"Islamic Quotes"

Selasa, Oktober 26, 2010

TONGKAT SANG PENGKHIANAT



Dua orang lelaki memasuki ruang pengadilan dan berdiri di depan hakim. Orang yang satu bertubuh tinggi dan kekar. Wajahnya masih segar dan tampak muda. Usianya sekitar empat puluh tahun. Sedangkan yang satunya, seorang lelaki yang tampak tua renta. Punggungnya seperti sudah bongkok. Dia berdiri dengan bertumpu pada tongkatnya.

Lelaku muda berkata, “Wahai Tuan Hakim, aku meminjamkan sepuluh keping uang emas kepada sahabatku ini. Dia berjanji akan mengembalikannya jika keadaannya telah membaik. Setiap kali aku meminta, dia selalu menghindar dan mengelak”.


Sang hakim bertanya kepada orang tua itu,”Apa yang akan kau katakan setelah mendengar perkataan temanmu itu?”

Orang tua menjawab, “Kuakui, dia memang pernah meminjamiku sepuluh keping uang emas, tetapi sudah aku kembalikan, Tuanku.”

Hakim lalu berdiri dan berkata, “Apakah kau berani bersumpah di depan pengadilan bahwa kamu telah mengembalikan sepuluh keping uang emas itu kepada temanmu?”

Orang tua itu langsung menjawab dengan suara lantang, “Ya, aku berani, Tuan Hakim
Sang Hakim berkata, “Baiklah, sekarang angkat tangan kananmu dan bersumpahlah!”
                                                                                 
Orang tua itu menoleh kepada lelaki muda yang ada disampingnya dan meminta agar lelaki itu memegangkan tongkatnya sebentar. Dengan begitu, dia mengangkat tangan kanannya ketika bersumpah.

Orang tua itu pun mengangkat tangan kanannya dan berkata, “Aku bersumpah demi Allah bahwa aku telah mengembalikan sepuluh keping uang emas kepadanya.”

Tuan hakim pun mengecam lelaki muda yang telah menuduh tidak baik kepada orang tua itu. Lelaki muda itu seketika minta maaf kepada tuan hakim, mungkin dia telah lupa bahwa orang tua itu telah mengembalikannya.

Orang tua itu lalu mengambil kembali tongkatnya, dia hendak pergi dengan bertumpu pada tongkatnya. Sebelum keduanya pergi meninggalkan pengadilan, tiba-tiba terlintas pemikiran yang mengejutkan dalam kepala tuan hakim. Dia segera memanggil keduanya.

Keduanya kembali menghadap tuan hakim.
Lalu, tuan hakim bertana kepada orang tua, “Apakah kau bisa memakai tongkat, Pak Tua?”
Orang tua itu menjawab, “Kadang-kadang, Tuanku.”                                                          
Tuan hakim juga menanyakan hal yang sama kepada lelaki muda.
Dia menjawab, ”Tidak tuanku. Aku tidak pernah melihat sebelumnya dia memakai tongkat.”

Tuan hakim meminta orang tua itu menyerahkan tongkatnya. Hakim memegang tongkat itu dan memeriksanya dengan seksama. Tuan Hakim merasakan tongkat itu agak berat. Hakim memegang lekukan di pangkal tongkat yang biasa dibuat pegangan dan mencoba memutarnya, ternyata bisa.

Saat itu, wajah lelaki tua pemilik tongkat pucat pasi. Lalu tuan hakim menariknya kuat-kuat, dan lepaslah lekukan itu. Ternyata, tongkat itu berlubang. Lubangnya disumpal dengan menggunakan secarik kain. Tuan hakim menarik kain yang menyumpal lubang itu. Lalu, dia memiringkan tongkat itu; mengarahkan lubangnya ke bawah. Seketika, terdengar suara gemerincing. Kepingan-kepingan uang emas berjatuhan di hadapan hadirin. Seketika, tubuh orang tua itu gemetar.

Lalu, tuan hakim meminta agar lelaki muda memunguti kepingan-kepingan uang emas itu. Setelah terkumpul semua, lelaki muda menghitung dan ternyata berjumlah sepuluh keping.

Tuan hakim langsung berkata kepada orang tua itu, “Hai, orang tua busuk, kau kira bisa menipu lelaki ini dan mengelabui aku! Aku sudah curiga kepadamu sejak kau menyerahkan tongkat kepada temanmu sebelum bersumpah. Apakah kau kira sumpahmu benar?”

Kemudian, tuan hakim menoleh pada lelaki muda pemilik sepuluh keping emas itu seraya berkata padanya, “Orang tua ini licik dan pendusta. Dia menyerahkan tongkat yang di dalamnya ada sepuluh keping emas kepadamu. Sementara itu, kau tidak tahu. Inilah tipu daya dia.”

Akhirnya, hakim menoleh kepada para prajurit pengadilan dan memberi perintah tegas, “Tangkap orang tua busuk ini dan masukkan dia ke dalam penjara sampai aku menemukan hukuman yang pantas untuk orang yang mempermainkan sumpah dan mengkhianati amanah.

Kemudian, lelaki muda itu keluar dari pengadilan dengan hati gembira. Dia seperti tidak percaa bahwa uang emasnya akan kembali. Orang-orang yang menghadiri persidangan itu terkagum-kagum oleh kecerdasan dan keadilan hakim yang telah mampu membuka rahasia yang tersimpan dalam tongkat orang tua yang berkhianat itu

Taken from: (Kumpulan kisah yang ada di buku nya Habiburahman el shirazy)


1 komentar:

  1. Yup, kita perlu banyak hakim yang cerdas, jujur dan bijak seperti dicerita ini. Jadi ingat cerita Judge Bow dulu, keren... sebelum memutuskan suatu perkara, dia mencari tahu kebenaran terlebih dahulu. Gak kayak hakim sekarang yang gampang disuap dan mau mudahnya aja. Gak punya harga diri!! (numpang curah esmosi di blog ini, hehehe)

    BalasHapus