"Islamic Quotes"

Rabu, Juni 01, 2011

PERNIKAHAN BEDA HARAKAH (bagian 1)


PERNIKAHAN BEDA HARAKAH (bagian 1)


Audzubillahiminasyaithanirrazhim...
Bismillahirahmanirahim...


Tema ini sudah lama ingin saya tulis, tapi belum punya waktu dan kefokusan untuk menuliskannya. Tulisan tentang tema ini semakin ingin saya buat ketika beberapa minggu yang lalu ketika saya beri’tiqaf di Masjid Mujahidin, sebuah masjid besar di Kota saya, ada seorang akhwat meminta waktu kepada saya untuk berdialog atau curhat. Ada persoalan yang ingin dia kupas bersama saya. Kenapa saya? Itu pertanyaan di benak saya. Kata dia, bagi dia saya adalah Murabbi kedua baginya.
“o.. begitu”,  ujar saya. Dan langsung saya tembak, “anti dilamar ya?”













Wajahnya langsung terkejut, dan langsung mengiyakan, “Kok kakak tahu?” katanya.
Dan saya pun menjawab, “heeemmm... gaya orang yang sedang akan dilamar biasanya kayak anti ini”. heheee... dengan gaya sok tahu saya jawab pertanyaannya. Ya, memang beberapa teman terdekat saya, yang sharing dengan saya, ketika berhadapan dengan persoalan ini memang seperti itu gayanya. Jangan tanya bagaimana gayanya, yang pasti kalau kita sensitif pasti dapat membedakan.

Balik ke persoalan diatas, teman saya langsung melanjutkan ceritanya, “Ia kk, saya dilamar, sama ikhwan beda gerakan?. Gimana kk pendapat kk”?.
Saya terdiam sejenak. Lalu saya tanya, bagaimana prosesnya kok bisa dilamar sama ikhwan beda gerakan?. Dan dia cerita, ternyata dia dijodohkan sama ayahnya dan selanjutnya dan selanjutnya (yang pasti tidak boleh saya ceritakan disini). Lalu saya tanya apakah dia mengenal ikhwan tersebut?. Apakah yakin dengan kesholehannya?. Bagaimana cara pandang/ cara berfikirnya terhadap hidup, terhadap aktifitas dakwah, terhadap gerkaan dakwah, terhadap perbedaan cara pandang, dan lain sebagainya?  Bagaimana Karakter dia?.
Akhwat itu menjawab, “saya tidak terlalu kenal, kalau keshalehan (dilihat dari ibadah maghdah) saya yakin, tapi untuk yang lain saya tidak yakin.”
 Lalu saya tanya lagi, “pernah ta’aruf dengan dia”?.
Dia jawab, “pernah kk, difasilitasi orang tua”.
Terus saya paparkan kepada akhwat ini bahwa pada saat ta’aruf itu  kita bisa mengecek kepribadian dan cara pandangnya. Dan ternyata akhwat itu bilang pada saat ta’aruf pertanyaan yang ditanyakan pertanyaan-pertanyaan standar. Tidak terlalu mendetail.

“O... begitu”. Heeem,...  saya bilang ke akhwat itu, “karena ini bukan lewat proses biasanya yang berlaku dalam sistem kita, maka kita juga gak tahu apakah dia jodoh anti atau bukan. Karena yang tahu jodoh kita itu kan Allah saja. Maka yang harus kita lakukan adalah sholat istikharah (dengan catatan belum ada kecenderungan di hati), bertanya sama Allah. Dengan diawali ta’awudz, sedekah ribuan kali. Selain itu kita mesti yakin apakah dia orang yang baik untuk dunia dan akhirat kita. Kita mesti mengenal karakter dia, dan cara dia berfikir dan bertindak. Dan tentunya bukan dengan jalan pacaran (karena kita sudah sama-sama tahu hukumnya). Dan tidak ada pacaran yang islami sebelum pernikahan. Heeem... coba pada saat ta’aruf di cek kepribadiannya dengan memancing pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan jangan langsung seperti, “apa kamu shaleh?”. Kamu orang yang pemarah gak?”. Nah kalo ditanya pertanyaan seperti ini biasanya orang akan sulit menjawab, atau bisa jadi dia tidak berterus terang ketika menjawab. Maka pancinglah dengan pertanyaan seperti studi kasus gitu. Memang akan lama proses ta’arufnya, tapi karena tidak ada jaminan dari Murabbi si ikhwan beda harakah ini, maka kita mesti mengecek. Dan anti juga belum pernah satu aktifitas dengan ikhwan ini baik dalam amanah dakwah atau amanah lainnya. Apalagi tidak ada testimoni tentang ikhwan ini dari orang-orang yang kenal dan dekat sama beliau yang orang itu kita yakini keshalehan dan  keobjektifannya. Dicek juga tujuan hidup dan tujuan dia menikah secara mendetail, sama gak dengan atau sejalan atau nantinya bakalan bisa sejalan apa tidak dengan kita?. Tentang cara mendidik anak? Apakah ikhwan ini akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita nantinya? Ditanya juga dengan pertanyaan yang lebih detail dan teknis, tentang pandangan dia terhadap aktivitas dakwah nantinya, terus tentang gerakan dakwah yang ada.

Terus tanyakan juga tentang konsep ketaatan isteri dalam pandangan dia seperti apa. Bagaimana parameter ketaatan isteri. Kita lihat apakah dia seorang pemimpin rumah tangga yang otoriter atau pemimpin rumah tangga yang bijaksana. Apakah dia termasuk orang yang mau menang sendiri, atau orang yang suka bermusyawarah dan mau mengakomodir dan berlapang dada terhadap perbedaan pendapat. Karena cukup banyak kasus pernikahan beda harakah yang nantinya si isteri yang diatasnamakan ketaatan kepada suami tidak dapat melakukan aktifitas dakwah, malahan tidak dapat mengikuti aktifitas pembinaan. Ini agak berbahaya karena tarbiyah itu madal hayah, tarbiyah itu sepanjang hidup kita, karena gesekan-gesekan kehidupan dunia yang besar ditambah lagi godaan setan membuat kita mesti memiliki benteng diri dan juga lingkungan yang belajar sholeh. Agar kesholehan itu bukan hanya kesholehan pribadi tapi juga kesholehan sosial. Tanyakan juga hal-hal lain yang akan berpengaruh besar bagi kehidupan anti selanjutnya, baik secara konsep maupun teknis.

Saya langsung melanjutkan, kenapa kita mesti melakukan itu, pertama karena kita tidak boleh menolak orang yang sholeh tanpa alasan syar’i atau dibenarkan oleh syariat. Jadi kita mesti pastikan dulu kesholehannya, minimal kita mengetahui apakah dia sudah memenuhi parameter kepribadian islami yang paling minimal. Salah satunya ibadah maghdahnya baik, tidak merokok, dlsb. Kenapa kita tidak boleh menolak orang yang sholeh, karena ada hadistnya, yang intinya jika kita menolak orang sholeh, maka akan terjadi fitnah terhadap kita. Fitnahnya bisa jadi yang datang melamar kita selanjutnya adalah orang-orang yang kualitas kesholehannya lebih buruk. Karena dalam syariat tidak ada larangan nikah beda harakah. Termasuk di dalam sistem kita, tidak ada larangannya. Atau bisa jadi fitnah yang dalam bentuk lain.


Dengan melakukan proses ta’aruf yang benar dan mendetail, maka kita akan dijauhi dari sifat tergesa-gesa dalam memutuskan. Tergesa-gesa dalam menolak atau tergesa-gesa dalam menerima. Dan kita juga bertanya kepada Sang Penentu jodoh kita yaitu Allah swt apa keputusan terbaik. Selalu libatkan Allah dalam setiap proses yang kita lakukan. Karena kehidupan kita selanjutnya ditentukan dari keputusan yang akan kita ambil. Dan berdampak juga terhadap keluarga kita nantinya. Tentunya anti gak mau kan di tengah perjalanan pernikahan, anti melakukan sesuatu yang halal tapi tidak disukai oleh Allah yaitu; PERCERAIAN.  

Kemudian anti mesti silahturahim kepada saudara kita yang sekarang ini sedang menjalani kehidupan pernikahan beda gerakan, anti lihat dan diskusi apa saja persoalan-persoalan yang akan muncul kedepannya. Dan persoalan-persoalan lain yang anti butuhkan untuk kehidupan anti selanjutnya. Kemudian bertanya sama ustadz ***** (saya menyebutkan nama salah satu ustadz), karena ustadz ini sudah sering melakukan dialog lintas gerakan. Anti tanya bagaimana pendapat beliau tentang nikah beda gerakan. Kenapa saya sarankan demikian. Karena beliau cukup tahu bagaimana tabiat gerakan dan pengusung gerakan tersebut. Jadi bisa membantu anti dalam mengambil keputusan.

Pada dasarnya keputusan memilih menerima atau menolak ada ditangan anti. Jangan terlalu cepat memutuskan dan jangan terlalu lama, libatkan Allah selalu dalam setiap renungan, atau ketika anti berfikir, biar setan tidak ikut campur. Saya hanya bisa mendo’akan semoga anti ditunjukkan selalu ke jalan yang lurus, dan diberikan pendamping hidup terbaik bagi dunia dan akhirat anti. aamiin

Wallahu’alam bishowab...

*bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar