Sebut
saja Niar namanya. Seorang akhwat yang turut memberi pembelajaran berharga
dalam perjalanan kehidupanku. Aku ingat pertama kali bertemu dengannya di
fakultas termuda di kampusku. Waktu itu merupakan tahun-tahun terakhirku di
kampus. Dan aku berkunjung ke fakultas yang dekat dengan fakultasku. Ya,
sekedar mengecek kebenaran informasi dari temanku, bahwa disitu ngenet nya
murah banget se jam. Cuma seribu perak. Dan untuk membuktikannya berkunjunglah
aku ke fakultas tersebut.
Ketika berjalan di koridor fakultas baru itu, aku
melihat seorang akhwat berjalan dengan cepat dan dengan senyum sumringah iya
berkata, “Kak Yeti”. Aku pada saat itu tersenyum dan berkata, “Hai”. Pada saat
itu aku mencoba mengingat pernah berkenalan dimana? Kok dia bisa tahu namaku,
sedangkan aku tidak??
Hemmm .. apakah aku
punya penyakit baru?? (hehehe.. lupa
wajah dan nama orang??).
Itulah awal
pertemuanku dengannya. Dan semakin hari semakin sering, karena aku rada
ketagihan ngenet disitu. Anak yang supel, suka tersenyum dan ceria (sanguin
banget dah pokoknya).
Tahun berganti tahun, akupun agak
akrab dengannya. Sering satu kepanitiaan, dan kami juga satu kecamatan yang
membuat kami kadang bersama dalam beberapa kegiatan. Dan akupun semakin
mengenalnya.
Setahun terakhir ini aku semakin
dekat dengannya. Ya, memang watakku mudah menyesuaikan karakter. Apalagi kalau
ketemu sama sanguinis,,… wah bisa ikutan heboh dah. Semakin akrab dengan akhwat
ini, aku semakin mengenal karakternya. Apalagi setelah kupancing-pancing
berhasil juga mengungkap sisi lain dari kepribadiannya.
Kepribadian yang tak jauh beda
dengan seorang sahabat dekatku di Mempawah. Orang yang kelihatan kuat, bisa
diandalkan, cepat, tangkas, ceria dan mampu berbagi kebahagiaan kepada orang
lain. Padahal jika kita sensitif, kita akan sadar bahwa mereka menyembunyikan sisi
lain di balik karakter tersebut.
Akhwat ini membuatku belajar,
bahwa kadang kita tak perlu heboh mengumbar kesedihan dan persoalan hidup yang
kita hadapi. Cukuplah Allah menjadi penenang dan tempat mengadu. Ehm.. aku saja
butuh beberapa waktu untuk masuk ke “dunia ”nya yang lain dan mengorek sedikit
kisah hidupnya. Dan berhasil juga…! sosok yang kuat ini begitu tegar, bagaimana
tidak? Dia harus mampu menggantikan peran ayah sekaligus ibu bagi adik-adiknya.
Ya, karena ayahnya sudah meninggal ketika dia SMA dan ibunya sedang
sakit-sakitan dan tidak bisa bergerak banyak. Dia mengatur urusan ke
rumahtanggaan, keuangan dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan
keseharian keluarganya. Disamping itu ia juga harus berjuang menyelesaikan
skripsi, bekerja dan aktifitas lain di usia yang tergolong muda. Jika orang
tidak benar-benar mengenalnya, maka ia akan mengira bahwa akhwat ini tanpa
masalah karena selalu terlihat tegar dan ceria.
Beberapa minggu yang lalu dia
bertanya kepadaku tentang adat-adat yang ada di keluarganya. Agar tidak salah
tafsir, kubawakan saja dia sebuah buku fiqh. Ya, maksudku agar dia dapat
mendapatkan jawabannya lebih komplit. Dan hari itu kami berbicara tentang
banyak hal. Walaupun kadang ngalar ngidul. Tapi ada beberapa poin penting
tentang masa depan yang kutanyakan padanya.
Hari ini, berita kejutan datang padaku
jam 5.36. ah.. aku merasa malu, karena baru membaca smsnya jam 7.00 pagi. Langsung
saja kutelpon dia, dan memastikan kabarnya. Ternyata memang benar. Kabar itupun
kusebar ke nomor HP yang ada di phonebookku.
Ukhti, tahukah engkau, aku
bangga mengenalmu. Karena Allah menitipkan pembelajaran berharga untukku
lewatmu. Pembelajaran tentang perjuangan dan ketegaran.
Aku yakin ketika Allah
menakdirkan hal ini terjadi, itu karena Allah tahu bahwa kau kuat, kau hebat
dan kau mampu untuk memikul beban tanggung jawab itu. Jangan remehkan
kepercayaan Allah kepadamu. Sadarkah engkau bahwa Allah telah mentrainingmu
dari tahun 2004 itu. Sejak ibumu sakit.
Ah… bahagianya engkau menjadi
orang terpilih. Tak semua orang bisa sepertimu, dan tidak semua orang bisa
melalui hal ini dengan baik seperti yang telah engkau lakukan selama ini.
Ehm.. ingatlah sebuah lagu, “apapun yang terjadi, Allahkan selalu ada untukmu. Janganlah kau
bersedih coz everything gonna be ok.
Ya , semuannya akan baik-baik
saja, yakinlah Allah tak akan pernah meninggalkanmu sendirian. Cobalah lihat
sekelilingmu… ada saudara-saudara perjuanganmu. Dimana saja kau berada, ada
saudaramu… yang memapahmu saat kau jatuh, yang menopangmu saat goyah. Yang mengingatkanmu
saat kau alpa. Yang dapat kau genggam tangannya, yang dapat kau rebahkan
kepalamu.
Ah… tapi ketika kulihat sosok
dan wajahmu tadi sore. Aku yakin kau telah menjadi sekuat karang dan sekokoh
gunung sekarang. Jangan sia-siakan kepercayaan yang Allah berikan kepadamu. Berikan
hadiah terindah bagi kedua orang tuamu yang telah membesarkanmu dengan
menjadikan dirimu dan adik-adikmu layak disebut anak sholeha. Karena dengan
itulah kau dapat membahagiakan kedua orang tuamu.
Borneo, 7 Oktober 2010
21.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar