Tak ada musuh
abadi
Dan tak ada
kawan sejati
Yang ada adalah
kepentingan abadi..
Falsafah itu yang hari ini dipakai oleh hampir seluruh gerakan mahasiswa. Ataupun
para elit politik yang ada di Indonesia. Hal itu bisa terlihat ketika ada
aksi-aksi jalanan yang mana walaupun gerakan tersebut berbeda baik dalam manhaj
gerakan, pola, tujuan, strategi maupun background ataupun ideologi gerakan,
namun ketika kepentingannya sama maka akan bersatu dan terbentuklah
sebuah aliansi gerakan.
Pada elit politik juga demikian, mungkin sangat
terkenal sekali pada era pemilihan presiden Indonesia yang pertama, yang dunia
mengakui sebagai pemilihan presiden yang sangat demokratis di dunia. Yaitu
koalisi poros tengah, yang mana untuk mencegal Megawati untuk menjadi presiden
maka dibentuklah koalisi poros tengah tersebut. Dan koalisi ini berhasil
membuat intrik politik sehingga yang terpilih adalah Abdurrahman Wahid sebagai
Presiden RI. Namun, dalam perjalanan pemerintahan koalisi poros tengah ini
bubar karena kepentingan orang-orang yang mewakili partainya berbeda. Sehingga
koalisi yang kehadirannya sudah membuat sebuah sejarah besar di Indonesia
tersebut kandas.
Dalam gerakan mahasiswa juga tidak berbeda jauh, kita tentu masih ingat
bagaimana gerakan mahasiswa membuat aliansi bersama untuk menjatuhkan rezim
soeharto dan ternyata berhasil. Namun, dalam perjalanan reformasi dengan 6
tuntutan besarnya, ternyata aliansi ini bubar. Hampir semua gerakan mahasiswa
bergerak sendiri-sendiri back to their own move. Dan reformasi dibiarkan
berjalan sendiri tanpa pengawalan oleh mahasiswa, dan akibatnya orde baru
bangkit kembali dengan wajah baru dan performa baru berusaha mengambil alih kekuasaan
kembali.
Dan pada saat memasuki tahun-tahun selanjutnya gerakan mahasiswa makin
kebingungan untuk turut andil berjuang dalam era reformasi. Kebingungan untuk
menentukan format gerakan, strategi gerak dan belum lagi ditambah berbagai
persoalan, yang diantaranya adalah bahwa generasi baru yang memasuki wilayah
kampus semakin hedonis kian tahunnya. Sehingga sulit untuk melanjutkan
regenerasi gerakan dalam upaya penjagaan kemurnian perjuangan mahasiswa
terhadap idealisme kenegaraannya.
Sangat wajar ketika ada yang mengatakan bahwa hampir seluruh gerakan
mahasiswa saat ini dalam kondisi tiarap, atau "tidak bergerak".
Karena memang itu realitasnya, bahwa hari ini hampir seluruh gerakan mahasiswa
tidak mengambil peran yang significan dalam era reformasi. Yang notabenenya negara
kini dalam rangka mencari format baru/ wajah baru negara. Negara dalam upaya
mencari bentuk yang sesuai untuk dijadikan flatform negara. Dan KAMMI mungkin,
semoga dalam kacamata objektif saya, termasuk salah satu gerakan mahasiswa yang
masih eksis hari ini. Dan agak lebih baik geraknya dibanding gerakan lain.
Karena walaupun dengan tertatih tetap berusaha untuk eksis, turut andil dalam
wacana-wacana perpolitikan baik di pusat, maupun daerah. Hal itu jika kita
pandang dalam kacamata umum gerakan mahasiswa. Namun, jika kita memandang dari
kacamata dakwah, maka gerakan KAMMI bisa dikatakan "hidup segan mati tak
mau". Karena sejatinya KAMMI sebagai salah satu gerakan yang sangat berani
pada masa kelahirannya, harus mampu mengawal proses transisi demokrasi ini
sehingga negara menemukan bentuk baru yang di inginkan oleh cita-cita reformasi
dan rakyatnya. Namun, dalam perjalananya KAMMI banyak disibukkan dengan masalah
internal. Wajar sih, hanya saja tidak wajar jika terlalu berkutat pada masalah
tersebut, sementara rakyat (baca: umat) menanti kontribusi aktif kita dalam
membangun negara. Sekarang, saatnya menarik KAMMI dari masalah internal dan
keluar dari problematika internal untuk melihat betapa semrawutnya dunia saat
ini. Dan betapa butuhnya mereka akan kerja-kerja nyata dari KAMMI.
Tsun Zu berkata, seni berperang paling baik adalah menjaga negara bagian
sendiri; menghancurkan negara bagian musuh adalah kedua terbaik. Paling baik
adalah menjaga pasukan sendiri, batalion sendiri; menghancurkan pasukan atau
batalion musuh adalah kedua terbaik. Jadi memenangkan seratus kemenangan dalam
seratus pertempuran bukanlah kesempurnaan tertinggi; kesempurnaan tertinggi
adalah meredam pasukan musuh tanpa bertempur sama sekali. Oleh karenanya
kebijakan militer terbaik adalah menyerang strategi; berikutnya menyerang
persekutuan; berikutnya menyerang pasukan dan paling buruk adalah menyerang
kota-kota bertembok. Yang ahli menggunakan militer meredam kekuatan musuh tanpa
bertempur, merebut kota-kota bertembok musuh tanpa menyerang dan menghancurkan
negara bagian musuh tanpa perang berkepanjangan.
Wah, jika kita menilik dan menganalisis dari pernyataan diatas, maka bisa
dikatakan bahwa gerakan mahasiswa hari ini "kalah sebelum perang
sungguhan" atau "lari dari pertempuran" dan atau terkalahkan
oleh elit kekuasaan. Sesuai dengan pernyataan diatas, "yang ahli
menggunakan militer meredam kekuatan musuh tanpa bertempur". Dan jika saya
melihat, hal itu yang terjadi saat ini, artinya gerakan mahasiswa sekarang ini
di sibukkan dengan banyak isu. Sehingga kebingungan menentukan isu mana yang
strategis dan bisa menyentuh dasar/ akar permasalahan. Belum lagi ditambah
dengan permasalahan lain seperti: aktifitas kuliah, tuntutan orang tua dan
beragam "masalah" mahasiswa lainnya. Dan juga yang tak kalah
pentingnya masalah regenerasi gerakan yang makin tahun makin mandek. Jadi,
tanpa menggunakan kekuatan senjata dan biaya banyak, gerakan mahasiswa sedikit-demi
sedikit bisa "dijinakkan" (baca: dikendalikan) oleh elit kekuasaan.
Dan KAMMI, dimanakah KAMMI saat ini?? Saya teringat kepada misi KAMMI waktu
saya pertama kali bergabung di KAMMI pada masa awal saya masih menjadi
mahasiswa baru yaitu KAMMI sebagai pelopor, perekat dan pemercepat proses
perubahan. Menilik dari hal tersebut, sebenarnya peran KAMMI sangat besar,
yaitu menjadi pelopor perubahan, perekat umat/perbedaan, dan juga pemercepat
perubahan. Namun saya tertarik untuk mengambil analisis yang berkenaan dengan
pointer "perekat" pada Misi KAMMI yang lama.
Mahfudz Sidik dalam bukunya: KAMMI dan pergulatan Reformasi mengatakan,
"KAMMI merupakan aktor baru dengan basis kekuatan gerakan yang solid di
antara sekian banyak elemen-elemen gerakan pro-demokrasi. Dikalangan gerakan
berhaluan moderat-kritis, KAMMI merupakan kekuatan paling menonjol dan
memimpin, selain itu dikalangan pragmatis-realis, yang banyak diisi oleh
organ-organ gerakan islam, KAMMI membangun aliansi besar. Kemudian dengan
kalangan berhaluan radikal-revolusioner, KAMMI aktif membangun dialog dan
kerjasama dalam agenda-agenda yang disepakati bersama. Posisi dan sikap ini
memungkinkan KAMMI untuk mengambil peran sebagai motor konsolidasi gerakan
pro-demokrasi dari berbagai haluan untuk mendobrak kebekuan proses transisi
demokrasi atau kemandegan reformasi.
Saya pikir peran ini yang sebaiknya dimainkan KAMMI kedepannya, yaitu
menjadi motor konsolidasi gerakan pro-demokrasi dari berbagai haluan. Kita
mengenal 3 tipe aliansi, yaitu aliansi taktis, strategis dan ideologis. Tentu
saja dengan elemen gerakan pro-demokrasi, moderat-kritis, pragmatis-realis
ataupun radikal-revolusioner kita hanya melakukan pembangunan gerakan/ jaringan
yang sekedar berbentuk aliansi taktis ataupun strategis. Atau sesuai dengan
kepentingan yang sama saja, yang tidak mengideologis. Namun, saya pikir, hari
ini KAMMI harus sudah memikirkan untuk membangun sebuah aliansi ideologis yang
permanen baik dengan sesama gerakan islam maupun ormas-ormas islam yang ada.
Aliansi ideologis ini dibutuhkan dalam rangka mewujudkan wihdatul ummah. Atau
menyatukan umat dalam sebuah gerakan besar sehingga islam menjadi menang dengan
di tandainya terbentuknya khilafah yang sesungguhnya.
Akan sangat disayangkan, ketika umat islam merupakan mayoritas penduduk
Indonesia namun terjadi perpecahan dan kita tidak mampu menyatukan itu dalam
satu barisan yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama yaitu: kemenangan
Islam. Walaupun, Rasulullah sendiri pernah berkata, bahwa umat ini akan
terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang masuk surga. Namun, saya
juga yakin dengan hadistnya Rasul, bahwa islam akan menang kembali dan
menguasai seluruh dunia. Sehingga kemanapun kita pergi kita selalu dalam
naungan kekhalifahan islam Dan mungkin, menurut saya ikhtiar yang bisa kita
lakukan adalah dengan membentuk aliansi ideologis dengan sesama gerakan ataupun
ormas islam. Karena saya yakin, bahwa tujuan akhirnya pasti sama: Islam menang.
Pertanyaannya adalah apakah mungkin membentuk aliansi ideologis tersebut??
Dan ternyata, Allah membuktikan bahwa itu mungkin saja. Allah membuktikan
kepada kita lewat bencana-bencana/ kejadian-kejadian yang terjadi beberapa
bulan belakangan ini yang melanda dunia bahwa umat islam itu baik apakah dia
perseorangan, berbentuk gerakan, ormas, kepartaian ataupun sebuah negara bisa
bersatu untuk bekerjasama dalam membela islam dan memenangkan islam. Misal,
kita ambil contoh kasus: pertama, kasus pembuatan karikatur Rasulullah yang
membuat marah seluruh umat muslim di dunia. Kedua, pada isu bencana alam yang
melanda Indonesia. Ternyata kita mampu bersatu, bahkan umat muslim yang berbeda
negara dengan kitalah yang pertama kali menyumbangkan bantuannya kepada
Indonesia. Hanya saja tidak ekspos di media. Kemudian, bencana terbaru yaitu
penyerangan Israel ke Libanon yang akhirnya membuka mata seluruh dunia bahwa
Palestina juga sudah sejak lama di serang oleh Israel. Dan terjadi pembantaian
disana yang melanggar hak-hak kemanusian yang termaktub dalam konsensi HAM. Dan
dengan isu-isu tersebut, umat islam membuat sebuah gerakan bersama tanpa
terkotak oleh perbedaan mazhab, flatform, latar belakang dan juga pola serta
strategi gerak.
Saya melihat ada beberapa isu yang bisa kita angkat sehingga kita bisa
membentuk aliansi ideologis ini dengan gerakan islam maupun ormas islam yang
lain. Isu yang dapat kita jadikan isu bersama yang akan memancing bersatunya
gerakan dan ormas islam dalam sebuah aliansi gerakan adalah: kita menggunakan
isu yang mana disana Islam diserang secara nyata (Misalnya: kasus karikatur
Rasul, pelecehan terhadap Al-Qur'an), kedua isu kemanusiaan (bencana,
pembantaian kaum muslim) dan yang terakhir isu pembentukan jama'atul muslimin
menuju terbentuknya khilafah.
Saya melihat bahwa hari ini taktik para yahudi untuk mengenggam dunia
adalah dengan menguasai media. Sehingga media yang mereka gunakan untuk
mendepolitisasi/menghancurkan islam dan umatnya adalah dengan media baik itu
elektronik maupun cetak. Dan mereka hampir tidak pernah menyerang islam secara
langsung. Tapi perang yang dilakukan adalah perang pemikiran (ghazwul fikri).
Lewat budaya, kultur ataupun 4 F (fashion, fun, food, film). Ini karena mereka
tahu bahwa jika mereka menyerang islam secara nyata maka perlawanan terhadap
mereka akan di galakkan oleh umat islam di seluruh dunia. Makanya, kita harus
memikirkan bagaimana caranya agar mereka melakukan "penyerangan"
terhadap islam itu secara nyata, misalnya kasus karikatur Rasul itu.
Menurut saya, Aliansi ideologis ini dibutuhkan dalam rangka menghancurkan
"serangan" yahudi beserta antek-anteknya. Dan aliansi ideologis ini
akan membantu mempercepat proses terbentuknya jama'atul muslimin. Sebagaimana
dikatakan oleh Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir dalam bukunya: Menuju
Jama'atul Muslimin, bahwa "pemerintahan islam secara umum dalam bentuk
jama'atul muslimin tidak ada di dunia dewasa ini. Mewujudkannya adalah fardhu
'ain bagi umat islam seluruhnya sampai ia tegak". Jadi aliansi
ideologis ini akan lebih besar berperan dalam kebangkitan umat dan pembentukan
khilafah. Sebagaimana kaidah syar'i yang mengatakan, bahwa " Sesuatu yang
tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjadi
wajib. Jadi ketika kita disatukan dengan ideologi yang sama, maka tarik menarik
kepentingan tidak akan terlalu besar. Dan kerja-kerja umat juga akan semakin
produktif dan progresif.
Jadi, sudah cukup berkutat pada masalah internal gerakan, karena biasanya
kita akan makin "terjebak" pada masalah tersebut. Sehingga gerak
KAMMI tidak akan nyata dirasakan oleh masyarakat. Dan sudah saatnya membawa
gerakan KAMMI keluar, melihat dunia yang lebih nyata dan lebih kompleks
masalahnya. Yang sangat membutuhkan tawaran solusi dari kita. Bukankah beberapa
pointer dalam prinsip gerakan KAMMI adalah: Kemenangan
Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI, Solusi Islam adalah tawaran perjuangan
KAMMI, Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI dan Persaudaraan adalah watak
muamalah KAMMI. Jadi, jangan pernah katakan bahwa KAMMI tidak ada
agenda, yang ada adalah kita tidak bisa membaca medan perjuangan (baca:
ma'rifah medan) yang saat ini ada. Dan juga mencari celah di dalam penatnya
permasalahan yang ada. Dan peran-peran itu ada dipundak kita. Peran untuk mewujudkan jama'atul muslimin dan mempelopori
terbentuknya khilafah menuju kemenangan islam.
O ye who believe! when ye meet the
unbelievers in hostile
array never turn your backs to them.
If any do turn his back to them on such a day unless it be in
a stratagem of war or to retreat to a troop (of his own). He draws
on himself the wrath of Allah and his abode is Hell and evil
refuge (indeed)!.
It is not ye who slew them; it was Allah: when thou threwest
(a handful of dust) it was not thy act but Allah's: in order that
He might test the believers by a gracious trial from Himself: for
Allah is He who heareth and knoweth (all things).
array never turn your backs to them.
If any do turn his back to them on such a day unless it be in
a stratagem of war or to retreat to a troop (of his own). He draws
on himself the wrath of Allah and his abode is Hell and evil
refuge (indeed)!.
It is not ye who slew them; it was Allah: when thou threwest
(a handful of dust) it was not thy act but Allah's: in order that
He might test the believers by a gracious trial from Himself: for
Allah is He who heareth and knoweth (all things).
( Qs: Al-Anfal : 15-17)
Untuk sebuah gerak...!!!
In room of Jihad, August 31st 2006 00:03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar