"Islamic Quotes"

Selasa, Juni 14, 2011

REKONSTRUKSI KEBIASAAN *episode RAJAB 1432H


sesuci fitrah anak kecil
Rajab 1432 H....
Rajab kali ini benar-benar terasa berbeda. Sebelum memasuki Rajab sudah ditegur oleh Allah beberapa kali. Membuatku benar-bernar berkaca diri. Mematut pada cermin belajar.


3 hari menjelang Rajab, kukirimkan sms kepada orang-orang yang pernah berinteraksi denganku dan kurasa pernah tersakiti mungkin sadar atau tanpa sadar oleh tingkah dan ucapku. Karena kufikir, kuharus membersihkan hatiku dari segala bintik dan noda-noda serta dari emosi negatif. Meminta maaf kepada-Nya dan kepada sesama  adalah salah satu caranya. Dan ternyata.. subhanallah... berdampak sekali bagiku. Dampaknya benar-benar terasa, hingga Rajab ini benar-benar berbeda..

Hari pertama rajab datang bertepatan dengan agenda pekananku. Hari jum’at. Hari yang penuh dengan keberkahan. Subhanallah... benar-benar awal yang berbeda. Selain itu Mbak MUR... memberikan materi yang begitu mengena. Setelah itu dievaluasi amanah, dan saya mendapatkan amanah tambahan. Walaupun berfikir untuk menolak, cepat kutahan lisanku. Ya... pada saat itu, saya berfikir, “apa yang terjadi di Bumi sudah diatur oleh-Nya, maka ketika Mbak Mur memberikan amanah, mungkin itu salah satu skenario dari Allah untuk mentarbiyahku”.

Kemudian, saya juga mendapatkan info tentang adanya komunitas tahfidz qur’an di Pontianak, yang dibimbing oleh seorang hafidzah.  Pada awalnya saya berencana  akan ke Bandung di Bulan Juni ini, ya ketika liburan sekolah. Saya akan mondok kurang lebih 1 bulan disana. Sesuai jumlah hari libur sekolah. Kenapa?. Karena saya ingin membangun sebuah kebiasaan. Kebiasaan menghafal qur’an dan juga tidak berkomunikasi via alat telekomunikasi : HP dan internet. Saya benar-benar ingin menikmati kesendirian dengan-Nya dan para pencinta-Nya disebuah pondok tahfidz qur’an. Tapi karena sudah ada komunitas tahfidz di Pontianak, saya jadi berfikir ulang tentang kedua hal tersebut.

Hari kedua, saya diberikan nasihat lagi oleh Allah. Tentang kematian. Kematian yang begitu mendadak dan tanpa sebab. Kematian ini menimpa suaminya teman kuliah saya dulu. Dan akhirnya saya benar-benar berfikir ulang. Apalagi nasehat kematian ini sudah berturut-turut Allah berikan kepadaku. Bukankah Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya bahwa kematian itu akan mendatangi kita secara tiba-tiba. Entah kita siap ataukah tidak.

 Jodoh itu sudah ditentukan, tapi kita gak tahu kapan dia datang, begitu juga dengan rezeki. Tapi kematian sesuatu yang pasti. Dan ketika kematian mendatangi kita, maka tidak ada kata tunda atau “tolong kembalikan saya ke dunia”. Dan sebagai orang yang cerdas tentunya kita akan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk satu hal yang pasti itu:KEMATIAN. Jika pun ditengah persiapan kita menyambut kematian, Allah memberikan kita banyak rezeki ataupun kita menemukan jodoh (baca: menikah dan berkeluarga), maka itu merupakan nikmat tambahan dari Allah. Jika pun tidak maka saya selalu yakin bahwa ketika tujuan kita adalah akhirat maka Allah sudah menyiapkan begitu banyak kenikmatan disana, termasuklah  pasangan kita. Bahkan dalam juz 30 Allah sebutkan bahwa pasangan kita itu tidak pernah berkata sia-sia, sangat rupawan dan tidak pernah bermaksiat. Sungguh sebuah nikmat yang tiada tanding. Tentunya saya akan memilih sesuatu yang abadi dibandingkan sesuatu yang fana. Jadi hari kedua ini saya merekonstruksi niat saya dan amal-amal saya. Mempersiapkan sesuatu yang pasti datang dan tak bisa dielakkan atau dihindari.

Menuju hari ketiga... maksudnya malam ahad. Saya mabit bersama para penghafal qur’an. Kali ini saya ditegur lagi oleh Allah. Hufffffffff... sudah sangat sering nih ditegur sama Allah. Jadinya maluuuuuuuuuuuuuuu bangeeeeeeeeeeeeeeet sama Allah. Apa lagi ditegur disaat-saat istimewa saya dan Rabb saya. Sepertiga malam... banyak surah yang hilang dari kepalaku. Dan akhirnya malam ini saya merekonstruksi ulang lagi program muraja’ah dan hafalan qur’an saya. Dan selain itu amalan-amalan saya yang lain.


Hari ketiga Rajab. Allah memberikan taujih lagi, temanya tentang ukhuwah dan keistiqomahan. Kali ini Allah menitipkannya lewat salah satu sahabatku. Di dekat ancol ala KALBAR..
Sahabatku walimahan... ketika melihatnya saya terenyuuuh. Dia yang kukenal sebagai orang yang kokoh dan memegang prinsip. Ternyata hari ini benar-benar sudah melangkah jauh. Entah judul apa yang mesti kuberi: FUTUR???.. mungkin. Tapi yang pasti saya menangkap pesan dari Allah. Jangan menjauh dari komunitas yang belajar menjadi sholeh. Karena nanti kau akan tergilas oleh kehidupan dunia. Berpegangan eratlah pada tali agama Allah, jadikan Allah sebagai awal, pertengahan dan akhir dari amal-amal kita. Konsisten itu berat. Konsisten bukan berarti kita tidak lentur. Tapi konsisten itu merupakan kata lain dari mengakrabi dinamika. Hari ini saya merekonstruksi ulang kembali tentang peran dan dinamika-dinamika yang mesti saya jalani kedepannya. Dan juga menatap ulang rajutan ukhuwah yang belum sempurna. Teman, jika kau mengulurkan tanganmu pasti akan kusambut, tapi ketika kuulurkan  tanganku untuk kau sambut, engkau malah menepisnya. Jangan kau biarkan luka mendalam dan tak terobati. Obatilah luka itu... kelola rasa marah, benci dan segala emosi yang berjudul lainnya hingga menjadi sesuatu yang konstruktif produktif.


Hari keempat Rajab. Alhamdulillah... Allah memberikan banyak waktu luang padaku, yang jarang kudapatkan. Anak-anak pada ulangan, jadi bisa pulang lebih awal dan tidak masuk siang. Maka sejak hari keempat rajab hingga hari ini saya hampir selalu menyinggahi rumah-Nya dan berdiam untuk bercengkerama dengan-Nya. Ya... i’tiqaf. Kumulai jadwal i’tiqafku menjelang adzhan dzuhur hingga ashar. Bahkan pernah satu kali sengaja saya ifthor di rumah-Nya yang bernama: Mujahidin. Kulakukan ini karena ingin membangun kebiasaan. Rekonstruksi kebiasaan saya menyebutnya. Menuntaskan amalan bagi seorang penghafal qur’an. Ya... mendekatkan diri lebih lama dan lebih khusyu’ dengan Al-qur’an. Hari keempat, saya benar-benar mencoba untuk tilawah sebanyak 3 juz qur’an sehari. Dan di Mujahidin saya memulainya. Pertama-tama terasa berat sekali, rasa mengantuk, lelah, kecapekan karena lama duduk dan segala perasaan lainnya muncul. Tapi tetap kukuatkan azzamku. Karena belum pernah saya membaca Al-qur’an sampai 3 juz per hari di luar Ramadhan. Kalau di Bulan Ramadhan, insya Allah sering, bahkan lebih dari 3 juz pun mampu. Tapi jika diluar Ramadhan atau di bulan-bulan biasa, saya hanya mampu mencapai 2 juz qur’an. Kalo 2 juz qur’an sudah sering saya lakukan di luar Ramadhan. Tapi kalo 3 juz... baru kali ini. Dan rasanya sungguh luar biasa. Ada energi besar dalam jiwaku, kemudian juga perasaan tenang, begitu tenang. Ada kebahagian..... entah!! Sulit untuk digambarkan... tapi damai itu terasa indah. Serasa benar-benar bisa mengendalikan hati dan gejolak emosi. Dan satu kata lagi: Yakin dan mantap.

Hari kelima, saya menelpon teman saya di Jakarta. Bercerita.. itu yang biasa kami lakukan. Berbagi semangat, motivasi, cerita bahkan trik beserta tips. Indah rasanya memiliki sahabat sepertinya. Sahabat yang enak diajak diskusi. Tema apa aja kami selalu nyambung. Walau kadang diskusi kami tak pernah sependapat, tapi keseringan sih sependapat. Yang pasti kami mencoba menganalisa segala sesuatu yang kami temui dalam kehidupan kami. Tema aja selalu nyambung, dari gerakan, tarbiyah, pernikahan, beasiswa,bahasa arab,  kerjaan kami, keluarga kami, maupun isu lokal/internasional bahkan tema terbaru kami :penghafal qur’an. Pada awalnya, saya, teman saya ini dan beberapa teman lain sama-sama mau mondok ke Bandung. Tapi.... karena saya sudah menemukan komunitas itu disini, maka saya tidak jadi berangkat. Tapi kami saling berbagi motivasi. Dan ujungnya kami membuat komitmen bersama. Setiap ba’da subuh kami akan memuraja’ah hafalan. Dan dimulai dari juz 30. Karena gak bisa bertatap muka, kami hanya bertatap suara. Hehee... maksudnya via telpon gitu :D....Dan hal itu sudah rutin kami lakukan di bulan Rajab ini. Hanya pernah satu kali tidak kami lakukan. Ya, karena saya benar-benar kecapekan dan tidak bisa ngapa-ngapain. Huuuffff... ternyata hasilnya???, heeem... cukup menyedihkan.... kami baru bisa deteksi surah apa-apa saja yang hilang dari ingatan kami. Ternyata kita memang butuh teman yang satu impian. Ya kami sama-sama punya impian untuk menjadi penghafal qur’an, mahir bahasa arab dan inggris dan juga kuliah di luar negeri. Akhirnya saya menemukan sahabat jiwa saya :D... semoga bisa bertetangga dengannya di surga yang tertinggi bersama Rasul dan para sahabat.

 Jadi saya benar-benar merekontruksi kebiasaan saya dan mengatur jadwal saya. Kerja, amalan yaumi+ hafalan+ tilawah 3 juz, amanah dan keluarga saya. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi saya.


Hari ini, tepat hari ke- 11 Rajab. Mendapat kabar bahagia dari seorang teman. Heeem... masih ingat kan tulisanku sebelumnya yang berjudul : ENERGI POSITIF. Nah.... tulisan itu temanya tentang teman saya ini, saya bingung juga menyebutnya apa. Mau nyebut teman, tapi usia cukup jauuuh dibawah saya. Ah... tak perlu risaukan soal sebutan, iya gak?
Yang pasti teman saya ini, memberikan kabar bahwa dia lulus tes untuk ikut pelatihan di Jerman selama 2 bulan. Wooow!!!... Jerman... tempatnya BJ. Habibie. Saya sangat senang sekali mendengarnya. Teringat sms dia sebelumnya, yang isinya mengabarkan bahwa dia tidak lulus beasiswa di Prancis, dan kami sama-sama ingin mencoba beasiswa ADS. E... ternyata takdir berkata lain. Yuuup,, we can plan anyting, but Allah decides it for us. Saya katakan padanya, “ sometimes we plan something, but Allah gives us another thing. but, His gift is always the best thing for us..

Mendengar kabar bahagianya, saya merasa ditegur Allah lagi, ya teguran untuk TAWAZUN dan PROFESIONAL. Dakwah profesi... sesuatu yang masih mengawang-ngawang dibenak saya. Masih cukup bingung untuk memulainya. Semoga Allah memberikan saya jalan terbaik untuk memulainya.

Saya merasa kali ini Allah menegur saya untuk menyeimbangkan waktu saya untuk sebuah cita yang lain. Yaitu melanjutkan studi di Luar Negeri. Sepertinya cita ini belum mengendap dalam alam bawah sadar saya. Sangat jarang.. *alias terlalu malu untuk mengatakan tidak pernah* lagi saya membaca buku-buku kulliah dan toefl saya. Padahal cukup banyak kamus yang berada di laptop saya berikut latihan TOEFL nya. Mendengar kabar dari teman saya, membuat saya merasa bahwa Allah meminta saya untuk mencoba ikut beasiswa ADS dan lainnya. Artinya, mungkin Allah ingin memberitahu saya bahwa sudah cukup waktu untuk membangun kebiasaan menghafal dan tilawah 3 juz, sekarang saatnya membangun kebiasaan lain, yaitu keprofesian. Dan juga mengatur waktu saya dengan lebih cermat lagi. Dan ini semakin diperkuat oleh sahabat saya yang di Jakarta yang hari ini juga baru tes TOEFL ulang. Heeemmm bahagianya punya teman sepertinya...


Baiklah... hari ini saya berazzam untuk merekonstruksi kembali kebiasaan saya dan mengatur waktu dengan cermat, agar bisa tawazun atau seimbang dalam segala hal.
Ya Allah mudahkanlah segala urusanku, bukakanlah pintu-pintu kemudahan dan keberhasilan serta tutupkanlah pintu-pintu kesulitan dan kegagalan.

*Faiza azzamta fatawakal Alallah... kuatkan tekadmu dan berusaha sekuat tenaga lalu bertawakallah kepada Allah.

Endingnya: tema Rajab kali ini adalah: REKONSTRUKSI KEBIASAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar