Apa Yang Harus Dilakukan Wanita Ketika Menyaksikan
Keluarganya Sedang Menghadapi Sakratul Maut?
1.
Mentalqinkan
kalimat syahadat
Abu Sa’id Al-Khudri
menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
”Bimbinglah (talqin) orang-orang yang sedang
menghadapi kematian di antara kalian agar mengucapkan kalimat la ilaha illallah
(Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah). (HR. Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
Ini dilakukan dengan harapan
agar kalimat terakhir yang diucapkan oleh orang yang akan meninggal tersebut
adalah kalimat la ilaha illallah (tidak
ada Tuhan yang disembah selain Allah), karena dalam hadist lain, Rasulullah
bersabda,
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah la ilaha
illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah) maka dia akan
masuk surga.” (HR Abu Dawud)
2.
Menghadapkannya
ke arah kiblat
Yahya bin Abdullah bin Abu
Qatadah menyatakan bahwa ayahnya menuturkan, “ketika Nabi saw tiba di Madinah
menjawab, ‘Dia telah meninggal. Sebelumnya, dia sempat mewasiatkan sepertiga
hartanya untukmu, wahai Rasulullah, dan menyuruh keluarganya agar
menghadapkannya ke kiblat ketika sakaratul maut. Rasulullah saw bersabda, “permintaannya sesuai dengan fitrah. Aku
mengembalikan sepertiga harta pemberiannya seraya berdo’a, “Ya Allah, ampunilah
dosanya, limpahkanlah rahmat-Mu kepadanya dan masukanlah dia ke surga. Dan,
Engkau telah melakukannya.” (HR Hakim dan Baihaqi)
Cara Menghadapkan Orang Yang Sakaratul Mau Ke Kiblat
Para ulama
menjelaskan dua cara:
1.
Tidur telentang
sambil menghadapkan wajahnya ke arah kiblat.
2.
Berbaring miring
ke kanan dan wajahnya menghadap ke arah kiblat
Cara ini diperkuat oleh
hadist Nabi saw yang menyatakan, “jika
kamu hendak tidur, wudhulah seperti wudhu yang biasa dikerjakan sebelum shalat,
lalu berbaringlah dengan miring ke kanan…. Jika kamu mati pada malam tersebut,
maka kamu mati dalam keadaan fitrah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Apabila orang tersebut meninggal dan
telah menghadap Allah, maka orang-orang yang menyaksikannya, termasuk kaum
wanita, hendaklah melakukan hal-hal berikut:
1.
Merapatkan
matanya
Ummu
Salamah meriwayatkan, “ Rasulullah saw masuk ke kamar Abu Salamah yang saat itu
telah meninggal dan matanya mendelik ke atas. Beliau merapatkan mata Abu
Salamah lalu berkata, “Sesungguhnya, ketika ruh dicabut, mata mengikuti ke mana
dia dibawa.” (HR Muslim dan Abu Dawud).
Hikmahnya
adalah agar pemandangan mayat tidak tampak buruk bila matanya dibiarkan
terbelalak.
2.
Mendo’akannya
Masih
dalam riwayat Ummu Salamah di atas, dinyatakan bahwa setelah itu Rasulullah saw
berdo’a, “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa
Abu Salamah, angkatlah derajatnya sehingga mencapai derajat orang-orang yang
Engkau beri petunjuk. Berilah pengganti kedudukannya di tengah keluarga yang
ditinggalkannya. Ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosanya, wahai Tuhan semesta
alam. Lapangkanlah kuburannya dan terangilah dia dengan cahaya selama berada di
dalamnya.”
3.
Menutup sekuruh
badannya dengan kain
Aisyah
ra. Menyatakan, “Ketika Rasulullah saw
wafat, jasad beliau ditutup dengan sehelai kain katun.
4.
Segera mengurus
dan menguburkannya
Abu
Hurairah ra. Menyatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Bergegaslah ketika mengantar jenazah. Karena, jika dia shalih, maka
kallian lebih cepat mengantarkannya kepada kebaikan. Tapi, jika dia tidak
shalih, maka kalian lebih cepat meletakkan keburukan dari pundak kalian (Hr.
Bukhari).
Maksud
hadist ini adalah menyegerakan pengurusannya yang mencakup memandikan,
mengkafani dan lainnya. Masalah ini akan dibahas lebih detail pada pembahasan
berikutnya, insya Allah. Selain itu, mencakup juga membawanya ke kuburan dengan
cepat-cepat.
5.
Segera melunasi
hutangnya
Salamah
bin Al-Akwa’ ra. Menuturkan, “Saat Nabi saw menjenguk seseorang yang telah
meninggal, para sahabat berkata, “wahai Rasulullah shalatilah doa.” Rasulullah
saw berkata, “Apakah dia meninggalkan
hutang yang belum dibayar?” mereka menjawab, “ya”. Rasulullah berkata lagi, “Apakah
dia meninggalkan warisan?’ mereka menjawab, ‘Tidak”. Rasulullah saw berkata, ‘Shalatkanlah
dia oleh kalian.” Seorang sahabat
dari kalangan Anshar yang bernama Abu Qatadah berkata, ‘Wahai Rasulullah, shalatilah dia dan aku menanggung hutangnya.”Maka
Rasulullah saw bersedia menshalatinya. (Hr. Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar