"Islamic Quotes"

Selasa, Mei 03, 2011

Umat Islam dan Besi (Keseimbangan)

Surah Al-Hadid membahas pilihan antara materi dan ruhani. Namun, surat ini tidak mengatakan untuk memilih salah satu di antara keduanya, tetapi seimbang antara keduanya.

Umat Islam dan BESI
                Sebelum mengkaji ayat-ayat surah Al-Hadi, terdapat realitas yang menyedihkan, yaitu umat Islam yang membaca surat Al-Hadid dalam kitab suci, belum bisa mengolah dan memanfaatkan besi. Padahal besi dijadikan judul surah, tetapi dilupakan dan hilang dari kehidupan umat islam.
… Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (Qs Al-Hadid : 25)
                Besi, menurut bahasa modern, merupakan lambang industri berat. Dan, penggunaan produk industri berat selaras dengan yang dijelaskan oleh ayat (ba’sun syadiidun), yakni industri militer, (wamanaa fi’ulinnasi), yakni industri teknologi dan pengembangan. Keduanya merupakan konsep dasar industri manusia dalam perang maupun damai. Lalu, dimanakah posisi umat dalam surah Al-Hadid???
Dimanakah posisi umat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, industri dan teknologi??
                Setelah melihat realita yang menyedihkan ini, mari kita pahami apa yang diinginkan oleh Allah swt dalam surah ini, sehingga kita dapat memahami keseimbangan dan keseluruhan (syumul) Islam. Kemudian kita bergerak bersama kafilah kemajuan dan peradaban….


Keseimbangan
                Apa target yang ingin dicapai surah Al-Hadid?? Sesungguhnya surah ini menyeru kepada manusia untuk memilih materialisme dan spiritualisme. Ia menceritakan beberapa manusia yang memfokuskan diri hanya untuk beribadah. Di sisi lain, ada manusia yang hatinya keras karena sibuk bekerja dan terlena oleh dunia sehingga mengorbankan ketaatannya. Surah ini menjelaskan bahwa kedua kelompok itu salah, serta jauh dari jalan Allah dan manhaj-Nya.

Berlebihan Dalam Materi
                Ketika membahas kelompok pertama, terlihat ayat yang sangat indah dan menggetarkan hati yang keras sehingga mengingatkan kepada Allah swt.
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka ….” . Mereka telah tertipu oleh dunia, maka akibatnya,
Lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Al-Hadid: 16)

                Ini teguran lembut dari Tuhan Yang Maha Perkasa. Para sahabat benar-benar merasakan teguran itu, padahal mereka adalah orang-orang yang paling khusyu’. Komentar mereka terhadap ayat ini: “Ketika ayat ini diturunkan, Allah menegur kami karena hati kami telah keras.”
                Ayat yang hadir setelahnya adalah,
“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya …. “ (Qs Al-Hadid: 17)

                Apa hubungan kerasnya hati dengan turunnya hujan? Sesungguhnya, Dzat yang menghidupkan bumi dengan hujan setelah bumi tersebut kering dan mati adalah Dzat Yang Mahakuasa menghidupkan hati dengan berdzikir kepada-Nya, meskipun hati itu sudah keras dan jauh dari jalan-Nya.

Berlebihan Dalam Ruhani
                Kelompok manusia kedua, adalah orang-orang yang berlebihan dalam kerohanian dan menjauh dari dunia. Perhatikan firman Allah swt, berikut,
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa Putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang . . . . “ (Al-Hadid: 27)

Sampai ayat ini, keimanan bani israil masih diikuti rasa santun dan kasih sayang. Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu?
“ …. Dan mereka mengada-ngadakan rahbaniyyah* padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-ngadakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak diantara mereka orang-orang fasik.” (Al-Hadiid: 27).
*Rahbaniah ialah tidak beristri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara

                Yang menarik, dua ayat yang membicarakan sikap berlebihan, baik dalam materialisme atau spiritualisme ditutup dengan kalimat yang sama, yaitu:
“Dan, banyak di antara mereka orang-orang fasik.”

                Kefasikan artinya keluar dari manhaj. Menurut etimologi, fasaqat an-nawwah, artinya biji telah keluar dari kulitnya. Keluar dari manhaj Rabbani dalam menjauhi dunia dan fokus dalam ibadah sama persis dengan keras hati dan jauh dari spiritualisme.

Umat Pertengahan
                Surah Al-Hadid ini berkata kepada kita, “Wahai umat Muhammad saw, kamu tidak termasuk dalam salah satu dari dua kelompok tersebut. Kamu adalah umat yang seimbang dan moderat, antara kelembutan hati dan hubungan baik dengan Allah dan kesuksesan dunia. Oleh karena itu, pokok bahasan ini terdapat pada ayat ke-25. Ayat ini menjelaskan makna keseimbagan dengan sangat menarik.
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata …”, Yakni berbagai urusan keimanan.
“Dan, telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) …”

                Disini terdapat penegasan terhadap aspek materi dan kesuksesan dalam kehidupan duniawi
Dan, Supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.”
                Keseluruhan ayat ini menegaskan sasaran penggunaan besi, yakni untuk membela agama Allah swt dengan menggunakan berbagai industri militer dan produk-produk teknologi.
                Surah ini juga menjelaskan kaidah yang tidak akan berubah sepanjang generasi:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk, .. (Al-Hadid; 26)

                Mereka adalah orang-orang yang memahami agama Allah dan mengetahui bagaimana menyeimbangkan antara kehidupan materi dan ruhani.

“……..Dan, banyak di antara mereka fasik.” (Al-Hadid : 26)

Keseimbangan Pembuka Cahaya
                Ada catatan unik dalam surah ini, yaitu kata “Nur” (Cahaya) disebutkan tiga kali untuk memberikan pemahaman kepada kita tentang hakikat keseimbangan dalam islam.
1.       Dunia
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan ….” (Al-Hadid : 28)

2.       Di atas shirath
“ (Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka …” (Al-Hadid ; 12)

3.       Di Surga
“… Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahal dan cahaya mereka … “ (Al Hadiiid: 19)

Coba perhatikan keindahan dan kesimbangan agama ini! Surah ini menegaskan bahwa komitmen dalam ketaatan kepada Allah dapat menerangi gerak langkah kita dalam kehidupan. Selain itu juga akan menerangi perjalanan kita ketika melewati shirath di akhirat. Tidak hanya itu, surah ini juga menyebutkan cahaya yang akan diberikan secara khusus kepada sekelompok manusia.
… Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahal dan cahaya mereka….” (Al Hadiid: 19)

Karena telah menggunakan besi dalam industri militer, mereka berada pada puncak kesuksesan hidup dan pembelaan terhadap agama Allah. Disamping itu, mereka telah mengorbankan hidupnya di jalan Allah sehingga berada pada puncak spiritualisme dan hubungan dengan-Nya. Inilah keseimbangan yang sangat indah dan jelas dalam surah Al-Hadiid.


*Taken from Khowatir Qur’aniyah Nazharat fi ahdafi suwatiil Qur’an. Penulis Amru khalid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar