Kau ini
bagaimana?
Sebelum ta’aruf
kau minta carikan TRK ... katamu kau ingin bergabung bersama barisanku...
Akhirnya ...
setelah kutemukan dengan susah payah kau hanya sesekali mendatanginya...
Beribu alasan
kau paparkan agar kutahu bahwa kau berniat tulus....
Kau ini
bagaimana?
Ketika ta’aruf
kau bilang oke aja dan tak kan melarang serta mendukung aktivitas TRK ku...
Tapi ketika
lima bulan berjalan pernikahan kau mulai ogah-ogahan mengantarku...
Bahkan jelang
kelahiran anak kita kau makin gencar memaparkan alasan agar tak mengantarku ke
majelis ilmu itu...
Dan ketika
aku sudah melahirkan dan kondisiku sudah berat karena mengurus anak kita,,, kau
mulai tak mau mengantarku...
Dan akhirnya
kau melarangku untuk ikut TRK...
Itu ultimatummu...
Kau ini
bagaimana?
Dulu waktu
ta’aruf kau bilang kau akan membiarkan dan mendukung aktivitas dakwah
sekolahku, majelis taklimku dan remaja masjidku...
Karena sholeh
itu gak hanya binafsi tapi juga sholeh bimushlih... begitu katamu...
Dan Ketika
kita sudah menikah .... kau selalu menyuruhku tinggal dirumah... tak boleh
kemana-mana...
Cukup jadi
wanita sholeha binafsi saja katamu...
Kau juga
tak mau menggantikan aktivitas dakwahku sebelum menikah...
Hanya melarangku
tanpa solusi...
Sementara dakwah
adalah nafasku...
Aku terlahir
kembali dari rahim dakwah...
Aku harus
bagaimana??
Ketika kau
melarangku dengan dalih “taat pada suami” akupun tak bisa berkata...
Karena kita
sama-sama tahu ketaatan istri kepada suami itu wajib selama bukan dalam
kemaksiatan...
Aku harus
bagaimana??
Ketika umat
merintih dihantam berbagai penyakit dan aku hanya bisa tinggal dirumah
Sementara kau
tak mau juga memenuhi waktumu dengan bergerak ke semua lini untuk berdakwah...
Dan aku
hanya bisa menatap saja... disini... dirumah kita ini...
Tanpa bisa
berbuat apa-apa...
Aku harus
bagaimana??
Ketika kau
ambil nafasku sementara aku hanya diam tak berkutik karena membantahmu
membuatku berdosa...
Bukankah seharusnya
kau memberiku definisi ketaatan versimu sebelumnya dan konsisten terhadap hal
tersebut setelanya... hingga aku, kau dan umatku terpenuhi segala hak dan
kewajibannya...
Bukankah seharusnya
ketika kau melarangku kau mesti lebih banyak bergerak mengobati umat dan
menambah barisan orang-orang yang berkeinginan dan beramal untuk mengobati umat
ini...
Tapi kau
malah banyak berdiam diri... dan sibuk dengan membid’ahkan, mengharamkan dan mengkafirkan
serta memaki saudara-saudara perjuanganku yang berdakwah kesana kemari...
Padahal saudaraku
juga saudara seimanmu...
Aku harus
bagaimana?
Ketika kau
menjebakkan aku antara “taat padamu” dan kewajiban dakwahku...
Aku harus
bagaimana??
*gulanaketikatahukabarkembalisaudaraseperjuangankumemintaberhentikarenalarangansuami”
April 6th
2013
#YL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar