PERNIKAHAN BEDA HARAKAH (bagian 1)
Audzubillahiminasyaithanirrazhim...
Bismillahirahmanirahim...
Tema ini sudah lama ingin saya tulis, tapi belum
punya waktu dan kefokusan untuk menuliskannya. Tulisan tentang tema ini semakin
ingin saya buat ketika beberapa minggu yang lalu ketika saya beri’tiqaf di
Masjid Mujahidin, sebuah masjid besar di Kota saya, ada seorang akhwat meminta
waktu kepada saya untuk berdialog atau curhat. Ada persoalan yang ingin dia
kupas bersama saya. Kenapa saya? Itu pertanyaan di benak saya. Kata dia, bagi
dia saya adalah Murabbi kedua baginya.
“o.. begitu”, ujar saya. Dan langsung saya tembak, “anti
dilamar ya?”
Wajahnya langsung terkejut, dan langsung mengiyakan,
“Kok kakak tahu?” katanya.
Dan saya pun menjawab, “heeemmm... gaya orang yang
sedang akan dilamar biasanya kayak anti ini”. heheee... dengan gaya sok tahu
saya jawab pertanyaannya. Ya, memang beberapa teman terdekat saya, yang sharing
dengan saya, ketika berhadapan dengan persoalan ini memang seperti itu gayanya.
Jangan tanya bagaimana gayanya, yang pasti kalau kita sensitif pasti dapat
membedakan.
Balik ke persoalan diatas, teman saya langsung
melanjutkan ceritanya, “Ia kk, saya dilamar, sama ikhwan beda gerakan?. Gimana
kk pendapat kk”?.
Saya terdiam sejenak. Lalu saya tanya, bagaimana
prosesnya kok bisa dilamar sama ikhwan beda gerakan?. Dan dia cerita, ternyata
dia dijodohkan sama ayahnya dan selanjutnya dan selanjutnya (yang pasti tidak
boleh saya ceritakan disini). Lalu saya tanya apakah dia mengenal ikhwan
tersebut?. Apakah yakin dengan kesholehannya?. Bagaimana cara pandang/ cara
berfikirnya terhadap hidup, terhadap aktifitas dakwah, terhadap gerkaan dakwah,
terhadap perbedaan cara pandang, dan lain sebagainya? Bagaimana Karakter dia?.
Akhwat itu menjawab, “saya tidak terlalu kenal, kalau
keshalehan (dilihat dari ibadah maghdah) saya yakin, tapi untuk yang lain saya
tidak yakin.”
Lalu saya
tanya lagi, “pernah ta’aruf dengan dia”?.
Dia jawab, “pernah kk, difasilitasi orang tua”.
Terus saya paparkan kepada akhwat ini bahwa pada saat
ta’aruf itu kita bisa mengecek
kepribadian dan cara pandangnya. Dan ternyata akhwat itu bilang pada saat
ta’aruf pertanyaan yang ditanyakan pertanyaan-pertanyaan standar. Tidak terlalu
mendetail.
“O... begitu”. Heeem,... saya bilang ke akhwat itu, “karena ini bukan
lewat proses biasanya yang berlaku dalam sistem kita, maka kita juga gak tahu
apakah dia jodoh anti atau bukan. Karena yang tahu jodoh kita itu kan Allah
saja. Maka yang harus kita lakukan adalah sholat istikharah (dengan catatan
belum ada kecenderungan di hati), bertanya sama Allah. Dengan diawali ta’awudz,
sedekah ribuan kali. Selain itu kita mesti yakin apakah dia orang yang baik
untuk dunia dan akhirat kita. Kita mesti mengenal karakter dia, dan cara dia
berfikir dan bertindak. Dan tentunya bukan dengan jalan pacaran (karena kita
sudah sama-sama tahu hukumnya). Dan tidak ada pacaran yang islami sebelum
pernikahan. Heeem... coba pada saat ta’aruf di cek kepribadiannya dengan
memancing pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan jangan langsung seperti, “apa kamu
shaleh?”. Kamu orang yang pemarah gak?”. Nah kalo ditanya pertanyaan seperti
ini biasanya orang akan sulit menjawab, atau bisa jadi dia tidak berterus
terang ketika menjawab. Maka pancinglah dengan pertanyaan seperti studi kasus
gitu. Memang akan lama proses ta’arufnya, tapi karena tidak ada jaminan dari
Murabbi si ikhwan beda harakah ini, maka kita mesti mengecek. Dan anti juga
belum pernah satu aktifitas dengan ikhwan ini baik dalam amanah dakwah atau
amanah lainnya. Apalagi tidak ada testimoni tentang ikhwan ini dari orang-orang
yang kenal dan dekat sama beliau yang orang itu kita yakini keshalehan dan keobjektifannya. Dicek juga tujuan hidup dan
tujuan dia menikah secara mendetail, sama gak dengan atau sejalan atau nantinya
bakalan bisa sejalan apa tidak dengan kita?. Tentang cara mendidik anak? Apakah
ikhwan ini akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita nantinya? Ditanya
juga dengan pertanyaan yang lebih detail dan teknis, tentang pandangan dia
terhadap aktivitas dakwah nantinya, terus tentang gerakan dakwah yang ada.
Terus tanyakan juga tentang konsep ketaatan isteri
dalam pandangan dia seperti apa. Bagaimana parameter ketaatan isteri. Kita lihat
apakah dia seorang pemimpin rumah tangga yang otoriter atau pemimpin rumah
tangga yang bijaksana. Apakah dia termasuk orang yang mau menang sendiri, atau
orang yang suka bermusyawarah dan mau mengakomodir dan berlapang dada terhadap
perbedaan pendapat. Karena cukup banyak kasus pernikahan beda harakah yang
nantinya si isteri yang diatasnamakan ketaatan kepada suami tidak dapat
melakukan aktifitas dakwah, malahan tidak dapat mengikuti aktifitas pembinaan. Ini
agak berbahaya karena tarbiyah itu madal hayah, tarbiyah itu sepanjang hidup
kita, karena gesekan-gesekan kehidupan dunia yang besar ditambah lagi godaan
setan membuat kita mesti memiliki benteng diri dan juga lingkungan yang belajar
sholeh. Agar kesholehan itu bukan hanya kesholehan pribadi tapi juga kesholehan
sosial. Tanyakan juga hal-hal lain yang akan berpengaruh besar bagi kehidupan
anti selanjutnya, baik secara konsep maupun teknis.
Saya langsung melanjutkan, kenapa kita mesti
melakukan itu, pertama karena kita tidak boleh menolak orang yang sholeh tanpa
alasan syar’i atau dibenarkan oleh syariat. Jadi kita mesti pastikan dulu
kesholehannya, minimal kita mengetahui apakah dia sudah memenuhi parameter
kepribadian islami yang paling minimal. Salah satunya ibadah maghdahnya baik,
tidak merokok, dlsb. Kenapa kita tidak boleh menolak orang yang sholeh, karena
ada hadistnya, yang intinya jika kita menolak orang sholeh, maka akan terjadi
fitnah terhadap kita. Fitnahnya bisa jadi yang datang melamar kita selanjutnya
adalah orang-orang yang kualitas kesholehannya lebih buruk. Karena dalam
syariat tidak ada larangan nikah beda harakah. Termasuk di dalam sistem kita,
tidak ada larangannya. Atau bisa jadi fitnah yang dalam bentuk lain.
Dengan melakukan proses ta’aruf yang benar dan
mendetail, maka kita akan dijauhi dari sifat tergesa-gesa dalam memutuskan.
Tergesa-gesa dalam menolak atau tergesa-gesa dalam menerima. Dan kita juga bertanya
kepada Sang Penentu jodoh kita yaitu Allah swt apa keputusan terbaik. Selalu
libatkan Allah dalam setiap proses yang kita lakukan. Karena kehidupan kita
selanjutnya ditentukan dari keputusan yang akan kita ambil. Dan berdampak juga
terhadap keluarga kita nantinya. Tentunya anti gak mau kan di tengah perjalanan
pernikahan, anti melakukan sesuatu yang halal tapi tidak disukai oleh Allah
yaitu; PERCERAIAN.
Kemudian anti mesti silahturahim kepada saudara kita
yang sekarang ini sedang menjalani kehidupan pernikahan beda gerakan, anti
lihat dan diskusi apa saja persoalan-persoalan yang akan muncul kedepannya. Dan
persoalan-persoalan lain yang anti butuhkan untuk kehidupan anti selanjutnya. Kemudian
bertanya sama ustadz ***** (saya menyebutkan nama salah satu ustadz), karena
ustadz ini sudah sering melakukan dialog lintas gerakan. Anti tanya bagaimana
pendapat beliau tentang nikah beda gerakan. Kenapa saya sarankan demikian. Karena
beliau cukup tahu bagaimana tabiat gerakan dan pengusung gerakan tersebut. Jadi
bisa membantu anti dalam mengambil keputusan.
Pada dasarnya keputusan memilih menerima atau menolak
ada ditangan anti. Jangan terlalu cepat memutuskan dan jangan terlalu lama,
libatkan Allah selalu dalam setiap renungan, atau ketika anti berfikir, biar
setan tidak ikut campur. Saya hanya bisa mendo’akan semoga anti ditunjukkan
selalu ke jalan yang lurus, dan diberikan pendamping hidup terbaik bagi dunia
dan akhirat anti. aamiin
Wallahu’alam bishowab...
*bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar