Teman…
Mari duduk disini.
Bersamaku…
Saat kaki-kaki sudah mulai penat untuk melangkah
Saat duri-duri bukan hanya melukai kaki tetapi juga hati kita..
Saat bahu sudah tak sanggup lagi untuk menambah beban
Dan saat tangan mulai jatuh terkulai…
Saat tubuh sudah mulai lelah berkepanjangan
Dan lisan mulai akan belajar mengeluh dan berkesah….
Maka duduklah sejenak
Disini…
Bersamaku…
Ambillah sahabat terdekatmu; Al-Qur’an
Bukalah lembaran-lembarannya hingga hampir ujung..
Hentikanlah di surah ini…
Surah yang akan kita tadaburi bersama
Ya… engkau benar temanku, surah yang kumaksud memang surah NUH.
Kisah salah seorang nabi Allah..
Mari..
Kita mulai mentadaburinya..
Bacalah
ta’awudz dan basmallah dulu temanku. Agar setan tidak ikut nimbrung di
forum kita. Agar hati kita semakin mampu meresapi makna mendalam dalam
surah ini…
Audzubillahiminasyaithanirrazhiiim
Bismillahirahmanirahiiim….
Teman…
Kali ini kita akan meneladani totalitas dakwah dari Nabi nuh. Mari simak Surah Nuh ayat ke 5 ini:
“Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang.” (Qs.Nuh:5)
Coba
kita amati kata demi kata pada ayat ini. Ya, kita akan menemukan bahwa
Nabi Nuh berkata, “Malam dan siang” bukannya “siang dan malam”.
Tidakkah itu terasa janggal olehmu teman?. Kenapa malam disebutkan
sebelum siang?. Apakah mungkin Nabi Nuh melakukan sebuah kekhilafan
dalam menyebutkan kalimat tersebut?. Atau lumrahkan orang berdakwah
(baca:menyeru) pada malam hari?. Ternyata kalau kita dalami lagi bahwa
ayat ini memberitahu kita bahwa Nabi Nuh as. Menyambung malam dengan
siang untuk berdakwah di Jalan Allah swt, tanpa jeda. Mari kita berkaca…
sudah berapa banyak waktu kita yang kita korbankan untuk dakwah ini?.
Sudahkah kita menyeru manusia untuk kembali kepada Allah, untuk tunduk
patuh menyembah kepada Allah di sepanjang hari kita? Malam dan siang?..
sudahkah teman???... ataukah waktu kita yang kita berikan kepada dakwah
ini hanya waktu sisa kita??
Mari kita simak lagi kelanjutan surah ini…
“Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS..Nuh:6)
“Dan
sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (Qs Nuh:7)
Coba
kita ulang lagi membaca ayat ini teman. Adakah kau temukan sebuah
kata-kata yang menarik. Ya, Nabi Nuh tidak pernah bosan untuk menyeru
kaumnya walaupun seruannya itu membuat kaumnya lari dari kebenaran. Dan
coba kita ulang lagi kalimat “setiap kali”. Ada makna kontinuitas kita
temukan pada kata “setiap kali”. Artinya Nabi Nuh senantiasa menyeru
kaumnya untuk menyembah Allah. Untuk kembali beriman. Ada kekuatan tekad
yang tak pernah pupus disana melihat objek dakwahnya tidak juga
berubah, tidak juga beriman. Ada makna keteguhan kita temukan disana,
tetap teguh berdakwah baik seruan untuk beriman dan kembali kepada Allah
disambut ataukah tidak. Walaupun nabi Nuh didustakan dengan begitu
keras (coba simak :”mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan baju ke mukanya)
tapi tak melemahkan tekad ataupun azzamnya. Pernahkah kita berdakwah
dan orang lain memasukkan anak jari ke telinganya??. Pernahkah ada orang
yang kita seru untuk beriman menutupkan baju ke mukanya?. Pernahkah??
Pernahkah engkau alami itu teman?.
Kalau belum maka kuatkanlah kembali tekadmu.. teguhkan azzammu…
Mari kita baca lagi surah ini:
“Kemudian,
sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan. Kemudian, sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi
dengan) terang-terangan dan dengan diam-diam (Qs Nuh:8-9)
Cobalah
kita simak kalimat-kalimat Nabi Nuh. Beliau memberitahukan kita bahwa
seakan-akan beliau sudah berdakwah dengan segala sarana dan segala cara.
Sudah berdakwah kepada banyak orang dan sedikit orang bahkan
perseorangan. Beliau sudah mencoba segala sarana yang memungkinkan
kaumnya kembali kepada Allah, dan apa hasilnya teman :
“Dan tidak beriman dengan Nuh kecuali sedikit…. (Qs Hud: 40)
Tahukah
engkau teman, bahwa dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa hanya 60
orang yang beriman bersamanya. Coba kita bayangkan, bahwa Nabi nuh
berdakwah sekian ratus tahun dan hasilnya adalah satu orang setiap 15
tahunnya.
Sekali lagi dalam 15 tahun hanya ada satu orang saja
yang menyambut seruan dakwah Nabi Nuh. Sekarang… mari kita hitung umur
kita bergabung dalam barisan dakwah ini teman. Tidak malukah kita kepada
Nabi Nuh yang senantiasa tanpa lelah berdakwah dan hanya mendapatkan 1
orang setiap 15 tahunnya?. Alangkah keras pendustaan kaum Nabi Nuh
kepada Allah dan risalah-Nya. Alangkah mengagumkan kekuatan tekad dan
totalitasnya Nabi Nuh dalam menjalankan amanah langit ini. Yang
dipikulkan dipundak-pundak kita… para manusia bodoh, lemah, tak berdaya
dan suka berkelu kesah lagi amat bakhil dan kikir.
Astagfirullah…
Tidakkah
kita belajar, bahwa surah ini mengajarkan kita untuk terus menerus
berdakwah dalam segala kondisi dan setiap waktu baik disambut oleh
seorang ataukah beramai orang atau bahkan tidak ada yang menyambutnya.
Mari kita jadikan nabi Nuh sebagai teladan.
Mari kita melanjutkan tadabur kita teman…
Kemudian nabi Nuh menjelaskan seni berdakwahnya. Mari kita simak pemaparan beliau:
“Maka
aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (Qs Nuh 10-12)
Coba kita perhatikan teman..
Nabi
nuh memberikan kabar gembira kepada kaumnya. Jika mereka merespon
perintah Allah dan menyambut seruannya, maka mereka akan mendapatkan
kebaikan di dunia ini sebelum di akhirat nanti. Seakan-akan beliau
berkata kepada kaumnya, “BUkankah kalian mencintai dunia? Bukankah
kalian terpikat kepadanya? Maka mohon ampunlah kepada Tuhan, agar
kehidupan kalian menjadi baik dan berkembang!”
Kemudia Nabi Nuh beralih ke metode yang lain, beliau menyampaikan kekuasaan Allah swt..
“Mengapa
kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?. Padahal Dia sesungguhnya
telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya
dan menjadikan matahari sebagai pelita?” (Qs Nuh: 13-16)
Kemudian disambung olehnya dengan kalimat;
“Dan
Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudia Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya
pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (Qs Nuh: 17-18)
Nabi
Nuh menyampaikan metode dengan memberikan kabar gembira, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan bukti kekuasaan Allah. Dan beliau juga
menambahkan dengan hari akhir. Ya, salah satu bekal yang dapat kita
gunakan dalam berdakwah.
Kemudian Nabi Nuh mengadu kepada Allah, beliau menjelaskan sebab kedustaan kaumnya. Beliau berkata:
“Nuh
berkata, ‘TUhanku, sesungguhnya mereka mendurhakaiku dan mereka (malah)
mengikuti orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian
baginya.” (Qs Nuh: 21)
Maka teman… ketika engkau
mulai merasa penat, mengadulah kepada Allah. Tapi tunggu dulu, hitunglah
dulu waktu yang telah engkau gunakan untuk berdakwah, sudah sebanyak
apakah?. Sudah berapa banyak harta juga yang telah engkau infakkan untuk
dakwah ini. Sudah sebanyak apakah?. Kalau masih terlalu sedikit, maka
mari miliki rasa malu untuk mengeluh dan mengadu kepada Allah. Sungguh
sangat sedikit amal dan cukup banyak waktu terbuang sia-sia. Rasanya
belum pantas kita mengeluh kepada Allah.
Coba kita simak,
nabi Nuh mengadu kepada Allah bahwa kaumnya mendustakan Allah dan
mendurhakainya karena kaumnya sibuk mengurus harta dan anak-anak mereka
dan ada juga yang ikut-ikutan seperti itu.
Dan terakhir
teman, hal yang patut kita contoh adalah bahwa setiap aktivis dakwah
harus mengiringi segala upaya, ikhtiar dan kerja-kerja dakwahnya dengan
berdo’a kepada Allah swt. Sebab teman yakinlah bahwa hidayah itu milik
Allah. Bukan milik manusia. Tak ada seorang manusiapun berkuasa terhadap
hati manusia lainnya. Tak ada daya dan upaya kita untuk membuat manusia
beriman dan kembali kepada-Nya jika tanpa bantuan dan kehendak dari
Allah swt.
Jadi bukanlah karena usahamu mereka beriman,
dan engkau tidak berjasa sedikitpun jika ternyata ada manusia lain yang
beriman kepada Allah karena-Mu. Karena Allah lah sumber hidayah dan Maha
berkuasa. Maka mari teman.. tundukkan wajah kita, angkatlah tangan
kita, buang jauh kesombongan kita…..
Mari kita berdo’a kepada Allah seperti do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Nuh;
“Ya
Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan
janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kebinasaan.” (Qs Nuh: 28).
Ya, mari kita berdoa dan meluaskan do’a kita, seperti yang dilakukan oleh Nabi Nuh..
Nabi Nuh berdo’a untuk dirinya sendiri, orang tua, saudara, kaum mukminin dan mukminat.
*Tulisan
ini tertuju khusus untuk diriku sendiri. Saat kubaca tulisannya Amru
khalid yang mampu masuk ke relung hati, jiwa dan ruang fikirku…
Saat
titik-titik itu mulai jatuh ditengah sujudku… saat kuresapi makna usia
yang semakin berkurang sedangkan amal begitu sedikit dan begitu banyak
waktu terbuang… tersia..
Ya Rabbi… ampunkah hamba…
Berilah
tambahan kekuatan tekad dan keteguhan kepada hamba untuk selalu
senantiasa berada di jalan kebenaran, jalan Para Nabi dan syuhada. Jalan
yang akan menyelamatkan hamba di dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar