"Islamic Quotes"

Kamis, Juni 30, 2011

Warisan kebudayaan islam [kehidupan gadis-gadis Sambas]


Dahulu Sambas seolah serambi Makkah Kalimantan dimana Islam benar menjadi dasar kehidupan masyarakatnya. Sang Maha Raja Imam Sambas pun menjadi tauladan nan baik untuk rakyatnya. Pandai agama yang tersohor tak hanya di Kalimantan namun juga di negeri seberang. Pernah menafsirkan sebagian Al Quran yang diakui oleh para mufassir ketika itu.


Dulu masyarakatnya menjunjung tinggi ajaran agama Islam dan menerapkannya dengan baik. Adalah kehidupan gadis-gadis Sambas rasanya dapat dijadikan sebagai refleksi nan apik bagi kita sekarang. Dan sungguh baik bilamana diceriterakan sebagai kisah penuh ibrah pada kesempatan kali ini.

Lemah Lembut
Mereka, para gadis melaksanakan pekerjaan rumah dengan rapi. Jika saja mereka sedang mencuci piring, maka tak seorangpun tahu karena hal itu mereka lakukan tanpa suara, tanpa gemerincing walau sedikitpun. Lemah lembut dan telaten.

Menjaga Diri
Tidak seorang lelaki yang pernah melihat mereka kecuali ia adalah mahram. Mereka tak terlihat oleh mata karena memang tak kerap keluar rumah. Dalam adat kebiasaan Sambas, seorang gadis tak umum pergi berbelanja karena itu pasar lebih dipenuhi oleh kaum lelaki, sorang bapak atau sorang saudara lelaki yang terbiasa berbelanja.

Bekerja
Para gadis sebagian bekerja dengan menenun kain dirumah mereka masing-masing. Sebagian yang lain bertani atau dikenal dengan “beladang” membantu keluarga mereka. Tanpa kompromi senantiasa mengenakan hijab dengan disiplin, walau pekerjaan itu di bawah terik matahari dan tentu menuntut keluesan gerak pula.

Mandi
Mandi diwaktu subuh adalah kebiasaan yang dijaga sehingga tatkala mereka mandi tak ada diketahui orang lain. Dan waktu mandi berikutnya bukanlah sore melainkan malam hari saat dimana semua orang telah selesai membersihkan diri.

Keluar Rumah
Mereka akan keluar rumah dikala ada undangan pernikahan. Berjalan beriringan dengan mengenakan kain tenun sambas sebagai penutup kepala. Lebih dari sekedar jilbab biasa, karena kain tenun tersebut benar benar panjang menutupi hingga hanya sebelah mata sahaja yang tampak darinya.
Dan ketika sampai dimana walimatul ursy itu dihelat, maka tak akan dilihat seorang gadis yang berbaur bersama tamu lain. Mereka menempati tempat khusus di tingkat kedua gedung resepsi. Mereka dapat melihat ke bawah untuk mengikuti acara yang berlangsung. Namun tamu-tamu yang lain akan kesulitan melihat mereka karena harus mendongakkan kepala ke atas, dan itu bukanlan tingkah yang umum dilakukan.

Taaruf
Tabu bagi seorang lelaki datang ke rumah seorang gadis yang bukan mahramnya. Maka manakala hendak taaruf, jejaka yang berhajat akan meminta beberapa mahramnya yang juga mahram sang gadis untuk bertandang mengenal sang pujaan. Tak cukup sekali, mahram tersebut akan datang berulang kali hingga benar-benar mengenal si gadis.
Sedang sang jejaka akan mempercayakan sepenuhnya penilaian kepada mahramnya tanpa perlu ragu barang sedikit. Lelaki itu bahkan tak melihat wajah si gadis, karena semua penilaian benar-benar diserahkan kepada si perantara hajat.

Walimatul Ursy
Budaya hijab tak hanya menjadi kebiasaan namun lebih dari itu sebagai pengejawantahan keimanan. Tak terkecuali perhelatan walimatul ursy. Bukan hanya memisahkan tempat para tamu demi menjaga hijab. Namun mereka juga memisahkan waktunya. Sehingga muskil rasanya terjadi pertemuan antara tamu lelaki dan tamu perempuan di satu waktu sebab mereka diundang pada waktu yang berbeda.

Dan masih cukup banyak yang dapat diceritakan dari budaya Kerajaan Sambas dahulu, saat-saat tanah ini menjadi mulai karena Islam telah tegak di atasnya. Sebab itu pula tak cukuplah penulis sebagai penyampainya. Namun semoga saja dari sedikit ini dapat bermanfaat banyak bagi sidang pembaca.
Sekian yang dapat dibagi  bersama kali ini. Semoga bermanfaat.

Pontianak, 28 Juni 2011
(seuntai ibrah dari pertemuan keluarga besar beberapa hari yag lalu)
By. Kanada Kurniawan
http://www.facebook.com/notes/kanada-kurniawan/warisan-kebudayaan-islam-kehidupan-gadis-gadis-sambas/10150224927046608

Tidak ada komentar:

Posting Komentar