"Islamic Quotes"

Selasa, April 19, 2011

How To be A Parent



Harus diakui bahwa salah satu kelemahan dari pendidikan kita adalah tidak menyediakan kurikulum tentang bagaimana menjadi ibu dan ayah yang baik bagi anak-anaknya. Coba kita lihat lagi ke belakang, pelajaran apa saja yang sudah kita dapatkan ketika di bangku sekolah kita dari kita berada di taman kanak-kanak lanjut ke sekolah dasar, sekolah menengah dan bahkan kuliah. Yang disediakan oleh kurikulum hanyalah transfer ilmu yang bersifat kejuruan saja.
Rata-rata kita belajar menjadi orang tua ketika sudah akan memiliki anak. Sehingga kadang anak-anak kita menjadi bahan uji coba alias trial and error kita tentang pola yang baik untuk mendidik anak. Mengetahui ilmu untuk menjadi orang tua ini sangat penting, karena keluarga merupakan tempat anak belajar pertama kali. Mereka belajar tentang nilai kehidupan, sikap, karakter, dan cara pandang mereka terhadap hidup, harta bahkan agama mereka. Bahkan pendidikan politik pertama kali diberikan di sini.

Kebanyakan orang menikah karena merasa saling jatuh cinta. Ini tidak keliru menurut saya, tapi kadang alasan ini tidak cukup kuat untuk membentuk sebuah keluarga. Karena keluarga butuh lebih dari cinta agar tetap bertahan. Coba kita simak berita-berita di TV berapa banyak orang yang menikah karena jatuh cinta dan akhirnya bercerai. Dan yang menjadi korban adalah anak-anak. Coba kita lirik lagi kehidupan orang-orang tua bahkan kakek nenek kita banyak yang menikah bukan karena jatuh cinta tapi karena di jodohkan tapi sampai sekarang keluarganya tetap langgeng.

Hari ini, saya merasa kasihan kepada generasi muda Indonesia. Kenapa? Karena mereka mendapat program pencucian otak lewat sinetron bahkan acara gosip-gosip di televisi. Tak jarang kita temukan anak-anak kecil sudah tahu untuk jatuh cinta kepada lawan jenis (sesama jenis). Saya secara pribadi menemukan kasus ini terjadi pada anak didik saya yang duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Bahkan mereka sudah bisa saling mengolok/ menggoda teman-temannya. Maksud saya Si A yang berjenis kelamin laki-laki di jodohkan dengan si B yang berjenis kelamin perempuan. Saya terkaget-kaget melihatnya. Saya menduga prilaku mereka seperti ini karena tontonan TV terutama sinetron yang banyak  bercerita tentang kisah cinta. Sebenarnya ini tidak keliru tapi akan sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh anak-anak yang belum tumbuh maksimal akalnya dan tidak bisa membedakan tapi hanya mengikuti dan jika tidak di terangkan bahkan dilarang untuk menontonnya mereka merasa itu lumrah saja. Kenapa? Karena bisa jadi dalam benak mereka berujar,’ Wah ini boleh dilakukan”. “Ndak keren kalo gak ikut seperti ini”. Karena sesuatu yang berasal dari TV menurut anak-anak adalah sebuah kebenaran. Dan lagi peran besar orang tua sangat dibutuhkan disini untuk mefilter acara-acara atau program TV yang sesuai untuk perkembangan anak. Apa jadinya anak-anak Indonesia 10 tahun yang akan datang jika hal ini tidak ditanggulangi.

Banyak saya temukan kasus perceraian dari para pasangan muda yang berakibat fatal bagi anak-anaknya. Dan saya sebagai pendidik kadang dapat membedakan mana anak yang lahir dari keluarga harmonis mana anak yang lahir dari keluarga yang tidak harmonis. Kadang terenyuh melihat sikap anak-anak yang menjadi korban dari kasus perceraian. Saya akan menceritakan sebuah kasus yang terjadi di Sekolah saya. Beberapa minggu yang lalu seorang orang tua murid datang ke sekolah. Dia mengadu bahwa anaknya di pukul tangannya sama temannya hingga tangannya luka-luka. Dan akhirnya dipanggillah wali kelas untuk datang dan mengatasi persoalan tersebut. Kebetulan kasus ini diselesaikan di kantor dewan guru sehingga saya yang kebetulan tidak ada jam mengajar menyaksikan bagaimana proses kasus tersebut diselesaikan. Kebetulan juga orang tua anak yang memukul temannya ini datang juga. Kedua orang bapak itu duduk berhadap-hadapan. Yang satu bertampang perlente dan kelihatan terpelajar, sementara yang satu lagi terlihat kasar dan bertato serta menggunakan kalung besar serta anting-anting yang ditindik tiga buah ditelinganya. Saya melihat orang tua anak yang dipukul berusaha menjaga emosi begitu juga yang memukul. Mereka berbicara dan akhirnya mencapai sebuah kesepakatan. Wakil Kepala Sekolah yang kebetulan menangani kasus ini bertanya kepada orang tua anak yang memukul tentang ibu si anak. Dan dengan tersenyum, bapak itu berujar kami sudah bercerai bu. Tak lama kemudian anak yang memukul pulang dari sekolah dan dipanggil dari ayahnya. Dari tatapan si ayah saya sudah bisa menebak apa yang akan dilakukannya. Dan saya juga sudah bisa menebak bagaimana pola ayahnya mendidik anaknya. Karena gambaran orang tua terlihat dari anak-anaknya.. (Nb. Tapi tidak semuanya).

Saya banyak menemukan kasus, biasanya anak-anak yang suka memukul, sulit diatur, beringas dan berkelahi di sekolah merupakan anak-anak yang mendapat perlakuan keras ketika di rumah. Secara psikologis mereka belajar dari kehidupan dan sikap dari keluarganya. Kekerasan merupakan bahasa yang dikenalnya, walaupun ini tidak semuanya tapi kebanyakan ketika ditelusuri sampai kepada sikap orang tua biasanya akan kita temukan kasus seperti itu dan kita hanya bisa mengelus dada.

Di dalam Al-qur’an banyak dijelaskan bagaimana menjadi orang tua yang baik, bahkan Rasulullah merupakan contoh atau teladan yang baik tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik bagi anak. Adapun surah-surah yang berkisah tentang pembentukan keluarga dan menjadi orang tua yang baik adalah:

Pertama, Jika kita lihat pada surah Al-Baqarah pada ayat-ayat menjelang akhir. Allah menyebutkan tentang aturan berkeluarga. Bahwa membangun keluarga merupakan pekerjaan sangat berat sehingga butuh persiapan. Untuk itu ketaatan kepada Allah, takwa, shaum bahkan haji adalah bentuk persiapan tersebut. Berjuta aturan tidak akan sanggup meluruskan jiwa-jiwa yang cenderung menyimpang. Tapi hanya ketaqwaan kepada Allah yang bisa. Aturan berkeluarga ini dibingkai dengan ketakwaan dan ini mengajarkan kepada kita bahwa aturan akhlak dan aturan aktivitas dalam Islam saling berkaitan.

Kedua, jika kita simak pada Surah Maryam. Disitu dijelaskan bahwa setiap manusia mencintai keturunan. Apabila seseorang dikaruniai anak, maka permikirannya akan berputar untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketika orang tua masih muda kesibukan mereka akan berpusat pada kelahiran anak, perawatan anak, penyediaan makanan, pemenuhan pendidikan dan perawatan kesehatan. Dan apabila sudah tua sekali kesibukan mereka akan terpusat pada pembagian harta waris. Mencintai keturunan adalah fitrah manusia yang diciptakan Allah. Di dalam surat Maryam disebutkan alasan yang paling mulia untuk mempunyai keturunan adalah untuk memelihara agama melalu pewarisan kepada generasi mendatang. Dari orang tua ke anak lalu dari anak ke cucu dan begitu seterusnya. Agama adalah hal yang terbaik untuk diwariskan kepada anak, sebelum mewariskan kekayaan dunia. Surat Maryam menceritakan contoh pribadi yang melahirkan keturunan dengan niat menjaga kesinambungan pemegang amanah agama ini. Kita bisa lihat pada kisah Nabi Zakaria dan Yahya. Maryam puteri Imran dan juga anaknya Isa. Terus juga pada kisah Ibrahim, ismail, Ishaq dan ya’qub. Cobak simak ayat-ayat awal dari surah Maryam ini tentang keinginan Nabi Zakaria.

Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku[898] sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. (QS. 19: 2-7).

Dari ayat ini kita lihat Nabi Zakaria mengadu kepada Allah. Nabi Zakaria sangat khawatir sebab generasi yang ada pada saat itu, yaitu Bani Israil, tidak layak mengemban amanah misi agama. Oleh karena itu Ia memohon kepada Allah agar dikarunia anak yang akan diserahi estafeta penjagaan agama. Begitu juga jika kita lihat kisah keluarga Imran maupun Nabi Ibrahim.

Generasi yang menghancurkan adalah generasi yang tidak dikenalkan tentang agama pada kehidupan awalnya. Ataupun mengenalnya hanya secara dangkal saja. Akibatnya tersebarlah syahwat serta prilaku keji di masyarakat karena para ayah ataupun ibu tidak mendidik anak-anak dengan pendidikan agama, tetapi hanya memperhatikan pewarisan kekayaan. Surah Maryam mengajarkan kita bahwa anak dapat menjadi rahmat, kenangan baik dan shadaqah jariyah bagi keluarganya. Tetapi juga dapat menjadi penyebab kekufuran mereka dan menjadi penghalang di jalan Allah swt. Surah Maryam ini menegaskan bahwa yang penting bukan kebapakan dan keibuan biasa, tetapi kebapakan dan keibuaan yang memberi maslahat bagi agama.

Jika kita ingin tahu tentang “How to be a good parent” maka berinteraksilah dengan Al-qur’an dan sunnah. Jadikan kedua hal tersebut menjadi pedoman dan petunjuk hidup kita.
Pernahkah kita bertanya kenapa SUrah itu diberi nama Surah Maryam, padahal di dalamnya disebutkan kisah Nabi Zakaria, Yahya, Ibrahim. Kenapa Maryam? .
Amru Khalid dalam Buku Khowatir Qur’aniyah nazharat fi ahdafi suwaril qur’an memaparkan, kenapa surah ini dinamakan Maryam karena Maryam adalah seorang perempuan yang notabene akan dinisbatkan kata ibu padanya. Ibu adalah orang yang benar-benar dapat mewariskan agama, mendidik dan merawat anak hingga mencapai usia baligh. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran perempuan secara umum dalam mewariskan agama kepada anak-anaknya.

Selain Surah Maryam ada juga surah yang bercerita tentang bagaimana menjadi orang tua. Yaitu mewakili peran ayah.  Yaitu Surah Luqman.  Dalam surah Luqman dijelaskan tentang tarbiyah komprehensif yang dibutuhkan anak-anak baik di dunia maupun akhirat. Tarbiyah tersebut memuat pokok-poko bahasa yaitu : Tauhid, berbuat baik kepada orang tua, urgensi ibadah dan berbuat kebajikan dalam hidup, pemahaman tentang hakekat dunia, perasaan dan etika dan perencanaan hidup.

Jadi jika ingin menjadi Good parent to Our Child maka kita harus mempelajari dulu Surah Luqman ini. Kenapa? Agar anak-anak kita nantinya tumbuh dan berkembang sejalan dengan arahan (taujihat) yang pernah disampaikan Luqman kepada anaknya.

Jika para orang tua dan calon orang tua ingin menjadi orang tua yang baik maka mesti belajar ilmunya dulu yaitu dengan mendekat kepada Al-qur’an terutama pada Surah Maryam dan Luqman. Maka sehebat apapun kekuatan musuh-musuh islam untuk menghancurkan generasi muda tidak akan pernah berhasil. Biiznillah.. jika Allah berkehendak…

Maroji:
Al-Qur’an
Khowatir Qur’aniyah Nazaharat fi ahdafi suwaril Qur’an. Ditulis oleh Amru Khalid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar