"Islamic Quotes"

Jumat, November 19, 2010

Kalo Tak Kenal, Maka Ta’aruf…


 Hem…
Senjata makan tuan, kata-kata itu yang terngiang dalam benakku seminggu terakhir ini. Pasalnya sudah seminggu ini ditegur oleh Allah. Masih ingat jika mengisi di pelatihan baik di sekolah ataupun kampus. Games ta’aruf atau acara perkenalan selalu menjadi games atau hal pertama dilakukan. Dan kadang sayapun menerapkan games tersebut kepada para peserta pelatihan bahkan anak didik yang baru pertama kali bertatap muka denganku di ruang kelaspun pernah merasakan games tersebut.
ukhuwah itu indah

Nah, anehnya…
Kadang saya sering lupa dengan wajah orang tapi ingat nama, dan juga sering lupa dengan nama orang tapi ingat wajah dan kadang juga lupa dua-duanya. Biasanya saya merasa gak enak hati juga, ketika orang tersebut mengenali saya dan dapat menyebut nama saya sedangkan saya hanya bisa tersenyum dan menyapa seolah-olah saya mengenali dia, dan berusaha memeras otak saya untuk mereview atau memanggil beberapa memori di otak saya yang berkenaan dengan orang yang ada di depan saya,
Hem,… kadang-kadang berpura-pura SKSD malahan dengan orang yang saya lupa nama dan wajahnya.

Beberapa hari yang lalu, saya makan di warung bakso favorite saya, ‘Bakso Panama” tapi saya dan teman-teman sering menyebutnya dengan “Bakso B Otong”, karena nama pemiliknya adalah  Otong. Nah, ketika itu saya sedang berbuka puasa disitu, karena gak keburu lagi untuk pulang. Tiba-tiba ada seorang pemuda menghampiri saya. Dan memanggil saya, “K Yeti masih di STM kah?”.
Saya terbengong sesaat, tapi dengan cepat menampilkan senyum terbaik saya, yang menandakan saya mengenal dia, padahal saya sama sekali gak kenal wajah dan namanya. Untungnya pemuda tersebut kalau berbicara suka menyebut namanya sendiri. Untuk kasus ini, saya lebih mudah untuk berkomunikasi. Dan akhirnya dapat juga gambaran pemuda ini angkatan berapa dan siapa teman seangkatannya. Tak lama berselang ketika saya akan beranjak dari kursi dan mulai menghampiri meja kasir, adalagi seorang pemuda yang memanggil nama saya. Dia juga bertanya dengan pertanyaan yang sama, “K yeti masih di SMK 4 kah?”. Dengan senyum juga saya jawab, “masih". Saya coba menggali siapa nama orang ini dan angkatan berapa dan pernah bertemu dimana dengan pertanyaan yang saya harap tidak menunjukkan bahwa saya lupa terhadap pemuda tersebut. Alhamdulillah, ternyata Allah masih membantu saya, saya akhirnya ingat juga dengan pemuda ini. Waduh, betapa malunya saya kepada Allah. Duh… duh… memang bicara itu mudah ya. Tapi mengamalkannya itu sulit. padahal saya selalu bilang, kalo tak kenal maka... ta'aruf. Tapi benang merah antara kedua pemuda tersebut adalah mereka sama-sama pernah berinteraksi dengan saya ketika saya memegang amanah dakwah sekolah.

Hupfhhh..
Bertemu dengan dua pemuda tersebut mengingatkan saya, dengan prilaku buruk saya yang sama di masa yang lalu. he.. he.. dan sekarang juga maksudnya yang berkenaan dengan amanah sekolah. Saya pernah satu amanah dengan seorang ikhwan di dakwah sekolah juga. Kebetulan ikhwan ini suka datang berdua dengan temannya. Karena saya tidak mengenali wajah hanya mengenal suaranya saja. Dengan PD nya saya mengucapkan nama ikhwan yang satu amanah dengan saya kepada temannya si ikhwan tersebut dan berbicara  dengannya. Tapi akhirnya saya menjadi malu sendiri karena temannya ikhwan itu  berkata, “Maaf kk saya bukan “...” tapi saya adalah”…” . "Itu orang yang kk maksud", katanya sambil menunjuk ikhwan yang satu amanah dengan saya.
He.. he,,, dengan perasaan tak enak saya meminta maaf kepada temannya ikhwan yang satu amanah dengan saya tersebut.  Mungkin temannya ikhwan itu cerita kepada ikhwan tersebut tentang kelakuan saya. duh.. duh...Bahkan sampai sekarang saya tidak mengenali wajah ikhwan yang satu amanah dengan saya tersebut.Walaupun kadang masih berhubungan.
ckckkcck....

Dan ketika sholat Idul Adha di Masjid Mujahidin kemarin, saya juga disapa oleh seorang perempuan dengan anaknya, “Ini yeti kan, saudara iparnya ini… “. Saya terbengong beberapa detik. Dan akhirnya mengucapkan, "iya, bener". Duh… duh…. Kena getahnya deh. Ternyata perempuan itu adalah saudara dekatnya  saudara ipar saya. Saya bahkan tak mengenali wajah dan namanya.


Hem…  parah.. parah!
Saya merasa malu dengan Hasan Al-Banna yang mampu mengenali nama, karakter bahkan informasi mengenai diri dan keluarga dari orang yang pernah berkenalan dengannya. Malahan mengenali orang tersebut lewat biodata sebelum bertemu dengan orangnya langsung. Teringat kalimat-kalimat indah dalam sebuah buku Abbas As-Siisi tentang “Bagaimana Menyentuh Hati” para objek dakwah. Mengenali nama merupakan langkah paling pertama diantara langkah-langkah selanjutnya.
Berikut saya petikkan pendapat beliau tentang menghafal nama dan langkah-langkahnya:
Menghafal nama adalah hal yang penting, kerana dari sinilah terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya sesama individu. Ia merupakan langkah awal dan benang pertama yang mengikat antara hati individu. Ia adalah benang yang mengikat bola-bola kecil yang berserakan. Setiap orang tentu akan merasa senang jika dipanggil dengan namanya, apalagi dengan nama yang paling ia sukai.

Menghafal nama mempunyai peran yang amat penting. Oleh kerana itu, akan saya paparkan beberapa metode yang dapat membantu permasalahan ini.
1.         Hendaklah kita tanamkan rasa ingin dan suka menghafal nama orang lain.
2.       Ketika sedang berkenalan, hendaklah kita siap untuk menghafal namanya secara lengkap atau sebagian saja— lalu mengingat-ingat dan memakainya pada saat itu juga tatkala bercakap-cakap.
3.       Nama biasanya terdiri dari tiga bagian: namanya sendiri, nama orang tuanya, dan nama keluarganya. Nama yang paling disukai oleh pemiliknya adalah namanya sendiri atau kuniah-nya. (sebutan nama yang dikaitkan dengan anak laki-laki tertua, seperti Abu Khalid, Ummu Khalid, dan sebagainya). Jika Anda tambahkan pada nama itu nama keluarganya, itu akan lebih baik. Biasanya nama keluarga yang satu dengan yang lain tidak sama jadi sangat mudah untuk dihafal, seperti As-Siisi. Adapun nama-nama seperti Muhammad, Ali, Hasan, atau Sa'ad akan sangat banyak dijumpai, sehingga agak sulit menghafalnya.
4.        Ketika berkenalan dengan nama yang baru, Anda harus mengingat orang-orang yang mempunyai nama yang sama —yang telah Anda kenal sebelumnya— agar mudah untuk menghafal.
5.       Pada waktu berkenalan, Anda harus memperhatikan wajah dan keadaannya; apakah la berjanggut, memakai kaca mata, bagaimana warna kulit, suara, bentuk tubuhnya, pekerjaannya, serta di mana dan bagaimana perkenalan itu berlangsung.
6.       Untuk memantapkan ingatan, Anda bisa menulis nama-nama tersebut, dan setiap kali bertemu hendaklah Anda memanggil mereka dengan nama-nama tersebut. Jika tempat tinggalnya jauh, hendaklah Anda mengirim surat kepadanya, kerana ini mempunyai impak yang amat besar dalam mempererat hubungan anda dengan mereka. Surat menyurat itu sendiri merupakan sarana dalam tarbiyah.
7.        Ketika bertemu lagi, Anda harus mengingat-ingat pertemuan-pertemuan sebelumnya dan pertemuan yang pertama kali, kerana ini dapat membantu anda dalam mengingat namanya dengan cepat.
8.       Berkenalan dengan seseorang merupakan pintu bagi anda untuk berkenalan dengan teman-temannya, hingga anda mempunyai data nama yang amat banyak. Anda pun harus berusaha agar nama-nama itu tetap melekat di kepala.
Rasulullah saw. bersabda,
"Termasuk sifat angkuh adalah seseorang yang masuk ke dalam rumah temannya, lalu disuguhkan kepadanya makanan, ia tidak mahu memakannya; dan seorang laki-laki yang bersama-sama dengan laki-laki lain dalam perjalanan, tetapi ia tidak menanyakan namanya dan nama orang tuanya." (HR. Ad-Dailami)


1 komentar:

  1. Subhanallah..semoga ibu ndak lupa dengan nama dan wajah dian...whehehe

    BalasHapus