukanlah termasuk akhwat
yang suka duduk manis dan berkata “setuju”, tak jarang harus berdebat tentang
idealisme, konsepsi dan tawaran gerak harus kutempuh… Biasanya wanita akan
menjadi penengah di antara diskusi, namun itu tidak terjadi dengankoe kayaknya
(he..he..), walaupun peran moderasi kadang kumainkan juga. Ya, akhirnya sisi
koreliskoe semakin berkembang di bidang ini. Dan tak jarang pada saat rapat
(kalau rapat Kastrat pasti akan selalu ada diskusi) aku dibilang seperti ini,
“bukan begitu akh”, or “ane setuju akh”…
wah… kebanyang nggak wajahkoe saat
itu. Wuih kesel banget… ane yang sudah nyata betul identitasnya jika di lihat
dari pakaian adalah akhwat, masak dipanggil “akh”. Siapa yang nggak kesel,
langsung ku protes, afwan ane ini ‘Ukh”, bukan “Akh.. dan ketua bidang koe
hanya tersenyum saja. Dan itu tak terjadi satu dua kali.. tapi agak lumayan
sering… wuih.. benar-bener kesel .. namun, amanah harus tetap dijalankan dengan
ikhtiar terbaik kita, bukan…!!
Ditahun selanjutnya aku juga di
tempatkan di bidang yang sama di KAMMI…
“dunia para ikhwan”, begitu para
akhwat menyebutnya… dan kondisinya juga sama… seperti yang kemarin…
Di kampuskoe, di FKIP ternyata tak
berbeda jauh.. aku ditempatkan lagi dibidang kastrat. Tapi syukurnya FKIP itu
memang gudangnya para akhwat.. jadi disana aku bisa bergaul dan berdiskusi sama
akhwat.. coz kondisinya terbalik dengan KAMMI yang akhwatnya sangat sedikit di
bidang tersebut.. dan ketika aku diamanahkan di BEM, amanahkoe juga nggak jauh
berbeda tetap di Riset dan Pendidikan (dunia kastrat lagi walaupun namanya berbeda).
Namun, walaupun di BEM aku tetap berhubungan dengan “akhwat” coz ikhwannya memang
amat sedikit yang ada di FKIP… jadi bisa menjadi penenang setelah “bersitegang
di rapat kastrat KAMMI”…. walaupun untuk gerak keluar dan membangun jaringan
pasti berhubungan dgn ikhwan… lagi J
Dan aku sangat bahagia sekali ketika diamanahin di kampuskoe sendiri, coz bisa berhubungan dengan para akhwat dalam hal amanah dan diskusi, jadi aku nggak akan di panggil “akh” lagi... seneng juga rasanya. Walaupun…!
Dunia amanah koe memang lebih sering
bersentuhan dengan ikhwan, hingga sekarangpun ketika di KAMMDA, tetap aku
diamanahkan di KASTRAT, walaupun sekarang sudah berubah nama menjadi Kebijakan
Publik… tapi memang disitu biasanya di kenal dengan dunia ikhwan.
Sebenarnya sudah ikhtiar untuk
berganti bidang amanah… Namun, tak pernah disetujui. Ya, akhirnya harus ikhlas
dan Ridho untuk selalu berada pos amanah tersebut… karena kuyakin setelah do’a,
ikhtiar maka akan ada Takdirnya Allah. Asalkan kita sudah berikhtiar dengan
ikhtiar terbaik kita…!
Ada kebahagian yang kurasakan pada
kepengurusan 2004-2006 yang lalu di Dept KP, coz komposisi ikhwan dan akhwatnya
seimbang… walaupun kadang panggilan “bukan begitu akh, ane nggak setuju akh,
menurut antum gimana akh” menghampiri diriku saat diskusi-diskusi. Namun… aku
tetap bahagia coz akhwatnya nggak lagi aku sendiri. Dan hal yang paling
membahagiakan adalah ketika menjelang akhir kepengurusan bertambah lagi anggota
departemen dan mereka adalah “akhwat”… dan pernah beberapa kali yang rapat di
KP adalah akhwat semua, sehingga kami peleseti kata KP itu dengan “Kebijakan
Perempuan” he.. he..he.,..
Dan sekarang ketika, aku diamanahkan
menjadi kadept-nya, walaupun kemarin juga kadept tapi hanya sebentar tuk
menggantikan posisi mas’ul koe yang pindah ke daerah lain. Aku merasa resah
juga, gimana ya… jika harus membangun jaringan baik dengan kamda lain daerah
(kadept KP-nya pasti kebanyakan ikhwan) ataupun dengan gerakan lain, pasti lah
“ikhwan” pula… …bingung juga … padahal sebagai kadept KP… aku harus mampu
memiliki banyak informasi dan wacana-wacana yang nantinya akan di analisis dan
dibedah hingga menjadi sebuah produk…
Namun, aku sangat bersyukur jika
berhubungan dengan orang-orang yang aku punya kepentingan struktural dengannya,
dia tidak melihat aku akhwat atau ikhwan. Tapi, dia lebih melihat pada
kepentingan dan kebutuhan struktural or amanahnya. Maka, diskusi-diskusi akan
menjadi mengalir, berkembang, produktif dan target akan tercapai… tak akan ada
resah…
Lega, jika berhubungan dengan ikhwan-ikhwan seperti itu….
Lega, jika berhubungan dengan ikhwan-ikhwan seperti itu….
Namun yang membuatku “keder” dan
resah adalah jika harus berhubungan dengan ikhwan yang melihat siapa yang
berbicara apakah “ukh or “akh,.. or dengan ikhwan introvet maka diskusi
biasanya menjadi tidak berkembang… alias mandek, tegang…. dan tidak
menghasilkan… wuih…. bingung lagi… tapi biasanya aku akan mencari orang lain
yang punya kompetensi sama dan mau melihat apa kepentingannya….
Sepanjang pengalamankoe di kammi,
sejak aku berstatus mahasiswa baru… aku termasuk orang yang tidak melihat siapa
yang berbicara apakah “ukh or ‘akh, tapi lebih pada apa yang dibicarakan, apa
kepentingan dan apa kebutuhannya… ternyata itu berdampak pada gerak dakwah dan
kemampuan kita berkomunikasi ya…!
Maksud koe, sebenarnya sah-sah saja
jika ketua dept/bidang kastrat itu akhwat, walaupun ikhwan lebih
diprioritaskan, namun ada sebuah kata bijak yang mengatakan “berikanlah
pekerjaan itu kepada ahlinya”. Jadi kaidahnya sudah jelas toh. Daku yakin,
ketika si akhwat di izinkan untuk memilih pasti dia akan lebih memilih menjadi
jundi dibanding menjadi qiyadah. Benar nggak, akhwat..???.
Namun karena dunia sekarang
membutuhkan tangan-tangan dan kerja-kerja real dari para akhwat maka mereka mau
tidak mau harus muncul di Publik juga. Mungkin akan beda kondisinya jika para
ikhwan sudah mampu memenuhi kebutuhan dakwah tersebut maka akhwat tidak akan
“didzalimi” lagi. Namun, kondisi hari ini tidak seperti pada zaman Rasul dan
sahabat yang ikhwannya mampu memenuhi kebutuhan dakwah itu…mampu mengisi
seluruh lini-lini dakwah, jadilah peran akhwat hanya dirumah saja dan
kalangannya saja. Kondisi hari ini menuntut akhwat untuk berpartisipasi aktif
juga di ranah publik. Karena kondisinya berbeda… dan kebutuhannya juga berbeda
dan lagi hujjahnya sudah sangat jelas bahwa peran amar ma’ruf nahi mungkar itu
harus diperankan oleh ikhwan maupun akhwat, tanpa terkecuali (Qs 9:71) dan (Qs. Al-Lail)
Dan sepanjang pengalamankoe,
sebenarnya kunci berhubungan dengan lawan jenis, sehingga tidak menimbulkan
fitnah itu satu aja::… “jangan pernah diskusi yang menyentuh wilayah pribadi…
tapi benar-benar diskusi tentang amanah-amanah struktural…
Hubungan struktural seperti ini biasanya akan aman dari virus-virus amanah…
Hubungan struktural seperti ini biasanya akan aman dari virus-virus amanah…
Jadi kaidah sudah jelas, berbicaralah sesuai dengan kebutuhan, kepentingan dan amanah struktural… don’t touch a private area… dan itu yang kulakukan selama ini… dan Alhamdulillah, Allah masih menjagaku dari fitnah-fitnah virus amanah tersebut… semoga kedepannya Allah juga masih menjagakoe… amin
So, coba kita sekarang buka pikiran
dan coba untuk lebih memaknai amanah yang “menuntut” kita untuk berdiskusi atau
berinteraksi dengan lawan jenis sesuai dengan kebutuhan, dan kepentingan saja…
maka dakwah dan amanah kita akan menjadi aman… dan gerak kita tidak akan
terbatasi…dan berdampak juga bagi kemajuan dakwah…sehingga Allah akan
memberikan kemudahan dalam gerak dakwah kita karena tidak terkotori oleh
penyakit-penyakit hati si aktifis dakwah.
Rasanya bisa melihat… kemenangan
islam itu sebentar lagi akan tercapai.. jika semuanya mampu menempatkan posisi
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan hubungan… Allahuakbar
26 Ramadhan 1427
October 19th 2006, 07:35
October 19th 2006, 07:35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar