Surah Al-Hadid membahas pilihan antara materi dan ruhani. Namun,
surat ini tidak mengatakan untuk memilih salah satu di antara keduanya,
tetapi seimbang antara keduanya.
Umat Islam dan BESI
Sebelum mengkaji ayat-ayat surah Al-Hadi, terdapat realitas yang
menyedihkan, yaitu umat Islam yang membaca surat Al-Hadid dalam kitab
suci, belum bisa mengolah dan memanfaatkan besi. Padahal besi dijadikan
judul surah, tetapi dilupakan dan hilang dari kehidupan umat islam.
“… Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (Qs Al-Hadid : 25)
Besi, menurut bahasa modern, merupakan lambang industri berat. Dan,
penggunaan produk industri berat selaras dengan yang dijelaskan oleh
ayat (ba’sun syadiidun), yakni industri militer, (wamanaa fi’ulinnasi),
yakni industri teknologi dan pengembangan. Keduanya merupakan konsep
dasar industri manusia dalam perang maupun damai. Lalu, dimanakah posisi
umat dalam surah Al-Hadid???
Dimanakah posisi umat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, industri dan teknologi??
Setelah melihat realita yang menyedihkan ini, mari kita pahami apa yang
diinginkan oleh Allah swt dalam surah ini, sehingga kita dapat memahami
keseimbangan dan keseluruhan (syumul) Islam. Kemudian kita bergerak
bersama kafilah kemajuan dan peradaban….
Keseimbangan
Apa target yang ingin dicapai surah Al-Hadid?? Sesungguhnya surah ini
menyeru kepada manusia untuk memilih materialisme dan spiritualisme. Ia
menceritakan beberapa manusia yang memfokuskan diri hanya untuk
beribadah. Di sisi lain, ada manusia yang hatinya keras karena sibuk
bekerja dan terlena oleh dunia sehingga mengorbankan ketaatannya. Surah
ini menjelaskan bahwa kedua kelompok itu salah, serta jauh dari jalan
Allah dan manhaj-Nya.
Berlebihan Dalam Materi
Ketika membahas kelompok pertama, terlihat ayat yang sangat indah dan
menggetarkan hati yang keras sehingga mengingatkan kepada Allah swt.
“Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka ….” . Mereka telah tertipu oleh dunia, maka akibatnya,
“Lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Al-Hadid: 16)
Ini teguran lembut dari Tuhan Yang Maha Perkasa. Para sahabat
benar-benar merasakan teguran itu, padahal mereka adalah orang-orang
yang paling khusyu’. Komentar mereka terhadap ayat ini: “Ketika ayat ini diturunkan, Allah menegur kami karena hati kami telah keras.”
Ayat yang hadir setelahnya adalah,
“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya …. “ (Qs Al-Hadid: 17)
Apa
hubungan kerasnya hati dengan turunnya hujan? Sesungguhnya, Dzat yang
menghidupkan bumi dengan hujan setelah bumi tersebut kering dan mati
adalah Dzat Yang Mahakuasa menghidupkan hati dengan berdzikir
kepada-Nya, meskipun hati itu sudah keras dan jauh dari jalan-Nya.
Berlebihan Dalam Ruhani
Kelompok manusia kedua, adalah orang-orang yang berlebihan dalam
kerohanian dan menjauh dari dunia. Perhatikan firman Allah swt, berikut,
“Kemudian
Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan
(pula) Isa Putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami
jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih
sayang . . . . “ (Al-Hadid: 27)
Sampai ayat ini, keimanan bani israil masih diikuti rasa santun dan kasih sayang. Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu?
“
…. Dan mereka mengada-ngadakan rahbaniyyah* padahal Kami tidak
mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang
mengada-ngadakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak
memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan
kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak
diantara mereka orang-orang fasik.” (Al-Hadiid: 27).
*Rahbaniah ialah tidak beristri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara
Yang menarik, dua ayat yang membicarakan sikap berlebihan, baik dalam
materialisme atau spiritualisme ditutup dengan kalimat yang sama, yaitu:
“Dan, banyak di antara mereka orang-orang fasik.”
Kefasikan artinya keluar dari manhaj. Menurut etimologi, fasaqat an-nawwah, artinya
biji telah keluar dari kulitnya. Keluar dari manhaj Rabbani dalam
menjauhi dunia dan fokus dalam ibadah sama persis dengan keras hati dan
jauh dari spiritualisme.
Umat Pertengahan
Surah Al-Hadid ini berkata kepada kita, “Wahai umat Muhammad saw, kamu
tidak termasuk dalam salah satu dari dua kelompok tersebut. Kamu adalah
umat yang seimbang dan moderat, antara kelembutan hati dan hubungan baik
dengan Allah dan kesuksesan dunia. Oleh karena itu, pokok bahasan ini
terdapat pada ayat ke-25. Ayat ini menjelaskan makna keseimbagan dengan
sangat menarik.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata …”, Yakni berbagai urusan keimanan.
“Dan,
telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) …”
Disini terdapat penegasan terhadap aspek materi dan kesuksesan dalam kehidupan duniawi
“Dan, Supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.”
Keseluruhan ayat ini menegaskan sasaran penggunaan besi, yakni untuk
membela agama Allah swt dengan menggunakan berbagai industri militer dan
produk-produk teknologi.
Surah ini juga menjelaskan kaidah yang tidak akan berubah sepanjang generasi:
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan
kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka di antara mereka
ada yang menerima petunjuk, .. (Al-Hadid; 26)
Mereka adalah orang-orang yang memahami agama Allah dan mengetahui
bagaimana menyeimbangkan antara kehidupan materi dan ruhani.
“……..Dan, banyak di antara mereka fasik.” (Al-Hadid : 26)
Keseimbangan Pembuka Cahaya
Ada
catatan unik dalam surah ini, yaitu kata “Nur” (Cahaya) disebutkan tiga
kali untuk memberikan pemahaman kepada kita tentang hakikat
keseimbangan dalam islam.
1. Dunia
“Hai
orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah
dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya
kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya
itu kamu dapat berjalan ….” (Al-Hadid : 28)
2. Di atas shirath
“
(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan
perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka …” (Al-Hadid ; 12)
3. Di Surga
“… Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahal dan cahaya mereka … “ (Al Hadiiid: 19)
Coba
perhatikan keindahan dan kesimbangan agama ini! Surah ini menegaskan
bahwa komitmen dalam ketaatan kepada Allah dapat menerangi gerak langkah
kita dalam kehidupan. Selain itu juga akan menerangi perjalanan kita
ketika melewati shirath di akhirat. Tidak hanya itu, surah ini juga
menyebutkan cahaya yang akan diberikan secara khusus kepada sekelompok
manusia.
“… Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahal dan cahaya mereka….” (Al Hadiid: 19)
Karena
telah menggunakan besi dalam industri militer, mereka berada pada
puncak kesuksesan hidup dan pembelaan terhadap agama Allah. Disamping
itu, mereka telah mengorbankan hidupnya di jalan Allah sehingga berada
pada puncak spiritualisme dan hubungan dengan-Nya. Inilah keseimbangan
yang sangat indah dan jelas dalam surah Al-Hadiid.
*Taken from Khowatir Qur’aniyah Nazharat fi ahdafi suwatiil Qur’an. Penulis Amru khalid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar