sesuci fitrah anak kecil |
Rajab
1432 H....
Rajab
kali ini benar-benar terasa berbeda. Sebelum memasuki Rajab sudah ditegur oleh
Allah beberapa kali. Membuatku benar-bernar berkaca diri. Mematut pada cermin
belajar.
3
hari menjelang Rajab, kukirimkan sms kepada orang-orang yang pernah berinteraksi
denganku dan kurasa pernah tersakiti mungkin sadar atau tanpa sadar oleh
tingkah dan ucapku. Karena kufikir, kuharus membersihkan hatiku dari segala
bintik dan noda-noda serta dari emosi negatif. Meminta maaf kepada-Nya dan
kepada sesama adalah salah satu caranya.
Dan ternyata.. subhanallah... berdampak sekali bagiku. Dampaknya benar-benar
terasa, hingga Rajab ini benar-benar berbeda..
Hari
pertama rajab datang bertepatan dengan agenda pekananku. Hari jum’at. Hari yang
penuh dengan keberkahan. Subhanallah... benar-benar awal yang berbeda. Selain itu
Mbak MUR... memberikan materi yang begitu mengena. Setelah itu dievaluasi
amanah, dan saya mendapatkan amanah tambahan. Walaupun berfikir untuk menolak,
cepat kutahan lisanku. Ya... pada saat itu, saya berfikir, “apa yang terjadi di
Bumi sudah diatur oleh-Nya, maka ketika Mbak Mur memberikan amanah, mungkin itu
salah satu skenario dari Allah untuk mentarbiyahku”.
Kemudian,
saya juga mendapatkan info tentang adanya komunitas tahfidz qur’an di
Pontianak, yang dibimbing oleh seorang hafidzah. Pada awalnya saya berencana akan ke Bandung di Bulan Juni ini, ya ketika
liburan sekolah. Saya akan mondok kurang lebih 1 bulan disana. Sesuai jumlah
hari libur sekolah. Kenapa?. Karena saya ingin membangun sebuah kebiasaan. Kebiasaan
menghafal qur’an dan juga tidak berkomunikasi via alat telekomunikasi : HP dan
internet. Saya benar-benar ingin menikmati kesendirian dengan-Nya dan para
pencinta-Nya disebuah pondok tahfidz qur’an. Tapi karena sudah ada komunitas
tahfidz di Pontianak, saya jadi berfikir ulang tentang kedua hal tersebut.
Hari
kedua, saya diberikan nasihat lagi oleh Allah. Tentang kematian. Kematian yang
begitu mendadak dan tanpa sebab. Kematian ini menimpa suaminya teman kuliah
saya dulu. Dan akhirnya saya benar-benar berfikir ulang. Apalagi nasehat
kematian ini sudah berturut-turut Allah berikan kepadaku. Bukankah Allah
berfirman dalam salah satu ayat-Nya bahwa kematian itu akan mendatangi kita
secara tiba-tiba. Entah kita siap ataukah tidak.
Jodoh itu sudah ditentukan, tapi kita gak tahu
kapan dia datang, begitu juga dengan rezeki. Tapi kematian sesuatu yang pasti. Dan
ketika kematian mendatangi kita, maka tidak ada kata tunda atau “tolong
kembalikan saya ke dunia”. Dan sebagai orang yang cerdas tentunya kita akan
mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk satu hal yang pasti itu:KEMATIAN. Jika
pun ditengah persiapan kita menyambut kematian, Allah memberikan kita banyak rezeki
ataupun kita menemukan jodoh (baca: menikah dan berkeluarga), maka itu
merupakan nikmat tambahan dari Allah. Jika pun tidak maka saya selalu yakin
bahwa ketika tujuan kita adalah akhirat maka Allah sudah menyiapkan begitu banyak
kenikmatan disana, termasuklah pasangan
kita. Bahkan dalam juz 30 Allah sebutkan bahwa pasangan kita itu tidak pernah
berkata sia-sia, sangat rupawan dan tidak pernah bermaksiat. Sungguh sebuah
nikmat yang tiada tanding. Tentunya saya akan memilih sesuatu yang abadi
dibandingkan sesuatu yang fana. Jadi hari kedua ini saya merekonstruksi niat
saya dan amal-amal saya. Mempersiapkan sesuatu yang pasti datang dan tak bisa
dielakkan atau dihindari.
Menuju
hari ketiga... maksudnya malam ahad. Saya mabit bersama para penghafal qur’an. Kali
ini saya ditegur lagi oleh Allah. Hufffffffff... sudah sangat sering nih
ditegur sama Allah. Jadinya maluuuuuuuuuuuuuuu bangeeeeeeeeeeeeeeet sama Allah.
Apa lagi ditegur disaat-saat istimewa saya dan Rabb saya. Sepertiga malam...
banyak surah yang hilang dari kepalaku. Dan akhirnya malam ini saya
merekonstruksi ulang lagi program muraja’ah dan hafalan qur’an saya. Dan selain
itu amalan-amalan saya yang lain.
Hari
ketiga Rajab. Allah memberikan taujih lagi, temanya tentang ukhuwah dan
keistiqomahan. Kali ini Allah menitipkannya lewat salah satu sahabatku. Di dekat
ancol ala KALBAR..
Sahabatku
walimahan... ketika melihatnya saya terenyuuuh. Dia yang kukenal sebagai orang
yang kokoh dan memegang prinsip. Ternyata hari ini benar-benar sudah melangkah
jauh. Entah judul apa yang mesti kuberi: FUTUR???.. mungkin. Tapi yang pasti
saya menangkap pesan dari Allah. Jangan menjauh dari komunitas yang belajar
menjadi sholeh. Karena nanti kau akan tergilas oleh kehidupan dunia. Berpegangan
eratlah pada tali agama Allah, jadikan Allah sebagai awal, pertengahan dan
akhir dari amal-amal kita. Konsisten itu berat. Konsisten bukan berarti kita
tidak lentur. Tapi konsisten itu merupakan kata lain dari mengakrabi dinamika. Hari
ini saya merekonstruksi ulang kembali tentang peran dan dinamika-dinamika yang
mesti saya jalani kedepannya. Dan juga menatap ulang rajutan ukhuwah yang belum
sempurna. Teman, jika kau mengulurkan tanganmu pasti akan kusambut, tapi ketika
kuulurkan tanganku untuk kau sambut,
engkau malah menepisnya. Jangan kau biarkan luka mendalam dan tak terobati. Obatilah
luka itu... kelola rasa marah, benci dan segala emosi yang berjudul lainnya
hingga menjadi sesuatu yang konstruktif produktif.
Hari
keempat Rajab. Alhamdulillah... Allah memberikan banyak waktu luang padaku,
yang jarang kudapatkan. Anak-anak pada ulangan, jadi bisa pulang lebih awal dan
tidak masuk siang. Maka sejak hari keempat rajab hingga hari ini saya hampir
selalu menyinggahi rumah-Nya dan berdiam untuk bercengkerama dengan-Nya. Ya...
i’tiqaf. Kumulai jadwal i’tiqafku menjelang adzhan dzuhur hingga ashar. Bahkan pernah
satu kali sengaja saya ifthor di rumah-Nya yang bernama: Mujahidin. Kulakukan ini
karena ingin membangun kebiasaan. Rekonstruksi kebiasaan saya menyebutnya. Menuntaskan
amalan bagi seorang penghafal qur’an. Ya... mendekatkan diri lebih lama dan
lebih khusyu’ dengan Al-qur’an. Hari keempat, saya benar-benar mencoba untuk
tilawah sebanyak 3 juz qur’an sehari. Dan di Mujahidin saya memulainya. Pertama-tama
terasa berat sekali, rasa mengantuk, lelah, kecapekan karena lama duduk dan
segala perasaan lainnya muncul. Tapi tetap kukuatkan azzamku. Karena belum
pernah saya membaca Al-qur’an sampai 3 juz per hari di luar Ramadhan. Kalau di
Bulan Ramadhan, insya Allah sering, bahkan lebih dari 3 juz pun mampu. Tapi jika
diluar Ramadhan atau di bulan-bulan biasa, saya hanya mampu mencapai 2 juz qur’an.
Kalo 2 juz qur’an sudah sering saya lakukan di luar Ramadhan. Tapi kalo 3
juz... baru kali ini. Dan rasanya sungguh luar biasa. Ada energi besar dalam
jiwaku, kemudian juga perasaan tenang, begitu tenang. Ada kebahagian.....
entah!! Sulit untuk digambarkan... tapi damai itu terasa indah. Serasa benar-benar
bisa mengendalikan hati dan gejolak emosi. Dan satu kata lagi: Yakin dan
mantap.
Hari
kelima, saya menelpon teman saya di Jakarta. Bercerita.. itu yang biasa kami
lakukan. Berbagi semangat, motivasi, cerita bahkan trik beserta tips. Indah
rasanya memiliki sahabat sepertinya. Sahabat yang enak diajak diskusi. Tema apa
aja kami selalu nyambung. Walau kadang diskusi kami tak pernah sependapat, tapi
keseringan sih sependapat. Yang pasti kami mencoba menganalisa segala sesuatu
yang kami temui dalam kehidupan kami. Tema aja selalu nyambung, dari gerakan,
tarbiyah, pernikahan, beasiswa,bahasa arab, kerjaan kami, keluarga kami, maupun isu
lokal/internasional bahkan tema terbaru kami :penghafal qur’an. Pada awalnya,
saya, teman saya ini dan beberapa teman lain sama-sama mau mondok ke Bandung. Tapi....
karena saya sudah menemukan komunitas itu disini, maka saya tidak jadi
berangkat. Tapi kami saling berbagi motivasi. Dan ujungnya kami membuat
komitmen bersama. Setiap ba’da subuh kami akan memuraja’ah hafalan. Dan dimulai
dari juz 30. Karena gak bisa bertatap muka, kami hanya bertatap suara. Hehee...
maksudnya via telpon gitu :D....Dan hal itu sudah rutin kami lakukan di bulan Rajab
ini. Hanya pernah satu kali tidak kami lakukan. Ya, karena saya benar-benar
kecapekan dan tidak bisa ngapa-ngapain. Huuuffff... ternyata hasilnya???, heeem...
cukup menyedihkan.... kami baru bisa deteksi surah apa-apa saja yang hilang
dari ingatan kami. Ternyata kita memang butuh teman yang satu impian. Ya kami
sama-sama punya impian untuk menjadi penghafal qur’an, mahir bahasa arab dan
inggris dan juga kuliah di luar negeri. Akhirnya saya menemukan sahabat jiwa
saya :D... semoga bisa bertetangga dengannya di surga yang tertinggi bersama
Rasul dan para sahabat.
Jadi saya benar-benar merekontruksi kebiasaan
saya dan mengatur jadwal saya. Kerja, amalan yaumi+ hafalan+ tilawah 3 juz, amanah
dan keluarga saya. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi saya.
Hari
ini, tepat hari ke- 11 Rajab. Mendapat kabar bahagia dari seorang teman. Heeem...
masih ingat kan tulisanku sebelumnya yang berjudul : ENERGI POSITIF. Nah.... tulisan
itu temanya tentang teman saya ini, saya bingung juga menyebutnya apa. Mau nyebut
teman, tapi usia cukup jauuuh dibawah saya. Ah... tak perlu risaukan soal
sebutan, iya gak?
Yang
pasti teman saya ini, memberikan kabar bahwa dia lulus tes untuk ikut pelatihan
di Jerman selama 2 bulan. Wooow!!!... Jerman... tempatnya BJ. Habibie. Saya sangat
senang sekali mendengarnya. Teringat sms dia sebelumnya, yang isinya
mengabarkan bahwa dia tidak lulus beasiswa di Prancis, dan kami sama-sama ingin
mencoba beasiswa ADS. E... ternyata takdir berkata lain. Yuuup,, we can plan
anyting, but Allah decides it for us. Saya katakan padanya, “ sometimes we
plan something, but Allah gives us another thing. but, His gift is always the
best thing for us..
Mendengar
kabar bahagianya, saya merasa ditegur Allah lagi, ya teguran untuk TAWAZUN dan
PROFESIONAL. Dakwah profesi... sesuatu yang masih mengawang-ngawang dibenak
saya. Masih cukup bingung untuk memulainya. Semoga Allah memberikan saya jalan
terbaik untuk memulainya.
Saya
merasa kali ini Allah menegur saya untuk menyeimbangkan waktu saya untuk sebuah
cita yang lain. Yaitu melanjutkan studi di Luar Negeri. Sepertinya cita ini
belum mengendap dalam alam bawah sadar saya. Sangat jarang.. *alias terlalu
malu untuk mengatakan tidak pernah* lagi saya membaca buku-buku kulliah dan
toefl saya. Padahal cukup banyak kamus yang berada di laptop saya berikut
latihan TOEFL nya. Mendengar kabar dari teman saya, membuat saya merasa bahwa
Allah meminta saya untuk mencoba ikut beasiswa ADS dan lainnya. Artinya,
mungkin Allah ingin memberitahu saya bahwa sudah cukup waktu untuk membangun
kebiasaan menghafal dan tilawah 3 juz, sekarang saatnya membangun kebiasaan
lain, yaitu keprofesian. Dan juga mengatur waktu saya dengan lebih cermat lagi.
Dan ini semakin diperkuat oleh sahabat saya yang di Jakarta yang hari ini juga
baru tes TOEFL ulang. Heeemmm bahagianya punya teman sepertinya...
Baiklah...
hari ini saya berazzam untuk merekonstruksi kembali kebiasaan saya dan mengatur
waktu dengan cermat, agar bisa tawazun atau seimbang dalam segala hal.
Ya
Allah mudahkanlah segala urusanku, bukakanlah pintu-pintu kemudahan dan
keberhasilan serta tutupkanlah pintu-pintu kesulitan dan kegagalan.
*Faiza
azzamta fatawakal Alallah... kuatkan tekadmu dan berusaha sekuat tenaga lalu
bertawakallah kepada Allah.
Endingnya:
tema Rajab kali ini adalah: REKONSTRUKSI KEBIASAAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar