Ciri lain dari pribadi muslim yang benar-benar memelihara
agamanya, yang menandakan akhlaknya yang terpuji, adalah kesetiaan terhadap
janji-janjinya. Ia selalu berusaha menyegerakannya. Ketepatan janji merupakan
perwujudan kesetiaan, dan merupakan akar akhlak islam.
Islam sangat
menekankan kesetiaan terhadap janji.
Banyak dalil berupa ayat qur’an maupun hadist nabi menyatakan kaitan erat
antara kesehatan iman seorang muslim dengan kesetiaannya terhadap janji, antara
lain:
“Hai orang-orang beriman, penuhilah ikatan-ikatan perjanjian itu . . . “
(Qs Al Maidah: 1)
“… penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti
dimintai pertanggung-jawabannya.” (Qs Al-Isra:34)
Janji bukanlah kalimat
kosong yang diucapkan oleh seseorang tanpa disertai kesadaran dan komitmen
penuh, sebagaimana dilakukan kebanyakan kaum muslimin sekarang. Tetapi janji
adalah suatu tanggung jawab yang tetap terukir dan akan diperhitungkan kelak di
hadapan Al- Khaliq. Apalagi janji seorang hamba kepada penciptanya yang penuh
keagungan dan kesucian. Janji kepada Allah jauh mengandung tanggung jawab yang
lebih besar. Allah berfirman:
”Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji, dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpamu itu sesudah meneguhkannya…” (An-Nahl:
91)
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan
apa yang kamu tidak perbuat, Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu lakukan.” (As-Shaf 2-3).
Ingkar janji dan
menyepelekan janji merupakan dosa besar, tidak disukai Allah bagi hamba-Nya
yang beriman, dan tidak dikehendaki bagi mereka yang ingin dekat dengan-Nya.
Keingkaran akan menjerumuskan kaum muslimin ke sifat munafik. Rasulullah
mengingatkan:
“Ciri-cir orang munafik ada tida: jika berbicara
berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanat berkhianat.” (Hr
Muttafaq alaih)
Dan di dalam Riwayat
Muslim ditambahkan: sekalipun ia berpuasa, shalat dan mengaku bahwa dirinya
seorang muslim!
Jelaslah, bahwa
baiknya keislaman seseorang tidak bisa dicapai dengan memperkuat ibadah seperti
puasa, shalat dan haji, tetapi harus disertai dengan usaha mempelajari dan
menghayati ajaran islam sampai memperkokoh jiwa dan kepribadiannya, serta
mengikuti petunjuknya. Ia dituntut menampilkan akhlak yang luhur, mewujudkan
nilai-nilai moral ilahiyah yang tinggi dan suci. Ia wajib memperhatikan
ketentuan-ketentuan Allah, komit terhadap seluruh perintah-Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya. Ia selalu bernaung di bawah cahaya dan hiadayah Allah di
dalam setiap urusan. Tegasnya, seorang muslim yang baik haruslah mampu meninggalkan
dusta, ingkar janji, khianat dan akhlak-akhlak tak terpuji yang lain.
Perbuatan-perbuatan hina demikian hanya pantas untuk orang-orang munafik yang
dibenci Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar