Sini, aku
mau cerita lagi, kali ini tentang
hari-hari Syawalku di Singkawang bersama sahabatku yang lain. Ketika kamu membaca judul diatas kamu mungkin
agak bingung teman, tapi jangan khawatir kebingunganmu akan terjawab kok kalo
kamu cukup bersabar dan setia membaca kelanjutan kisah ini :D.
Nah, pada hari itu merupakan hari
terakhir kami berada di Singkawang. Semua planning berjalan mulus tanpa ada
hambatan yang berarti. Hemm… dari silahturahim ke tempat teman kami se-angkatan
di Bengkayang. Yang kebetulan baru aja nikah tanggal 8 Ramadhan (moga benar ya tanggalnya)
dan kami gak bisa menghadirinya, karena memang gak ada waktu luang untuk kami
menghadiri salah satu dari hari berbahagianya, makanya ketika ada waktu luang
di Syawal ini kami langsung memanfaatkannya. Wah teman… ini adalah perjalanan
paling mendebarkan, bukan kenapa-kenapa teman, soalnya banyak tingkungan tajam
yang menanjak dan menurun. Wahhhh…. Apalagi kami duduk di bagian depan, jadinya
kami bisa melihat langsung bagaimana jalannya. Hufffft….
Terus hari kedua kami pergi ke Sambas,
dan hari ini hari ketiga adalah hari terakhir perjalanan kami. Kami berencana
ke beberapa tempat wisata di Singkawang. Nah, pada hari inilah kisah “cuek” itu
dimulai.
Teneneng… teneneng neneng… (hehehe.. gak
segitunya kali’)
Pagi-pagi kami sudah bangun. Kami
berangkat dari rumah jam 6.00 pagi dengan menggunakan motor pinjaman. Karena
kami membawa baju pas-pas an.. alias gak bawa baju santai, hanya membawa baju
tidur aja untuk ganti jadinya kami berangkat dengan pakaian ala kadarnya..
Uppss… jangan tertawa dulu. Memang hari
ini kami melepaskan rasa malu kami sementara waktu. Pergilah kami dengan baju
tidur kami (bisa kamu bayangkan baju tidur…ee… gak usah-gak usah dibayangkan deh).
Kami sudah tertawa dari awal perjalanan sampai akhir perjalanan ke tempat
tujuan kami : “Taman Wisata Pasir Panjang”. Bukan apa-apa teman, kami yang
biasanya berpakaian rapi dan cukup memperhatikan penampilan (Ciyee… :P)
hari ini pergi dalam keadaan yang gimana ya .. (selo banget). Sepanjang jalan
kami menertawakan diri masing-masing, dan dalam hati berdoa, “semoga gak ketemu
sama orang yang dikenal”. Wah gak kebayang deh wajah kami saat itu… (merah kayak
udang rebus kali’ ya).
Syukurnya sampai di Pasir panjang kami gak
ketemu satupun teman ataupun kenalan kami, amaaan.
Pas sampai dipintu masuk, ternyata gak
ada penjaga, dan kebetulan kami juga gak betah disuruh nunggu penjaga, jadilah
kami masuk sendiri dengan gaya super selo. Kami memilih bagian pantai yang agak
sepi dan byuuuuuuurrrr… kami langsung menyeburkan diri.
Wah…. Jarang-jarang loh kami bisa
berenang bebas seperti ini. Tapi sepertinya kadar asin lautnya lumayan besar,
soalnya tubuh kami agak mengapung.
Tak lama kami berenang, ada seorang
pria melirik ke arah kami, temanku yang memang suka curigaan (peace ya teman)
berkata, “jangan-jangan itu penjaganya kali ya, dia minta uang untuk biaya
masuk. Coba lihat dia ada bawa apa gitu”.
Nah, karena saya termasuk orang yang gak mudah curiga tapi suka memperhatikan maka saya katakan sama teman saya, “kayaknya bukan deh. Mungkin dia pengunjung.? Coba kita lihat saja beberapa saat lagi, kalau dia menghampiri kita maka dia penjaga tempat ini, kalo nggak berarti dia hanya pengunjung seperti kita". Memang dasar temanku perasaan bersalahnya begitu kuat (yaiyalah masuk gak bayar sih!! Dimana-mana kalo orang salah bawaannya gak tenang dan was-wasan melulu) jadinya dia rada gak tenang, ya menurutku memang gak bisa tenang juga sih, kalo tuh pria memperhatikan kita.
Apa dia merasa aneh kali’ ya. Kok ada ya makhluk yang berenang pakai pakaian lengkap…. Dengan kaos kaki lagi…
Nah, karena saya termasuk orang yang gak mudah curiga tapi suka memperhatikan maka saya katakan sama teman saya, “kayaknya bukan deh. Mungkin dia pengunjung.? Coba kita lihat saja beberapa saat lagi, kalau dia menghampiri kita maka dia penjaga tempat ini, kalo nggak berarti dia hanya pengunjung seperti kita". Memang dasar temanku perasaan bersalahnya begitu kuat (yaiyalah masuk gak bayar sih!! Dimana-mana kalo orang salah bawaannya gak tenang dan was-wasan melulu) jadinya dia rada gak tenang, ya menurutku memang gak bisa tenang juga sih, kalo tuh pria memperhatikan kita.
Apa dia merasa aneh kali’ ya. Kok ada ya makhluk yang berenang pakai pakaian lengkap…. Dengan kaos kaki lagi…
Jadi mungkin kami dianggapnya makhluk
langka kali ya… (ah.. whatever lah).
Tapi akhirnya lelaki itu pergi juga dan
kami melanjutkan acara berenang kami, cerita-cerita dan sekalian futu-futu nya.
Kebetulan uang di saku kami pas-pasan juga. Jadi kami harus hati-hati dalam
membelanjakannya…
Cukup lama berenang, kamipun
melanjutkan perjalanan ke Sedau. Sekedar mengenang “camp penyiksaan” kami
(heheheee…. baca: acara ospek jurusan) dan juga kenangan indah dakwah sekolah +
dakwah kampus disana. Sampai di pintu gerbang keluar dari Taman Wisata Pasar Panjang ternyata
penjaga sudah ada. Dan kami hanya tersenyum dan mengangguk dan langsung
melenggang pergi…
Dan penjaganya juga balas tersenyum… ^_^
Ternyata memang senyuman ini besar
pengaruhnya ya. Saya jadi ingat waktu saya salah mengambil jalan dan ada mobil
di depan saya, sebelum sempat supirnya marah-marah, saya berikan senyum
terikhlas saya.
And seee…. Si supir pun ikut-ikutan tersenyum dan mengangguk..
And seee…. Si supir pun ikut-ikutan tersenyum dan mengangguk..
Ternyata memang benar senyum itu bahasa
paling universal… ^_^
Dan kini, sampailah kami di taman
wisata Sedau. Dan disini, para tukang parkirnya menertawakan kami .Ya mau
bagaimana lagi, seluruh baju kami dari atas sampai bawah penuh dengan pasir… ya
maklum aja kan baru dari pasir panjang. Pasirnya aja panjang, jadilah si pasir
mengikuti kami (xixixixi ...gak nyambung ya). Ya, akhirnya kami membiarkan diri
kami ditertawakan… tapi melihat wajah kami yang tidak berdosa, mereka
tertawa dengan kadar yang masih normal.
Kami pergi ke Pulai simping, nah bagi
kamu yang belum tahu tentang Pulau Simping, sini saya ceritakan. Pulau Simping
itu tercatat sebagai Pulau terkecil di dunia. Isi pulaunya gak besar, gak
bakalan muat deh kalau terlalu banyak orang ke sana. Tapi memang dipulau itu
ada tanah, bukan pasir ya. Mungkin itu sebabnya di sebut sebagai pulau.
Berhubung kami belum sarapan, akhirnya
kami memesan makanan. Wah… makanannya cukup mahal juga, sedangkan uang di kocek
kami pas-pasan, akhirnya kami memutuskan makan nasi goreng + sosis tapi hanya
pesan satu piring dengan 2 sendok. Hehehe… itu bahasa lain dari sepiring berdua
teman,..
Nikmat sekali makan bareng saudara
seiman ya. Jadi ingat duluu waktu masih di kampus…..
Setelahnya kami langsung pulang, karena
cuacanya agak panas dan juga kami mau kemas-kemas soalnya bakalan pulang hari itu juga…
Heemm… ternyata teman, kita butuh untuk
membiarkan diri kita bertindak di luar kebiasaan kita, bukan untuk menjadi
tidak waras, tapi hanya sekedar untuk refreshing… menikmati sisi tergila dari
diri sendiri. Setidaknya dengan begitu kita sadar bahwa “we still human”…
that’s it.
Kita masih manusia yang bebas…
Asalkan tidak melanggar unsur syar’I
aja….
Just enjoy your life,,, jangan biarkan
aturanmu mengukung dirimu terlalu kuat, longgarkan sedikit saja hingga menjadi
lebih berwarna….
*^ 6 Syawal 1430 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar