"Islamic Quotes"

Kamis, November 04, 2010

Menggagas Aliansi Ideologis..?!



Tak ada musuh abadi
Dan tak ada kawan sejati
Yang ada adalah kepentingan abadi..



Falsafah itu yang hari ini dipakai oleh hampir seluruh gerakan mahasiswa. Ataupun para elit politik yang ada di Indonesia. Hal itu bisa terlihat ketika ada aksi-aksi jalanan yang mana walaupun gerakan tersebut berbeda baik dalam manhaj gerakan, pola, tujuan, strategi maupun background ataupun ideologi gerakan, namun ketika kepentingannya sama maka akan  bersatu dan terbentuklah sebuah aliansi gerakan. 
Pada elit politik juga demikian, mungkin sangat terkenal sekali pada era pemilihan presiden Indonesia yang pertama, yang dunia mengakui sebagai pemilihan presiden yang sangat demokratis di dunia. Yaitu koalisi poros tengah, yang mana untuk mencegal Megawati untuk menjadi presiden maka dibentuklah koalisi poros tengah tersebut. Dan koalisi ini berhasil membuat intrik politik sehingga yang terpilih adalah Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Namun, dalam perjalanan pemerintahan koalisi poros tengah ini bubar karena kepentingan orang-orang yang mewakili partainya berbeda. Sehingga koalisi yang kehadirannya sudah membuat sebuah sejarah besar di Indonesia tersebut kandas.

Dalam gerakan mahasiswa juga tidak berbeda jauh, kita tentu masih ingat bagaimana gerakan mahasiswa membuat aliansi bersama untuk menjatuhkan rezim soeharto dan ternyata berhasil. Namun, dalam perjalanan reformasi dengan 6 tuntutan besarnya, ternyata aliansi ini bubar. Hampir semua gerakan mahasiswa bergerak sendiri-sendiri back to their own move. Dan reformasi dibiarkan berjalan sendiri tanpa pengawalan oleh mahasiswa, dan akibatnya orde baru bangkit kembali dengan wajah baru dan performa baru berusaha mengambil alih kekuasaan kembali.

Dan pada saat memasuki tahun-tahun selanjutnya gerakan mahasiswa makin kebingungan untuk turut andil berjuang dalam era reformasi. Kebingungan untuk menentukan format gerakan, strategi gerak dan belum lagi ditambah berbagai persoalan, yang diantaranya adalah bahwa generasi baru yang memasuki wilayah kampus semakin hedonis kian tahunnya. Sehingga sulit untuk melanjutkan regenerasi gerakan dalam upaya penjagaan kemurnian perjuangan mahasiswa terhadap idealisme kenegaraannya.

Sangat wajar ketika ada yang mengatakan bahwa hampir seluruh gerakan mahasiswa saat ini dalam kondisi tiarap, atau "tidak bergerak". Karena memang itu realitasnya, bahwa hari ini hampir seluruh gerakan mahasiswa tidak mengambil peran yang significan dalam era reformasi. Yang notabenenya negara kini dalam rangka mencari format baru/ wajah baru negara. Negara dalam upaya mencari bentuk yang sesuai untuk dijadikan flatform negara. Dan KAMMI mungkin, semoga dalam kacamata objektif saya, termasuk salah satu gerakan mahasiswa yang masih eksis hari ini. Dan agak lebih baik geraknya dibanding gerakan lain. Karena walaupun dengan tertatih tetap berusaha untuk eksis, turut andil dalam wacana-wacana perpolitikan baik di pusat, maupun daerah. Hal itu jika kita pandang dalam kacamata umum gerakan mahasiswa. Namun, jika kita memandang dari kacamata dakwah, maka gerakan KAMMI bisa dikatakan "hidup segan mati tak mau". Karena sejatinya KAMMI sebagai salah satu gerakan yang sangat berani pada masa kelahirannya, harus mampu mengawal proses transisi demokrasi ini sehingga negara menemukan bentuk baru yang di inginkan oleh cita-cita reformasi dan rakyatnya. Namun, dalam perjalananya KAMMI banyak disibukkan dengan masalah internal. Wajar sih, hanya saja tidak wajar jika terlalu berkutat pada masalah tersebut, sementara rakyat (baca: umat) menanti kontribusi aktif kita dalam membangun negara. Sekarang, saatnya menarik KAMMI dari masalah internal dan keluar dari problematika internal untuk melihat betapa semrawutnya dunia saat ini.  Dan betapa butuhnya mereka akan kerja-kerja nyata dari KAMMI.

Tsun Zu berkata, seni berperang paling baik adalah menjaga negara bagian sendiri; menghancurkan negara bagian musuh adalah kedua terbaik. Paling baik adalah menjaga pasukan sendiri, batalion sendiri; menghancurkan pasukan atau batalion musuh adalah kedua terbaik. Jadi memenangkan seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah kesempurnaan tertinggi; kesempurnaan tertinggi adalah meredam pasukan musuh tanpa bertempur sama sekali. Oleh karenanya kebijakan militer terbaik adalah menyerang strategi; berikutnya menyerang persekutuan; berikutnya menyerang pasukan dan paling buruk adalah menyerang kota-kota bertembok. Yang ahli menggunakan militer meredam kekuatan musuh tanpa bertempur, merebut kota-kota bertembok musuh tanpa menyerang dan menghancurkan negara bagian musuh tanpa perang berkepanjangan.

Wah, jika kita menilik dan menganalisis dari pernyataan diatas, maka bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa hari ini "kalah sebelum perang sungguhan" atau "lari dari pertempuran" dan atau terkalahkan oleh elit kekuasaan. Sesuai dengan pernyataan diatas, "yang ahli menggunakan militer meredam kekuatan musuh tanpa bertempur". Dan jika saya melihat, hal itu yang terjadi saat ini, artinya gerakan mahasiswa sekarang ini di sibukkan dengan banyak isu. Sehingga kebingungan menentukan isu mana yang strategis dan bisa menyentuh dasar/ akar permasalahan. Belum lagi ditambah dengan permasalahan lain seperti: aktifitas kuliah, tuntutan orang tua dan beragam "masalah" mahasiswa lainnya. Dan juga yang tak kalah pentingnya masalah regenerasi gerakan yang makin tahun makin mandek. Jadi, tanpa menggunakan kekuatan senjata dan biaya banyak, gerakan mahasiswa sedikit-demi sedikit bisa "dijinakkan" (baca: dikendalikan) oleh elit kekuasaan.

Dan KAMMI, dimanakah KAMMI saat ini?? Saya teringat kepada misi KAMMI waktu saya pertama kali bergabung di KAMMI pada masa awal saya masih menjadi mahasiswa baru yaitu KAMMI sebagai pelopor, perekat dan pemercepat proses perubahan. Menilik dari hal tersebut, sebenarnya peran KAMMI sangat besar, yaitu menjadi pelopor perubahan, perekat umat/perbedaan, dan juga pemercepat perubahan. Namun saya tertarik untuk mengambil analisis yang berkenaan dengan pointer "perekat" pada Misi KAMMI yang lama.

Mahfudz Sidik dalam bukunya: KAMMI dan pergulatan Reformasi mengatakan, "KAMMI merupakan aktor baru dengan basis kekuatan gerakan yang solid di antara sekian banyak elemen-elemen gerakan pro-demokrasi. Dikalangan gerakan berhaluan moderat-kritis, KAMMI merupakan kekuatan paling menonjol dan memimpin, selain itu dikalangan pragmatis-realis, yang banyak diisi oleh organ-organ gerakan islam, KAMMI membangun aliansi besar. Kemudian  dengan kalangan berhaluan radikal-revolusioner, KAMMI aktif membangun dialog dan kerjasama dalam agenda-agenda yang disepakati bersama. Posisi dan sikap ini memungkinkan KAMMI untuk mengambil peran sebagai motor konsolidasi gerakan pro-demokrasi dari berbagai haluan untuk mendobrak kebekuan proses transisi demokrasi atau kemandegan reformasi.

Saya pikir peran ini yang sebaiknya dimainkan KAMMI kedepannya, yaitu menjadi motor konsolidasi gerakan pro-demokrasi dari berbagai haluan. Kita mengenal 3 tipe aliansi, yaitu aliansi taktis, strategis dan ideologis. Tentu saja dengan elemen gerakan pro-demokrasi, moderat-kritis, pragmatis-realis ataupun radikal-revolusioner kita hanya melakukan pembangunan gerakan/ jaringan yang sekedar berbentuk aliansi taktis ataupun strategis. Atau sesuai dengan kepentingan yang sama saja, yang tidak mengideologis. Namun, saya pikir, hari ini KAMMI harus sudah memikirkan untuk membangun sebuah aliansi ideologis yang permanen baik dengan sesama gerakan islam maupun ormas-ormas islam yang ada. Aliansi ideologis ini dibutuhkan dalam rangka mewujudkan wihdatul ummah. Atau menyatukan umat dalam sebuah gerakan besar sehingga islam menjadi menang dengan di tandainya terbentuknya khilafah yang sesungguhnya.

Akan sangat disayangkan, ketika umat islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia namun terjadi perpecahan dan kita tidak mampu menyatukan itu dalam satu barisan yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama yaitu: kemenangan Islam. Walaupun, Rasulullah sendiri pernah berkata, bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang masuk surga. Namun, saya juga yakin dengan hadistnya Rasul, bahwa islam akan menang kembali dan menguasai seluruh dunia. Sehingga kemanapun kita pergi kita selalu dalam naungan kekhalifahan islam Dan mungkin, menurut saya ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah dengan membentuk aliansi ideologis dengan sesama gerakan ataupun ormas islam. Karena saya yakin, bahwa tujuan akhirnya pasti sama: Islam menang. Pertanyaannya adalah apakah mungkin membentuk aliansi ideologis tersebut??

Dan ternyata, Allah membuktikan bahwa itu mungkin saja. Allah membuktikan kepada kita lewat bencana-bencana/ kejadian-kejadian yang terjadi beberapa bulan belakangan ini yang melanda dunia bahwa umat islam itu baik apakah dia perseorangan, berbentuk gerakan, ormas, kepartaian ataupun sebuah negara bisa bersatu untuk bekerjasama dalam membela islam dan memenangkan islam. Misal, kita ambil contoh kasus: pertama, kasus pembuatan karikatur Rasulullah yang membuat marah seluruh umat muslim di dunia. Kedua, pada isu bencana alam yang melanda Indonesia. Ternyata kita mampu bersatu, bahkan umat muslim yang berbeda negara dengan kitalah yang pertama kali menyumbangkan bantuannya kepada Indonesia. Hanya saja tidak ekspos di media. Kemudian, bencana terbaru yaitu penyerangan Israel ke Libanon yang akhirnya membuka mata seluruh dunia bahwa Palestina juga sudah sejak lama di serang oleh Israel. Dan terjadi pembantaian disana yang melanggar hak-hak kemanusian yang termaktub dalam konsensi HAM. Dan dengan isu-isu tersebut, umat islam membuat sebuah gerakan bersama tanpa terkotak oleh perbedaan mazhab, flatform, latar belakang dan juga pola serta strategi gerak.

Saya melihat ada beberapa isu yang bisa kita angkat sehingga kita bisa membentuk aliansi ideologis ini dengan gerakan islam maupun ormas islam yang lain. Isu yang dapat kita jadikan isu bersama yang akan memancing bersatunya gerakan dan ormas islam dalam sebuah aliansi gerakan adalah: kita menggunakan isu yang mana disana Islam diserang secara nyata (Misalnya: kasus karikatur Rasul, pelecehan terhadap Al-Qur'an), kedua isu kemanusiaan (bencana, pembantaian kaum muslim) dan yang terakhir isu pembentukan jama'atul muslimin menuju terbentuknya khilafah.

Saya melihat bahwa hari ini taktik para yahudi untuk mengenggam dunia adalah dengan menguasai media. Sehingga media yang mereka gunakan untuk mendepolitisasi/menghancurkan islam dan umatnya adalah dengan media baik itu elektronik maupun cetak. Dan mereka hampir tidak pernah menyerang islam secara langsung. Tapi perang yang dilakukan adalah perang pemikiran (ghazwul fikri). Lewat budaya, kultur ataupun 4 F (fashion, fun, food, film). Ini karena mereka tahu bahwa jika mereka menyerang islam secara nyata maka perlawanan terhadap mereka akan di galakkan oleh umat islam di seluruh dunia. Makanya, kita harus memikirkan bagaimana caranya agar mereka melakukan "penyerangan" terhadap islam itu secara nyata, misalnya kasus karikatur Rasul itu.

Menurut saya, Aliansi ideologis ini dibutuhkan dalam rangka menghancurkan "serangan" yahudi beserta antek-anteknya. Dan aliansi ideologis ini akan membantu mempercepat proses terbentuknya jama'atul muslimin. Sebagaimana dikatakan oleh Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir dalam bukunya: Menuju Jama'atul Muslimin, bahwa "pemerintahan islam secara umum dalam bentuk jama'atul muslimin tidak ada di dunia dewasa ini. Mewujudkannya adalah fardhu 'ain bagi umat islam seluruhnya sampai ia tegak". Jadi aliansi ideologis ini akan lebih besar berperan dalam kebangkitan umat dan pembentukan khilafah. Sebagaimana kaidah syar'i yang mengatakan, bahwa " Sesuatu yang tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjadi wajib. Jadi ketika kita disatukan dengan ideologi yang sama, maka tarik menarik kepentingan tidak akan terlalu besar. Dan kerja-kerja umat juga akan semakin produktif dan progresif.

Jadi, sudah cukup berkutat pada masalah internal gerakan, karena biasanya kita akan makin "terjebak" pada masalah tersebut. Sehingga gerak KAMMI tidak akan nyata dirasakan oleh masyarakat. Dan sudah saatnya membawa gerakan KAMMI keluar, melihat dunia yang lebih nyata dan lebih kompleks masalahnya. Yang sangat membutuhkan tawaran solusi dari kita. Bukankah beberapa pointer dalam prinsip gerakan KAMMI adalah: Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI, Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI, Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI dan Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI. Jadi, jangan pernah katakan bahwa KAMMI tidak ada agenda, yang ada adalah kita tidak bisa membaca medan perjuangan (baca: ma'rifah medan) yang saat ini ada. Dan juga mencari celah di dalam penatnya permasalahan yang ada. Dan peran-peran itu ada dipundak kita. Peran untuk mewujudkan jama'atul muslimin dan mempelopori terbentuknya khilafah menuju kemenangan islam.

O ye who believe! when ye meet the unbelievers in hostile
array never turn your backs to them.
If any do turn his back to them on such a day unless it be in
a stratagem of war or to retreat to a troop (of his own). He draws
on himself the wrath of Allah and his abode is Hell and evil
refuge (indeed)!.
 It is not ye who slew them; it was Allah: when thou threwest
(a handful of dust) it was not thy act but Allah's: in order that
He might test the believers by a gracious trial from Himself: for
Allah is He who heareth and knoweth (all things).
( Qs: Al-Anfal : 15-17)



Untuk sebuah gerak...!!!
In room of Jihad, August 31st 2006   00:03


Tidak ada komentar:

Posting Komentar