Mungkin kita
pernah atau sering ditanya dengan pertanyaan seperti ini, “Sudah berapa lama
ngajinya?… atau sudah berapa lama ikut forum seperti ini?”
Dan jawabannya
akan sangat bervariasi sesuai dengan waktu yang telah digunakan untuk melakukan
aktifitas tersebut. Bisa jadi baru satu tahun, dua tahun, 4 tahun, 10 tahun, 12
tahun, atau bahkan 20 tahun…
Biasanya
pertanyaan itu akan dilanjutkan dengan sebuah penilaian yaitu dengan melihat
suluk, pakaian, adab dan atau oleh sesuatu yang bisa dilihat dengan kasat mata.
Dan selanjutnya akan keluar sebuah ujaran, “oh…”
Terbayang…
beratus-ratus tahun yang lalu…
Seorang pemuda
dengan gagahnya berjalan-jalan dipasar. Sebelum dia hadir ditempat tersebut,
wangi pakaian dan parfumnya sudah tercium duluan. Suara seretan pakaian yang
terdengar karena panjangnya pakaian sudah membuat masyarakat mampu menebak
siapa yang akan datang. Belum lagi ditambah ketampanan wajahnya dan kerapian
penampilan. Dan semangat muda yang tak pernah lelah untuk bersinar. Dialah
bintang dalam setiap pertemuan dan buah bibir bagi gadis-gadis Mekah.
Lalu cahaya
hidayah itu datang…
Bergantilah
laku… masyarakat seakan tersentak.. bagaimana bisa seorang yang manja, yang
sangat tergantung dengan orangtuanya, yang hidup penuh dengan kemewahan dan
keglamoran bisa berubah sebegitu drastis…
Tak akan
terlihat lagi pakaian yang mewah, wangi parfum yang menyengat harum… tak akan
terdengar lagi gelak penuh keglamoran… semua berganti dengan ketawadhuan dan
kezuhudan…
Beberapa bulan
berlalu dan beliau diberikan sebuah tugas oleh sang Qiyadah… tugas yang berat
bagi orang yang baru bergabung dalam sebuah barisan dakwah.
Menaklukan
sebuah negeri…! Yastrib, Madinah…
Rasulullah
memintanya untuk menjadi duta di Yastrib (Madinah) dan mempersiapkannya untuk
hijratul Rasul. Sebuah tugas besar. Sebenarnya Rasul bisa saja meminta sahabat
yang lebih tua ataupun yang sudah lama bergabung dalam barisan keimanan ini.
Yang sudah lama mengikuti majelis tarbiyah. Namun, Rasulullah memilih dia.
Seorang pemuda glamor yang usia tarbiyah masih teramat muda untuk menjalankan
sebuah tugas berat. Dan, siapa yang mengira orang yang teramat muda itu, dan
usia tarbiyah juga semuda usianya ternyata mampu menawan masyarakat Madinah dan
mengajak mereka untuk masuk ke dalam agama mulia ini. Dan akhirnya sebuah
prestasi besar di raih. Dia berhasil untuk menaklukan negeri Yastrib (Madinah)…
dialah orang yang cerdas akalnya dan besar jiwanya “Mush’ab bin Umair” . dialah
bukti nyata kematangan sebuah proses tarbiyah…
Tersentak ke
masa kini…
Ah, rasanya
rindu dengan sosok Mush’ab bin Umair yang baru…
Yang dengan
kemudaan usianya dan kemudaan usia tarbiyah juga mampu menaklukan sebuah
negeri.
Mampukah kita
menjadi sosok-sosok seperti mereka… ???
Biasanya akan
muncul sebuah kalimat pembenaran untuk menjawab pertanyaan tersebut … “itukan
para sahabat, dan Murobbi mereka juga adalah Rasulullah sang pembawa Risalah…”
Sedangkan
kita,..??? kita bukan para sahabat dan Murobbi kita tidak akan bisa
dibandingkan dengan Murobbi terbaik diseluruh jagad Raya ini… jadi nggak bisa
disamakan…..
Ah… berlindung
lagi… mencari pembenaran lagi…
Ya,
kita memang berbeda… masa kita berbeda… murobbi kita berbeda..
Namun, apakah
Tuhan kita berbeda?…. apakah Kitab kita berbeda..? apakah Rasul kita berbeda..?
apakah ajarannya juga berbeda..????
Jawabnya: TIDAK
,,… bukan..!!!!!
Kita sudah bisa
pastikan bahwa kita berbeda dengan mereka dari segala sisi kehidupan. Namun ada
persamaan yang seharusnya mampu membuat kita lebih baik. Yaitu kita punya
Ghoyyah dan Tutunan yang sama. Dan seharusnya kesadaran itu yang akan
menumbuhkan keyakinan dan kemantapan dalam bergerak dan beramal. Bukannya
membuat kita berlindung dibalik kata KETERBATASAN dan KELEMAHAN DIRI. Or
dibalik kata BERBEDA…
Kematangan
tarbiyah kita tidaklah ditentukan oleh berapa lama usia tarbiyah kita. Tapi kematangan
tarbiyah ditentukan oleh seberapa jauh kita mampu berinteraksi dengan manhaj
dakwah ini dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan
tidak juga terjebak pada simbol-simbol, namun lebih mampu berlaku sesuai dengan
kepahaman manhaj yang dalam dan komprehensif.
Berapa lamapun
usia tarbiyah, namun jika kita belum mampu untuk menginternalisasikan
nilai-nilai tarbiyah itu dalam diri kita dan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Maka kita belum akan meraih kematangan tarbiyah tersebut…
Dan dakwah ini
membutuhkan orang-orang yang matang tarbiyahnya untuk mampu mencapai sebuah
kemenangan dakwah… bukan orang-orang yang berlindung dibalik jubah lamanya
tarbiyah…
Buktikan bahwa
kitalah orang yang pantas untuk mengemban Risalah Dakwah ini (Dengan izin-Nya
tentunya)…
Orang yang
matang adalah orang biasa bergelut dengan dakwah, dengan putarannya, dan juga
permasalahannya dan dia mampu dan bijak mengelola hal tersebut hingga
menjadi sebuah potensi yang mampu menggetarkan seluruh penduduk bumi…
Jadi, Matangkanlah
tarbiyah kita sehingga kita mampu untuk menjawab tantangan dakwah yang ada….
dan membantu membuat sejarah peradaban besar ini kembali berjaya…
Allahuakbar…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar