"Islamic Quotes"

Sabtu, Juli 30, 2011

Menangkap Makna


 


Menangkap Makna

Bulan Juli sudah hampir berakhir. Jika beberapa bulan lalu, Allah memberikanku nasehat tentang kematian. Maka bulan Juli ini saya mencoba menangkap nasehat apa yang Allah berikan kepadaku. Bulan Juli adalah bulan menangkap makna. Ada pembelajaran luar biasa yang Allah ajarkan kepada saya.

Pembelajaran ini diberikan lewat dua orang teman saya. Satunya ikhwan dan satunya akhwat. Ini tentang kemampuan mengambil keputusan. Dan ini tentang kekuatan sebuah pilihan. Dan hari ini, hari terakhir di bulan Juli saya berniat menuliskannya di blog saya.

Heeem...
Betul sekali sebuah kalimat; kita butuh waktu seumur hidup untuk mengenal seseorang, dan begitulah yang saya alami. Saya mencoba mengenali kedua teman saya ini:


Kita mulai dari yang ikhwan. Saya dulu pernah satu amanah dengannya, saya dulu bahkan tak mengenal wajahnya. Walaupun pernah beberapa kali rapat, tapi tetap saja saya tidak mengenal wajahnya. Karena memang saya tidak terlalu fokus pada amanah saya yang berhubungan dengannya. Jadinya saya banyak berhubungan dengannya lewat sms, telpon dan terakhir email. Ya, maklum saja kadang saya bisa menjadi orang yang sangat cuek luar biasa. Dan saya baru merasa mulai mengenalnya ketika saya diberitahu dia akan pindah gerakan. Saya kaget, rasa bersalah muncul. Ya Allah, kok saya gak begitu perhatian ya dengan saudara seiman, kok bisa saudara saya seperjuangan di dakwah sekolah akan pindah jama’ah saya gak tahu bahkan baru tahu. Saya mencoba untuk bermuhasabah, sudahkah hak-hak ukhuwah saya jalankan untuknya. Memberi nasehat, menanyakan kabar, berdiskusi. Duh... kok rasanya belum sama sekali. Maka karena rasa bersalah itulah saya mulai membangun komunikasi. Karena berhubung saya baru tahu dia pindah jama’ah ketika saya dan dia sudah selesai kuliah, jadi memang sudah tidak efektif lagi. Saya sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan persoalan saudara saya pindah jama’ah asalkan mereka pindah karena kesadaran keimanan, dan kadang saya senang mencari tahu penyebab kenapa saudara saya pindah jama’ah. Sebagai bahan tambahan analisa saya. Akhirnya saya memulai komunikasi, menanyakan sebab kenapa dia pindah jama’ah. Dan diapun memaparkan alasannya. Dan dia sering mengirimkan artikel tentang demokrasi, khilafah dan sejenisnya. Ya, kadang saya ladeni, kadang tidak, pernah satu kali saya geram sekali dengannya. Karena sepertinya dia mengajak saya berdebat, dan saya malas untuk berdebat, akhirnya saya mengatakan “lakum dinukum waliyadin” (yang ini jangan dicontoh ya. gak baik). Pada akhirnya saya baru tahu ternyata memang setiap yang baru bergabung di gerakan yang dipilihnya diberikan tugas yang sama. Menyebarkan artikel.

Setelah itu dia mulai berhenti, saya mulai merasa bersalah lagi, kok kasar banget ya fikir saya waktu itu. Dan kembali rasa bersalah itu muncul. Dan karena saya tidak ingin memutus silahturahim, akhirnya saya mencari cara agar tidak memutus silahturahim. Berhubung pada saat itu ia melanjutkan kuliahnya di kota pelajar, dan disana banyak terkenal dengan buku murah, saya memutuskan untuk meminta tolong padanya mencarikan saya buku. Ya, sekarang cukup banyak buku yang ada di rak buku saya yang merupakan buku hasil bantuannya. Hehee..
Nah,,, dari sini saya baru benar-benar mulai mengenal teman saya dan karakternya. Ya menurut saya, dia orang yang baik, santun, pintar tapi tidak cerdas, rendah hati, logis, dapat ditebak, suka menolong (alias gak tegaan) dan bijaksana,. Tapi juga punya kelemahan yang tak perlu saya sebutkan disini. Kelemahannya ada yang fatal ada yang tidak ^_^.

2 tahun belakangan ini saya agak intens berhubungan dengan gerakan yang dipilihnya. Saya termasuk orang yang gak terlalu percaya langsung kepada perkataan seseorang, biasanya saya akan memberikan penilaian tentang seseorang atau sebuah gerakan lewat interaksi saya dengan orang digerakan tersebut dan pemikiran gerakan tersebut. Dan ketika saya berinteraksi dengan gerakannya, saya terkaget-kaget. Dan akhirnya ketika saya baca kembali tentang  gerakannya di buku WAMY, saya menemukan apa yang tercantum disana adalah benar. Kecuali untuk dua hal. Dan terus terang saya bersyukur karena Allah memberikan hadiah terindah untuk saya, “bergabung dalam gerakan tarbiyah” dan tidak pindah jama’ah. Memang gerakan tarbiyah ini punya cukup banyak kekurangan dan kelemahan. Tapi kelebihan dari gerakan tarbiyah membuat saya memaafkan kelemahan dan kekurangan gerakan  ini. ^_^

Nah, beberapa minggu yang lalu saya mendengar kabar, teman saya ini akan menikah. Dalam benak saya berujar "biasanya kalau sudah tersebar info seorang ikhwan akan menikah, maka biasanya waktunya gak lama lagi, bisa jadi 1 bulan atau paling lama tiga bulan mendatang resepsinya". (hehee... itu mainstream dikepala saya kalau menyangkut kader sebuah gerakan).
Wah saya senang sekali mendengar teman saya ini akan menikah, saya langsung meng-sms-nya (tabayun). Menanyakan kebenaran info itu, (kebiasaan saya memang suka langsung tabayun kepada orangnya). Dan teman saya membenarkan info tersebut. Pada waktu itu saya berfikir, rasanya saya belum pernah membantu teman saya ini, sedangkan dia sudah sangat sering sekali membantu saya. Karena itulah agar saya tidak terlalu merasa berhutang budi, dan memang berniat untuk membalas kebaikannya, maka saya menawarkan bantuan untuk menolong (mengantarkan undangan) pernikahannya. Maka saya menanyakan bulan apa walimahannya. Dia menjawab nanti dia akan kabari. Waktu membaca kalimat itu saya berfikir, “o.. mungkin masih rahasia”. Tapi memang ada keraguan ketika membaca kalimat itu. Penuh makna.

Dan akhirnya saya mendapatkan info dari seseorang yang dipercaya, tentang calon, dan kapan kemungkinan prosesnya akan berlangsung. Saya berfikir pantasan ketika saya menanyakan kapan akan berlangsungnya pernikahannya, dia bilang, “nanti saya kabari”. Ternyata proses lamaran baru berlangsung dalam hitungan hari saat itu. Dan Ketika mendengar siapa calonnya, saya agak kaget. Saya tidak mengenal calonnya, tapi teman saya yang memberikan info ini mengatakan bahwa calonnya bukan anak gerakan, dan tidak berjilbab (tapi di foto lamarannya dia memakai jilbab) dan dulu teman sekelasnya waktu kuliah. Jujur ketika mendengar berita teman saya akan menikah, dalam benak saya mengira dia bakalan menikah dengan teman satu gerakannya, karena ada beberapa analisa saya yang membuat saya mempunyai kesimpulan seperti itu. Pada saat itu saya sempat bertanya dalam hati, “kenapa?”. Ada beberapa analisa muncul dikepala saya ketika mendengar latar belakang calonnya. Jujur saya sebenarnya tidak mempermasalahkan calonnya, tapi saya lebih suka melihat prosesnya. Karena menurut saya keberkahan proses sebelum menikah akan berdampak sangat dalam bagi keberkahan kehidupan  pernikahan selanjutnya. Maka ia mesti bersih. Saya berfikir, manusia itu bisa berubah, bisa jadi saat ini tidak berjilbab, tapi kedepannya berjilbab. Keimanan itu hanya Allah yang Maha Mengetahui. Belum tentu yang berjilbab besar lebih baik imannya dari pada yang berjilbab biasa saja. Atau sebaliknya. Tapi paling tidak yang berjilbab besar sedang dalam proses memperbaiki diri dan mengamalkan apa yang diimani dan diyakini. Dan mencoba terlibat aktif dalam gerakan dakwah. Itu ikhtiar manusiawi untuk menjadi orang beriman.

 Teman saya memberikan info tentang prosesnya dan kapan pernikahannya akan berlangsung (katanya: tahun depan). Masih lama bukan??, dan siapa yang bisa menjaga hati agar tetap suci dalam proses selama itu?. Siapa yang bisa menjaga diri agar tak terseret hawa nafsu dan melakukan perbuatan yang tidak diridhoi?. Hal itu yang membuat saya kaget, dan teman saya juga mengatakan ada beberapa foto yang menjadi barang bukti. Karena penasaran sayapun mencoba melihat foto-foto tersebut.
"Deg...!! saya terkaget-kaget.
Astagfirullah... ujar saya.
Jika dalam proses lamaran saja seperti itu, bagaimana selanjutnya?. Mungkin dalam pandangan orang ammah itu biasa, tapi bagi orang yang paham itu sungguh hal yang luar biasa. Bukankah waktunya masih lama.. bukankah secara tidak langsung dia melakukan pacaran islami? Pacaran islami yang berkedok?
Wallahu’alam
Itulah keputusan yang telah diambil oleh teman saya yang ikhwan,


Nah,,, sekarang saya akan bercerita tentang teman saya yang akhwat. Masih ingat bukan tulisan saya tentang “pernikahan beda gerakan”. Teman saya yang itulah yang akan saya ceritakan disini. Dia bercerita kepada saya bagaimana prosesnya. Dan sungguh saya melihat prosesnya bersih dari hawa nafsu dan godaan setan. Karena akhwat itu tidak mengenal si ikhwan yang beda gerakan, tapi dikenalkan oleh orang tuanya. Setelah teman saya yang ini curhat kepada saya, dan saya memberikan dia sedikit masukkan, pada saat saya berjumpa lagi dengannya, dia mengatakan, “kk benar, kita akan mendapatkan pasangan yang se-kufu”. Tidak mesti satu gerakan atau berbeda gerakan. Tetapi bagaimana tingkat keimanan kita, begitu juga dengan calon pasangan kita. Sebagai catatan se-kufu, tidak mesti sama dalam satu sisi. Ada beberapa sisi, misal, bisa sekufu (sama) tingkat dalam hal keimanan, kepahaman agama, amal ibadah, harta, kedudukan, latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan,  kecerdasan, wajah (rupa) dan lain sebagainya.

Setelah ia mengatakan itu, saya pada saat itu berfikir, mungkin dia memilih untuk tidak menerima lamaran si ikhwan. Karena pada saat itu ia mengatakan “kita akan mendapatkan pasangan yang se kufu, astagfirullah.” Maka saya pun tidak bertanya kelanjutannya. Tiba-tiba saya dikagetkan dengan sebuah telpon. Teman saya ini akan menikah besok. Deg... what???... saya kaget luar biasa. Langsung saya telpon dia dan tabayun. Dia mengatakan,”iya, benar kk”. Saya bertanya alasan dia kenapa mantap menikah. Dia mengatakan, “setelah mendengar penjelasan dari kk, dan membaca buku yang kk sarankan dan kirimkan untuk dibaca, dan juga diskusi sama ustadz ini dan setelah istikharah saya memutuskan untuk menerima lamarannya dan siap untuk menikah”. Lalu saya bertanya, kapan lamarannya. Dia mengatakan hari senin kemarin. Saya kembali kaget, ternyata lima hari setelah proses lamaran dia memutuskan untuk melangsungkan akad nikah segera. Dan resepsinya setelah idul fitri (lebaran).
Inilah keputusan yang diambil oleh si akhwat.

Lama saya berfikir tentang kedua kasus diatas, saya mencoba menangkap makna apa yang Allah titipkan disana. Allah ingin saya belajar apa dari kisah ini. Teman saya yang ikhwan memutuskan untuk menikah dengan orang ammah dan jarak waktu lamaran dan pernikahan (walimahannya) masih lama sekali, proses ia menuju pernikahan belum bisa saya katakan bersih dari kata “pacaran islami”. Dan saya tidak tahu apakah ia melibatkan Allah dalam proses mengambil keputusan itu. Sedangkan teman saya yang akhwat memutuskan untuk menikah dengan ikhwan beda gerakan dan jarak waktu lamaran dan pernikahan sangat cepat sekali, dan bisa saya katakan prosesnya bersih. Sangat Jauh dari kata “pacaran islami” .dan ia melibatkan Allah dalam mengambil keputusan itu. Saya tertarik untuk mencari tahu alasan teman saya yang ikhwan, mencoba mendalami alasan kenapa dia memilih calonnya (walaupun saya memiliki beberapa analisa), dan mengetahui benar-benar detail bagaimana prosesnya, sebagaimana saya mengetahui kisah teman saya yang akhwat. Tapi saya belum berani menanyakannya. Heheee.... (maklum saya ini kadang suka penasaran berlebihan,. Saya suka mendalami apa yang dirasakan oleh orang lain dan mencoba memahaminya. Hehee... ini ndak terlalu baik juga). Saya ingin melihat perbandingan keduanya (hehee... kayaknya saya berbakat jadi peneliti ya..^_^). Saya tertarik dengan apa yang akan terjadi pada kehidupan kedua teman saya ini selanjutnya.

Lalu saya teringat dengan kasus Aa’ Gym. Dia mempunyai niat yang baik ketika memutuskan untuk menikah lagi, tapi ternyata dia salah mengambil keputusan. Saya juga tidak tahu apakah ketika ia mengambil keputusan itu dia melibatkan Allah, dalam artian melakukan shalat istikharah dan menjauhkan diri dari hawa nafsu. Dan ketika kita lihat dampak keputusan yang diambil sangat besar sekali bagi kehidupannya sebagai da’i, ayah, suami, dan juga pengusaha.
 


Menangkap makna...
Ya Allah, apakah Engkau ingin agar hamba belajar mengambil keputusan dengan tepat. Tidak cepat memutuskan juga tidak terlalu lambat? Dan selalu melibatkan Engkau dalam setiap keputusan. Ya, saya mengerti, keputusan menikah dan memilih pendamping hidup bukan keputusan sembarangan. Ia akan berdampak untuk kehidupan di dunia dan akhirat saya, kehidupan anak-anak saya, kehidupan dakwah saya. Selalu berikan saya petunjuk-Mu ya Allah.

Dan bulan sya’ban ini adalah memang bulan yang tepat bagi hamba mendapat pelajaran tentang hal ini. Karena setelah bulan sya’ban akan datang bulan Ramadhan. Bulan untuk mensucikan diri dan kembali fitri. Kembali kepada kondisi seperti bayi, tanpa noda. Dan semoga mendapat predikat taqwa..

Ya Allah terima kasih untuk pembelajaran yang Engkau berikan di Bulan Juli ini... di bulan sya’ban...
Kini hamba mengerti ...
Hamba memahami akan takdir-Mu
^_^

I Love You Allah... always...
aamiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar