Hem…
“Senjata makan tuan”, kata-kata itu yang
terngiang dalam benakku seminggu terakhir ini. Pasalnya sudah seminggu ini
ditegur oleh Allah. Masih ingat jika mengisi di pelatihan baik di sekolah
ataupun kampus. Games ta’aruf atau acara perkenalan selalu menjadi games atau
hal pertama dilakukan. Dan kadang sayapun menerapkan games tersebut kepada para
peserta pelatihan bahkan anak didik yang baru pertama kali bertatap muka
denganku di ruang kelaspun pernah merasakan games tersebut.
ukhuwah itu indah |
Kadang saya sering
lupa dengan wajah orang tapi ingat nama, dan juga sering lupa dengan nama orang
tapi ingat wajah dan kadang juga lupa dua-duanya. Biasanya saya merasa gak enak
hati juga, ketika orang tersebut mengenali saya dan dapat menyebut nama saya
sedangkan saya hanya bisa tersenyum dan menyapa seolah-olah saya mengenali dia,
dan berusaha memeras otak saya untuk mereview atau memanggil beberapa memori di
otak saya yang berkenaan dengan orang yang ada di depan saya,
Hem,… kadang-kadang
berpura-pura SKSD malahan dengan orang yang saya lupa nama dan wajahnya.
Beberapa hari yang
lalu, saya makan di warung bakso favorite saya, ‘Bakso Panama” tapi saya dan
teman-teman sering menyebutnya dengan “Bakso B Otong”, karena nama pemiliknya
adalah Otong. Nah, ketika itu saya sedang berbuka puasa disitu, karena gak keburu lagi untuk pulang. Tiba-tiba ada seorang pemuda menghampiri saya. Dan memanggil
saya, “K Yeti masih di STM kah?”.
Saya terbengong
sesaat, tapi dengan cepat menampilkan senyum terbaik saya, yang menandakan saya
mengenal dia, padahal saya sama sekali gak kenal wajah dan namanya. Untungnya pemuda
tersebut kalau berbicara suka menyebut namanya sendiri. Untuk kasus ini, saya
lebih mudah untuk berkomunikasi. Dan akhirnya dapat juga gambaran pemuda ini
angkatan berapa dan siapa teman seangkatannya. Tak lama berselang ketika saya
akan beranjak dari kursi dan mulai menghampiri meja kasir, adalagi seorang
pemuda yang memanggil nama saya. Dia juga bertanya dengan pertanyaan yang sama,
“K yeti masih di SMK 4 kah?”. Dengan senyum juga saya jawab, “masih". Saya
coba menggali siapa nama orang ini dan angkatan berapa dan pernah bertemu
dimana dengan pertanyaan yang saya harap tidak menunjukkan bahwa saya lupa
terhadap pemuda tersebut. Alhamdulillah, ternyata Allah masih membantu saya,
saya akhirnya ingat juga dengan pemuda ini. Waduh, betapa malunya saya kepada
Allah. Duh… duh… memang bicara itu mudah ya. Tapi mengamalkannya itu sulit. padahal saya selalu bilang, kalo tak kenal maka... ta'aruf. Tapi
benang merah antara kedua pemuda tersebut adalah mereka sama-sama pernah
berinteraksi dengan saya ketika saya memegang amanah dakwah sekolah.
Hupfhhh..
Bertemu dengan dua
pemuda tersebut mengingatkan saya, dengan prilaku buruk saya yang sama di masa
yang lalu. he.. he.. dan sekarang juga maksudnya yang berkenaan dengan amanah
sekolah. Saya pernah satu amanah dengan seorang ikhwan di dakwah sekolah juga. Kebetulan
ikhwan ini suka datang berdua dengan temannya. Karena saya tidak mengenali
wajah hanya mengenal suaranya saja. Dengan PD nya saya mengucapkan nama ikhwan
yang satu amanah dengan saya kepada temannya si ikhwan tersebut dan berbicara dengannya. Tapi akhirnya saya menjadi malu sendiri karena
temannya ikhwan itu berkata, “Maaf kk
saya bukan “...” tapi saya adalah”…” . "Itu orang yang kk maksud", katanya sambil menunjuk ikhwan yang satu amanah dengan saya.
He.. he,,, dengan
perasaan tak enak saya meminta maaf kepada temannya ikhwan yang satu amanah dengan
saya tersebut. Mungkin temannya ikhwan itu cerita kepada ikhwan tersebut tentang kelakuan saya. duh.. duh...Bahkan sampai
sekarang saya tidak mengenali wajah ikhwan yang satu amanah dengan saya tersebut.Walaupun kadang masih berhubungan.
ckckkcck....
ckckkcck....
Dan ketika sholat Idul Adha di Masjid Mujahidin kemarin, saya juga disapa oleh seorang perempuan
dengan anaknya, “Ini yeti kan, saudara iparnya ini… “. Saya terbengong beberapa detik. Dan
akhirnya mengucapkan, "iya, bener". Duh… duh…. Kena getahnya deh. Ternyata perempuan itu
adalah saudara dekatnya saudara ipar saya. Saya bahkan tak mengenali wajah dan namanya.
Hem… parah.. parah!
Saya merasa malu
dengan Hasan Al-Banna yang mampu mengenali nama, karakter bahkan informasi
mengenai diri dan keluarga dari orang yang pernah berkenalan dengannya. Malahan
mengenali orang tersebut lewat biodata sebelum bertemu dengan orangnya
langsung. Teringat kalimat-kalimat indah dalam sebuah buku Abbas As-Siisi
tentang “Bagaimana Menyentuh Hati” para objek dakwah. Mengenali nama merupakan
langkah paling pertama diantara langkah-langkah selanjutnya.
Berikut saya petikkan pendapat
beliau tentang menghafal nama dan langkah-langkahnya:
“ Menghafal nama adalah hal yang penting,
kerana dari sinilah terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya sesama individu. Ia merupakan
langkah awal dan benang pertama yang mengikat
antara hati individu. Ia adalah benang yang mengikat bola-bola kecil yang berserakan. Setiap orang
tentu akan merasa senang jika dipanggil dengan namanya, apalagi dengan nama yang paling ia sukai.
Menghafal nama
mempunyai peran yang amat penting. Oleh kerana itu, akan saya paparkan beberapa metode yang dapat
membantu permasalahan ini.
1.
Hendaklah kita tanamkan rasa ingin dan
suka menghafal nama orang lain.
2.
Ketika sedang berkenalan, hendaklah kita
siap untuk menghafal namanya secara lengkap atau sebagian saja— lalu
mengingat-ingat dan memakainya pada saat itu juga tatkala bercakap-cakap.
3.
Nama biasanya terdiri dari tiga bagian:
namanya sendiri, nama orang tuanya, dan nama keluarganya. Nama yang paling disukai oleh pemiliknya
adalah namanya sendiri atau kuniah-nya. (sebutan nama yang
dikaitkan dengan anak laki-laki tertua, seperti Abu Khalid, Ummu Khalid, dan sebagainya).
Jika Anda tambahkan pada nama itu nama
keluarganya, itu akan lebih baik.
Biasanya nama keluarga yang satu dengan yang lain tidak sama jadi sangat mudah untuk dihafal,
seperti As-Siisi. Adapun nama-nama seperti Muhammad, Ali, Hasan, atau Sa'ad akan
sangat banyak dijumpai, sehingga agak sulit menghafalnya.
4.
Ketika berkenalan dengan nama yang baru,
Anda harus mengingat orang-orang yang mempunyai nama yang sama —yang
telah Anda kenal sebelumnya— agar mudah untuk menghafal.
5.
Pada waktu berkenalan, Anda harus
memperhatikan wajah dan keadaannya; apakah la berjanggut, memakai kaca mata,
bagaimana warna kulit, suara, bentuk tubuhnya, pekerjaannya, serta di mana dan
bagaimana perkenalan itu berlangsung.
6.
Untuk memantapkan ingatan, Anda bisa
menulis nama-nama tersebut, dan setiap kali bertemu hendaklah Anda memanggil mereka dengan
nama-nama tersebut. Jika tempat
tinggalnya jauh, hendaklah Anda mengirim surat kepadanya, kerana ini mempunyai impak yang amat
besar dalam mempererat hubungan anda dengan mereka. Surat menyurat itu sendiri merupakan sarana
dalam tarbiyah.
7.
Ketika bertemu lagi, Anda harus
mengingat-ingat pertemuan-pertemuan sebelumnya dan pertemuan yang pertama kali, kerana ini dapat
membantu anda dalam mengingat
namanya dengan cepat.
8.
Berkenalan dengan seseorang merupakan
pintu bagi anda untuk berkenalan dengan teman-temannya, hingga anda mempunyai data nama yang
amat banyak. Anda pun
harus berusaha agar nama-nama itu tetap melekat di kepala.
Rasulullah saw.
bersabda,
"Termasuk sifat
angkuh adalah seseorang yang masuk ke dalam rumah temannya, lalu disuguhkan kepadanya
makanan, ia tidak mahu memakannya; dan seorang laki-laki yang bersama-sama
dengan laki-laki lain dalam perjalanan, tetapi ia tidak menanyakan namanya
dan nama orang tuanya." (HR. Ad-Dailami)
Subhanallah..semoga ibu ndak lupa dengan nama dan wajah dian...whehehe
BalasHapus