"Islamic Quotes"

Jumat, April 29, 2011

Bagaimana Menyeru Manusia (Belajar dari Keluarga Fir’aun)



Surat Ghafir tidak hanya menganjurkan orang beriman untuk berdakwah di Jalan Allah, tetapi juga memberikan metode terbaik untuk menggait manusia. Ini dapat kita lihat dalam kisah seorang laki-laki mukmin dari keluarga fir’aun.
Ayat ini memaparkan metode yang dipergunakan da’I rabbani dalam mengajak kaumnya ke jalan Allah swt.
Allah swt berfirman :”Dan seorang laki-laki beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata, ‘Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, ‘Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, ‘Tuhanku ialah Allah,” padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu … “ (Ghafir/ Al-Mu’min : 28).

Metode Pertama : Memberi Kepuasan Intelektual
Laki-laki itu berkata kepada mereka, “Dengarkanlah dia (Musa as) terlebih dahulu, kemudian barulah putuskan untuk menerima atau menolak. Ketahuilah bahwa kebohongannya akan kembali kepada dirinya sendiri, dan kebenarannya akan berdampak pada kalian serta akan menjadi penyebab kehancuran kalian.”  Ungkapan yang logis, terarah, sederhana dan berlandaskan fakta.


Metode kedua : Rendah hati terhadap manusia
Setelah menyampaikan alasan logis, laki-laki mukmin itu beralih pada metode lain, ia berkata, “Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi, siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita…. “ (QS 40:29)
                Perhatikanlah kecerdikan dan kepiawaiannya memilih kata; ketika berbicara tentang kerajaan, laki-laki itu berkata, “Untukmulah kerajaan.” Ia memuliakan mereka dan memposisikan mereka pada posisi semestinya. Akan tetapi, ketika memberikan peringatan kepada mereka dari azab Allah, ia berkata “Siapakah yang akan menolong kita,” ia menyertakan dirinya bersama mereka sehingga mereka dapat merasakan bahwa ia merupakan bagian dari mereka. Ia tidak sombong kepada mereka karena keistiqomahan dan ketaatannya dalam beragama, tetapi ia memperlihatkan kekhawatirannya atas kaummnya dan juga atas dirinya.
                Ayat di atas memberikan dua pelajaran dalam berdakwah, yaitu:
1.       Menempatkan manusia sesuai dengan posisinya, dan berbicara kepada mereka dengan sebutan atau panggilan yang mereka sukai. “Untukmulah kerajaan sampai saat ini dengan berkuasa di muka bumi”.
2.       Tidak bersikap sombong terhadap orang yang didakwahi, dan memberikan kesan kepada mereka bahwa aktivis dakwah adalah bagian dari mereka, “Siapakah yang bisa menolong dan menyelamatkan kita.”

Metode Ketiga: Empati Yang Tulus
                Setelah menggunakan kedua metode tadi, lelaki mukmin tersebut beralih pada aspek emosional, “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil memanggil (hari kiamat).” (QS 40:32)

Kita sebagai da’I, apabila ingin memberikan kesan di hati manusia, maka cintailah mereka dan perlihatkanlah kecintaan, serta kasih sayang, dan kekhawatiran akan keselamatan mereka, sebagaimana kekhawatiran laki-laki mukmin tersebut, “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.” (QS 40:30)

Metode keempat: Sejarah Dalam Dakwah
Setelah menggunakan perangkat logika dan empati, laki-laki mukmin ini berdakwah dengan menggunakan bukti sejarah.
Hai Kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu, (yakni) seperti keadaan kaum Nuh, Ad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kelaliman terhadap hamba-hamba-Nya. (QS 40: 30-31).
                Seorang aktivis dakwah harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Juga memahami sejarah dan kondisi umat di masa lampau, agar dapat menganjurkan manusia untuk mengambil pelajaran dari orang-orang yang hidup sebelum mereka.

Metode kelima: Memberi Peringatan tentang Hari Kiamat
                Langkah terakhir, lelaki mukmin tersebut berbicara tentang hari kiamat. Pemberian peringatan hari kiamat merupakan sarana dakwah paling efektif yang dapat digunakan oleh para aktivis dakwah dalam menjalankan dakwahnya.
                “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil (hari kiamat), (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari azab Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.” (QS 40: 32-33)


*
Setelah menggunakan sarana terakhir, ia kembali menggunakan sarana-sarana sebelumnya;
                Ia kembali menggunakan bukti sejarah, “Dan sesungguhnya terlah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan …. “ (QS 40:34)

Mengulangi penggunaan empati,
“ …. Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.” (QS 40:38)

Memberi peringatan kembali tentang hari kiamta,
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri ang kekal”. (Qs 40:39)

Menggunakan logika,
Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak diketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?” Qs 40:41-42

Setelah mengulang metode dakwahnya, ia mengakhiri seruannya dengan berserah diri kepada Allah SWT, “Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Qs 40:44)

Sungguh yang ditampilkan laki-laki mukmin ini merupakan sikap amat menarik dan hujjah yang tak terbantahkan. Ia bukanlah seorang nabi yang diutus, akan tetapi semangat dan kecintaanya terhadap Islam, membuatnya diabadikan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Dengan begitu, para aktivis dakwah sepanjang masa dapat mengambil contoh dan pelajaran dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat untuk menyeru manusia ke jalan Allah swt.

***Taken from Khowatir Qur’aniyah yang ditulis oleh Amru Khalid ***


Ketika membaca bab ini, saya tertegun sejenak. Mencoba merenung kembali tentang metode yang saya lakukan.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar